Farel si playboy

BRAK

Aku langsung menoleh ke asal suara itu. Jelas-jelas itu adalah suara pintu kelas yang ditendang dengan tenaga besar. Orang gila mana sih yang melakukannya?

Di ambang pintu kelas, aku bisa melihat orang yang sangat kukenal tengah berdiri di sana. Dahinya tampak mengerut kesal. Sorot matanya tampak fokus mengarah ke Surya.

"Farel? Lo ngapain sih?" Aku mengernyitkan alisku.

Farel hanya diam tak menjawab. Dia hanya melirik sebentar ke arahku, lalu sorot matanya kembali mengarah ke Surya lagi.

"Sur! Lu terlalu dekat!" ucapnya dengan nada datar, juga dengan ekspresi yang sama datarnya.

"Haha gue paham elah! Itu mata sinis amat!" Surya tersenyum getir. Ia lalu menyilangkan kedua tangannya.

"Asal lu tau aja ya! Lu itu-"

"Silvi, ntar malam ibu ngajak makan bareng," seru Farel padaku, tanpa memperdulikan Surya yang tengah mengajaknya berbicara di sampingku.

"Tante? Ya udah, ntar malam gue kesana," jawabku tanpa memperdulikan Surya yang kesal. karena merasa tak dianggap ada.

Orang yang baru saja datang dan hampir menghancurkan pintu sekolah ini namanya Farel. Dia temanku. Kami berdua sudah berteman dekat sejak kami masih kecil.

Farel memiliki paras yang tampan. Eits! Tapi jangan tertipu dengan wajahnya. Meski begitu aslinya dia itu fuckboy sejati. Perempuan-perempuan yang dia sakiti bahkan sudah tidak bisa dihitung lagi dengan jari.

"Lho! Baru bertiga?" tanya Farel sembari bergantian menatapku dan Surya.

"Keliatannya gitu kan? Masih nanya lagi!" jawab Surya dengan ketus.

"Sil, lu kemana pas pulang sekolah kemarin? Kok gue ga ada liat?" tanya Farel sembari menatapku. Lagi-lagi dia bersikap seolah-olah Surya sedang tidak ada di sini.

"Hah? Lo nyariin gue?" tanyaku balik.

"Iya, biasanya kita pulang bareng kan? Kemarin gue panik banget karna lu ga keliatan. Kalau lu kenapa-kenapa, gue yang habis dipreteli ama nyokap lu."

"Oh itu.. gue udah pulang duluan." Kataku.

"Oh gitu? Ya bagus deh kalau lu gapapa." Balas Farel.

Aku duduk di bangkuku. Kemudian ku rogoh ranselku, dan ku ambil buku tulisku dari dalam ransel. Sembari menunggu teman-teman yang lain datang, aku menyempatkan waktu untuk mempelajari ulang materi yang baru saja dipelajari kemarin. Sementara Surya dan Farel, kulihat mereka hanya sibuk bermain kartu di belakang.

*****

30 menit kemudian..

"Uuh capek."

Ku renggangkan tubuhku. Setelah duduk selama setengah jam, kini punggungku terasa sakit. Dengan masih merenggangkan tanganku ke atas, tiba-tiba Pandanganku teralihkan oleh banyaknya murid-murid yang berada di luar kelas. Sejak tadi mataku hanya terfokus pada buku hingga tak menyadarinya.

"Eh kelas lain udah rame? Tapi kenapa kita masih bertiga?" Tanyaku pada Surya dan Farel.

"Entahlah mana gue tau." Jawab Surya sambil mengangkat kedua bahunya.

Setelah menjawab pertanyaanku dengan malas, Surya kembali fokus dengan kartunya. Anak itu! Padahal aku sedang serius bertanya padanya. Sikapnya itu membuatku jengkel. Bagaimana bisa dia bersikap santai seperti itu dalam keadaan begini?

Ping

Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselku. Aku segera merogoh ponselku yang ada di saku bajuku. Saat kulihat, nama Tania terpampang jelas disana. Kenapa Tania mengirim pesan padaku? Dia sedang berada dimana sih saat ini?

💬 Tania : Eh Sil! Lo dimana? Lo ga sekolah?

Aku mengernyitkan keningku. Apa maksudnya ini? Tentu saja aku berada di sekolah. Justru akulah yang seharusnya bertanya seperti itu. Dari awal, aku bahkan tak sekalipun melihat batang hidung Tania.

💬 Silvia : Lah, bukannya elo yang ga sekolah?

💬 Tania : Lo sekolah? Tapi lo dimana sekarang? Kok ga ada?

💬 Silvia : Memangnya mau di mana lagi? Ya di kelas lah!

💬 Tania : Astaga Sil! Elo lupa ya? Pagi ini kan bidang study kita di ganti jadi pelajaran komputer.

"APAA?!!"

Aku langsung menutup ponselku dan meletakkannya kembali ke dalam sakuku dengan sembarangan. Aku benar-benar lupa kalau hari ini mata pelajaran kelas mulai diganti. Bagaimana bisa aku melupakan hal penting seperti ini?!

"Eh Farel! Surya! Jam pertama komputer woi!" Teriakku panik.

"Apa? Lu yang serius Sil!" Tanya Farel padaku. Kedua matanya terbelalak kaget.

"Ya serius lah, ngapain coba gue bohong? Udah, cepetan ayo!" Kataku.

"Ya udah ayo buruan!" Jawab Farel.

Farel langsung bergegas mengambil ranselnya. Tanpa basa-basi lagi dia langsung berlari menuju pintu keluar. Aku pun juga ikut menyusulnya. Namun saat sampai di ambang pintu, langkahku terhenti untuk melihat Surya.

"Eh Surya! Lu ga pergi?" Tanyaku pada Surya yang tengah asyiknya bersandar pada kursi.

"Engga ah! Gue males. Kalian aja yang pergi." Jawab Surya dengan santainya.

Dasar dia ini. Aku jadi tidak heran lagi kenapa dia selalu menjadi siswa nomor 1 di ruang BK. Ya sudahlah! Tak ada gunanya juga aku mengurusinya. Mau dia naik kelas atau tinggal lagi, aku tak mau tau.

Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung berlari keluar dan meninggalkan Surya sendirian di dalam kelas. Farel yang sudah pergi lebih dulu masih tampak di mataku. Tetapi dia sudah berlari lebih jauh dariku.

Meski Farel pergi lebih dulu ke ruangan komputer daripada aku, tetapi dia masih belum sampai juga disana. Yah itu sudah jelas jika melihat betapa luas dan besarnya sekolah ini. Meski begitu, pada akhirnya aku dan Farel tiba juga di ruangan komputer.

"Hosh hosh permisi bu, maaf kami terlambat."

Nafasku terasa sesak karena sudah berlarian. Rasanya seluruh tenagaku sudah habis terkuras hanya untuk berlari. Aku lihat kondisi Farel juga tidak jauh berbeda denganku.

"Kemana aja kalian berdua?" Tanya Bu Vera selaku guru yang mengajar.

"M..maaf bu, kami berdua salah kelas." Jawabku dengan gugup.

Aku melirik dan mendapati semua teman sekelasku tengah memperhatikanku dan Farel. Padahal kami hanya salah mata pelajaran saja, tapi mereka semua menatap kami berdua seakan kami baru saja merampok guci berharga milik kepala sekolah.

"Ya sudah cepat masuk." Ucap Bu Vera.

Aku tersenyum senang. Untunglah aku dan Farel tidak dihukum. Aku pasti akan sangat malu jika harus dihukum di depan banyak orang.

Seorang murid teladan yang disenangi guru terkena hukuman? Entah apa yang orang-orang gosipkan bila itu benar-benar terjadi. Sekarang bahkan aku bisa mendengar kasak-kusuk dari para biang gosip yang seperti tante-tante itu.

"Karena kalian baru datang, kalian berdua langsung aja ke sana."

Bu Vera menunjuk ke arah dua komputer yang kosong. Aku dan Farel mengangguk, lalu kami berjalan bersama ke sana. Aku dan Farel bersebelahan karena hanya dua komputer ini yang tersisa. Jika bisa memilih, aku lebih menginginkan Tania yang ada di dekatku saat ini.

Aku sudah banyak mendengar gosip tentang Farel di sekolah ini. Ada yang mengatakan kalau dia ini suka menyiksa orang lain, bahkan ada juga gosip yang mengatakan kalau dia ini suka merendahkan perempuan.

Yah meski begitu aku tidak bisa mempercayai semua gosip buruk tentangnya. Farel adalah sahabatku sejak kecil. Dan aku sangat tau kalau Farel bukanlah orang yang seperti digosipkan.

"Aduh, gue ga ngerti Bu Vera ngejelasin apa. Lo bisa Rel?" Tanyaku

"Mana? Lah yang begini sih gampang. Sini! Gue contohin." Jawabnya.

Farel lebih mendekat padaku agar leluasa menguasai komputer. Tapi ada yang membuatku tidak nyaman saat ini. Jarak antara kami berdua sekarang sangatlah dekat. Untungnya anak-anak lain sedang fokus pada komputernya masing-masing. Aku yakin mereka tidak akan memperdulikan kami.

Sudah kuduga. Buaya kelas kakap memang beda! Dia ini manusia atau malaikat sih? Kenapa wajahnya tampan sekali! Kalau begini kan curang namanya!

"Nih, gampang kan?" Ucap Farel.

Farel menoleh ke arahku. Karena jarak kami yang begitu dekat sejak awal, wajah kami jadi saling berpandangan dengan jarak yang begitu dekat pula. Apalagi Farel berekspresi dengan tampannya. Perempuan mana sih yang tidak berdebar?

Deg

Jantungku terasa tersentak karena terkejut. Entah kenapa sepertinya Farel seperti semakin mendekatkan wajahnya padaku. Semakin wajahnya mendekat padaku, dia perlahan memejamkan matanya.

"EH TANIA! LO MANGGIL?" Teriakku pada Tania yang jaraknya cukup jauh dariku.

"Apaan sih? Gua ga ada manggil lo." Jawab Tania.

"Oh gitu, kirain." Balasku.

Sebenarnya, aku berbohong agar Farel menghentikan dirinya. Dan caraku berhasil. Wajahku memerah karena malu dengan jantung yang berdebar tidak karuan karena masih terkejut.

Ku lihat Farel memalingkan wajahnya dari hadapanku. Tapi tunggu! Kenapa.. wajahnya memerah seperti itu? Dan lagi, dengan senyuman segala lagi!"

*****

"Makasih ya udah ngajarin." Kataku pada Farel setelah kelas berakhir. Aku tak menyangka ia sehebat itu dalam hal seperti ini.

"Santai aja elah lu!" Jawabnya.

Aku menepuk bahunya, lalu pergi meninggalkannya bersama Tania. Aku dan Tania bersama-sama pergi ke ruangan kelas. Sebenarnya, ada yang ingin aku tanyakan pada Farel, tapi aku takut kalau yang kupikirkan ini ternyata salah.

Setelah aku dan Tania meletakkan ransel kami di tempat duduk kami masing-masing, aku dan Tania bersama-sama menuju kantin. Kantin terlihat sedang ramai hingga bangku dan meja disana sebagian sudah terisi penuh.

Setelah membeli semangkuk bakso dan segelas es teh, aku dan Tania duduk di meja kosong yang berhasil kami dapatkan.

"Eh Tan! Gua mau nanya nih." Kataku.

"Hm? Nanya paan?" Tanya Tania sambil menyantap baksonya dengan lahap.

"Hmm.. menurut lo, si Farel itu suka sama gue ga sih?" Tanyaku.

"Hah? Farel kelas kita? Serius lo? Si buaya itu?" Tania melototiku seakan tak percaya.

"Ya iyalah Farel yang itu. Memangnya ada yang lain lagi?" Kataku.

"Kok lo bisa mikir gitu?" Tanya Tania lagi. Dia tampak antusias mendengarkan ucapanku.

"Masa di ruangan komputer tadi, dia dekatin muka gua trus kaya mau nyium gitu." Terangku.

"Puuff what?!" Tania terlihat terkejut. Bahkan es teh yang tengah ia minum jadi tidak sengaja menyembur keluar dari mulutnya.

"Hih jorok banget lo!" Kataku sambil menjauhkan semua makananku dari Tania.

"Ya elo sih bikin gua kaget." Timpal Tania.

"Udah deh Sil jangan dipeduliin! Lo lupa dia itu buaya kelas kakap? Dia pasti cuma mau mainin hati lo doang." Ucap Tania.

"Iya yah, pasti gitu." Aku mengangguk.

"Eh? Itu dia, TANIA!!"

*****

Farel

Terpopuler

Comments

Evy Juliana Nst

Evy Juliana Nst

aq punya feeling ntar Farel bakalan jadi suami Silvi🤔, sepertinya 😅😅

2021-10-27

1

Yunia Afida

Yunia Afida

tampan varel

2021-10-01

0

Puja Wahyuni

Puja Wahyuni

aaaa nana😭
ganteng banget sih disini di na jaemin😭😭😭

2021-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!