Rendi Pacarku

"Silvia Wulandari!"

Aku menoleh ke arah Pak Daryo yang memanggil namaku. Pak Daryo tampak sudah menungguku dari kursinya sambil memegang sebuah kertas.

Aku pun segera bangkit dari tempat dudukku, berjalan ke arah Pak Daryo berada, lalu menerima kertas itu darinya.

"Bagus! Ulangan kali ini pun nilai kamu juga sempurna," ucap Pak Daryo padaku sambil tersenyum bangga.

Namaku Silvia Wulandari. Panggil saja aku Silvi. Aku murid kelas 1 di bangku SMA yang baru saja selesai menjalani Masa Orientasi Siswa atau yang sering disebut dengan sebutan MOS.

Setelah menerima kertas itu dari Pak Daryo, aku langsung berjalan kembali ke arah tempat dudukku. Pak Daryo adalah wali kelasku. Beliau sangat kagum padaku karena aku selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas.

Berkat beliau yang selalu membanggakan diriku di hadapan guru lain, akhirnya guru-guru di sekolah ini jadi banyak yang mengenalku.

Aku bahkan sering kali dijadikan sebagai pembanding oleh para guru untuk murid-murid lainnya.

"Liat dong Sil! Wow dapet 97!" seru Tania, teman sebangkuku.

Aku dan Tania pertama kali bertemu ketika masa-masa MOS. Aku sangat bersyukur karena dapat berada di kelas yang sama dengannya, karena cukup sulit bagiku untuk mencari orang yang cocok denganku seperti dirinya.

"Kenapa lo pinter banget sih Sil? Pinjem IQ lo sebentar boleh ga?" canda Tania.

"Ya belajar dong! Makanya jadi orang jangan suka males!" ledekku sambil menghentakkan pelan kertas hasil ulanganku ke atas meja, sebelum memasukkannya ke dalam ransel berwarna merah muda pastel milikku.

"Ya kali aja bisa kan?" Tania merengut sambil memunyunkan bibirnya.

"Udah deh jangan ngayal! Lo ada-ada aja," timpalku.

"Oh iya Sil! Ngomong-ngomong lo dengan kakak kelas waktu itu jadinya gimana?" bisik Tania di telingaku.

"Maksud lo?" tanyaku heran.

"Itu lho.. si ketua osis!" jawab Tania.

"Oh.. bilang dong dari tadi! Pada akhirnya kami pacaran dong."

"Wah! Seriusan Sil? Gue ga nyangka!" Tania menggelengkan kepalanya.

"Ekhem! Dua orang yang di sana! Kalau mau ngobrol di luar aja!"

Seketika aku dan Tania langsung menjauh satu sama lain sesaat mendengar suara Pak Daryo yang menegur kami. Setelah Pak Daryo sudah tidak memperhatikan kami lagi, aku dan Tania saling menatap dan tertawa kecil.

"Tuh kan! Untung aja kita ga diusir dari kelas Tan!" Aku berseru pada Tania sambil berbisik.

"Ngapain takut? Kan ada elo, si anak emas guru." Tania menaikkan kedua alisnya.

"Sembarangan! Lo tau kan Pak Daryo itu orangnya gimana? Bisa abis kita berdua!" kataku.

"Ah elah santai aja! Eh hadep sana b#go! Pak Daryo ntar ngeliatin!" seru Tania tiba-tiba.

"Eh iya bener. Kalau ketahuan bisa-bisa kita ga bisa pulang karena dihukum."

"Hihihi."

Kami berdua saling melempar pandangan. Setelahnya kami tidak mengobrol lagi dan hanya fokus menatap Pak Daryo yang sedang sibuk menerangkan pelajarannya di depan.

*****

Teett...

"Huh.. akhirnya pulang juga." Aku menghela nafas panjang. Kusandang ransel merah muda pastelku di pundakku.

"Sil! Silvi! Itu tuh cowo lo mau kesini!" seru Tania sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Cowo gue?" tanyaku sembari menoleh ke arah yang Tania tunjuk. Sesaat aku menoleh, orang yang Tania maksud sudah muncul di belakangku.

"Silvi, mau pulang bareng ga?" tanya Rendi yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.

"Eh Rendi? Pulang bareng? Boleh aja sih.."

Kulirik Tania yang sudah memperhatikan kami berdua sejak tadi. Tania mengangguk sebagai tanda bahwa dirinya telah mengizinkan aku untuk pergi bersama Rendi.

Sebenarnya sore ini aku dan Tania sudah berencana untuk pergi ke kafe yang sedang hits di kota kami. Tapi karena Rendi, mau tidak mau aku jadi harus membatalkannya.

Di parkiran sekolah, aku dan Rendi sudah bersiap-siap untuk pulang. Aku sudah tidak dapat menemukan Tania lagi. Sepertinya dia sudah pulang.

"Ini pakai helmnya!"

Rendi menyodorkan helm yang berwarna putih polos itu padaku. Aku pun mengambil helm itu dari tangannya dan langsung mengenakannya di kepalaku. Tidak lupa kupasang tali belt helm itu hingga melingkari daguku, agar helm itu tidak mudah terlepas.

"Sudah naik?" tanya Rendi sembari melihat kebelakang untuk memastikan diriku sudah naik ke atas motornya atau belum.

Sebenarnya sih, Rendi tidak perlu sampai melihat ke belakang seperti itu hanya untuk memastikan apa aku sudah naik ke atas motornya atau belum.

Yah.. itu juga tidak masalah sih. Aku juga tidak ingin merasakan hal konyol jika sampai tak sengaja tertinggal, sementara helm sudah terpasang mantap di kepalaku.

"Sudah kok," jawabku.

Rendi pun menancap gas motornya dan membawa kami berdua keluar dari pekarangan sekolah dengan motornya. Aku memeluk pinggang Rendi dari belakang dan menyandarkan kepalaku ke punggungnya yang lebar itu.

Tidak apa-apa karena dia pacarku. Jika perempuan lain yang melakukan itu, mungkin punggungnya yang lebar ini tidak akan selamat dari tanganku.

Haha lumayan mengancam ya? Kata-kata itu selalu kukatakan dengan sengaja pada Rendi agar dia tidak berani bermain-main dengan perempuan lain di belakangku.

Tuk Tuk

Suara itu terdengar seperti menimpa helmku. Aku pun segera melepaskan pelukanku dari pinggang Rendi, lalu memandang ke atas langit. Kutadahkan tangan kananku sembari memandang ke atas.

Dan benar saja. Telapak tanganku terasa basah oleh rintik-rintik air yang jatuh dari atas langit. Kini suara rintikan hujan yang mengenai helmku terdengar lebih keras dan cepat dari sebelumnya.

"Ren! Hujan!" seruku pada Rendi sembari menepuk-nepuk pelan pundaknya.

"Iya Sil! Sebentar lagi sampe kok," jawab Rendi.

Aku heran. Apa maksudnya dengan akan sampai? Apa Rendi berniat untuk berteduh sebentar? Rumahku jaraknya masih jauh dari posisi kami sekarang. Mustahil kami bisa sampai dalam keadaan kering jika nekat menerobos hujan.

Beberapa menit kemudian, Rendi tiba-tiba memperlambat laju motornya dan berhenti di depan sebuah rumah sederhana ber-cat putih polos dengan pagar besi yang juga ber-cat putih polos.

"Kamu mau neduh sebentar kan?" Rendi turun dari motornya.

Kulihat Rendi berjalan mendekati pagar rumah itu dan menggeser pagar itu ke samping kanan untuk membukanya. Setelahnya Rendi kembali berjalan ke arahku.

"Ini rumah siapa Ren? Kok neduh di sini? Emangnya boleh?" tanyaku sambil memandangi rumah itu.

"Oh ini rumahku," jawab Rendi.

"Apa?"

Rendi membawa masuk motornya ke dalam rumah. Aku pun juga ikut bersamanya. Kulepas sepatuku dan juga kaos kakiku lalu kuletakkan di depan pintu masuk.

Semakin lama, suara rintik-rintik hujan juga terdengar semakin deras.

"Kamu ternyata tinggal di sini?" tanyaku pada Rendi.

"Iya, kamu belum tau?" tanya Rendi balik.

"Ya mana mungkin aku tau, kamu kan ga pernah ngasih tau aku," timpalku.

"Haha benar juga," balas Rendi.

Suara derasnya hujan terdengar lebih nyaring dari sebelumnya. Aku bisa melihat pemandangan di luar ruangan yang kabut karena hujan serta angin yang kencang.

"Hujannya makin deras nih, aku bisa pulang ga ya?" tanyaku sambil memandang ke luar jendela.

"Tenang aja, sekarang masih jam 4 sore, masih ada waktu 2 jam lagi."

Rendi berusaha menenangkan diriku. Aku pun tersenyum senang karenanya. Bukan apa-apa, hanya saja orang tuaku yang ada di rumah pasti akan cemas jika aku pulang terlambat, apalagi karena posisiku yang merupakan anak tunggal ini.

"KYAAA!!"

Tanpa sadar aku berteriak kencang sesaat tak sengaja melihat Rendi yang tiba-tiba melepas seragam putihnya. Untung saja di luar sedang hujan deras sehingga suaraku tidak akan terdengar oleh tetangga.

Mataku terbelalak ketika melihat dadanya yang bidang itu. Dengan cepat aku pun menutup kedua mataku dengan telapak tangan agar tidak melihatnya lagi.

"KAMU NGAPAIN BUKA BAJU?!" sergahku.

-

-

Silvi

Rendi

...JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA~♡...

Terpopuler

Comments

nnda

nnda

hmmm menarik semangat terus y

2021-11-29

0

rynn🦋

rynn🦋

bagus banget ceritanya,alurnya nyambung,kata"nya jga bagus ga berantakan semangat thor..

2021-11-04

3

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus💪💪💪💪💪💪💪

2021-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!