Arini tiba di kota Jakarta jam dua belas lewat, ia turun dari bus dan langsung menuju alamat kampus yang sudah tersedia di sebuah kertas hasil pengumuman penerimaan beasiswanya kemarin, yang telah diberikan oleh gurunya. Ia pergi menggunakan ojek pangkalan yang terparkir di dekat terminal bus tersebut.
Sesampainya di alamat tersebut, Arini turun dan membayar ongkos ojek pangkalan yang ia naiki. Ia tak bermaksud untuk masuk ke kampus tersebut, ia hanya memandanginya dan begitu takjub akan besar, luas, dan tingginya gedung-gedung yang berada dalam kampus tersebut. "Dilihat dari jauh saja sudah sangat mengagumkan, apalagi di lihat dari dekat." Gumam Arini.
Arini mencari kos terdekat dengan kampusnya. Kos yang bisa ia tinggali selama berada di sini di kota Jakarta, kota yang terkenal dengan kemetropolitanannya. Lama ia mencari. Namun, ia tak kunjung mendapatkan kos yang sesuai dengan dirinya. Bukan tak sesuai dirinya, tapi tak sesuai dengan kondisi keuangannya.
Hari semakin sore Arini belum juga mendapatkan kos yang ia cari, tapi ia tak pernah putus asa. Hingga hari menjelang magrib ia baru mendapatkan kos yang ia cari. Kos yang cukup layak untuk ditinggali oleh orang sepertinya, dan tentunya kos tersebut sesuai dengan kondisi keuangannya saat ini. Ya... walaupun kos yang ia dapatkan sekarang ini cukup jauh dengan kampusnya, kurang lebih membutuhkan setengah jam jika berjalan kaki. Namun, itu tak masalah bagi Arini. Selama harga sewa kos tersebut sesuai dengan isi kantongnya.
Kos tersebut cukup luas bagi Arini, satu kamar mandi, satu dapur mini, dan satu kamar untuk tidur yang langsung tersambung dengan ruang tamu.
Di dalam kos tersebut terdapat tempat tidur dan kasur mini serta satu bangku untuk duduk, tetapi tidak tersedia perabotan untuk memasak, mungkin Arini akan membelinya sepulang dari kampus besok.
Azan magrib terdengar sayup-sayup di ujung sana, menghentikan kegiatan yang tengah Arini lakukan yaitu memberikan kos tersebut hingga layak untuk ditempati.
Arini menghentikan pekerjaannya dan menuaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Setelah ia salat magrib, ia lanjutkan dengan berdoa dan bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya hingga saat ini. Lalu ia lanjutkan dengan mengaji hingga azan isya berkumandang.
Setelah selesai salat isya, Arini menyiapkan kembali segala berkas dan keperluannya untuk di kampus besok, agar ia tidak perlu terburu-buru untuk esok harinya.
Setelah semuanya selesai, Arini naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya yang lelah seharian ini. Tak butuh waktu lama Arini terlelap di atas kasur yang cukup empuk baginya, namun tidak untuk orang lain.
*****
Hari ini adalah hari pertama Arini masuk kampus dan menyerahkan segalanya berkas-berkas yang dibutuhkan oleh pihak kampus yang telah ia siapkan semalam.
Arini pergi ke kampus dengan berjalan kaki untuk menghemat biaya pengeluarannya, selama ia belum mendapatkan pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh waktu.
Tiba di kampus, Arini masuk dalam sebuah ruangan yang telah diberitahukan oleh salah satu anak yang ada di kampus ini. Dan tak butuh waktu lama untuk Arini menyerahkan segalanya berkasnya, lalu ia pun keluar dan tak sengaja menabrak seseorang hingga mereka berdua pun terjatuh.
"Eh... aduh... maaf, maaf." Kata Arini sambil membantu gadis itu untuk berdiri, setelah ia sendiri berdiri.
"Iyah, nggak papa, lagi pula aku yang salah... main lewat aja." Jawab gadis tersebut, sopan.
Dilihat dari bodinya gadis tersebut sama dengan Arini dan umur mereka pun mungkin hampir sama. Setelah berdiri kokoh, gadis tersebut tersenyum dan mengulurkan tangan pada Arini tanda ingin saling mengenal.
"Dian Stabita Wahyu." Gadis itu memperkenalkan namanya. "Bisa di panggil, Dian.” Lanjutnya lagi.
Arini menatapnya sebentar... lalu, "Arini Putri Kurniawan, bisa di panggil Arini." Jawab Arini dan menerima uluran tangan gadis tersebut.
"Kamu mahasiswa baru ya...?" tanya gadis itu yang mengaku namanya Dian pada Arini.
"I... iya." Jawab Arini singkat dan sedikit gugup, karena ia masih canggung dengan lingkungan baru dan suasana baru.
"Kamu nggak usah gugup gitu sama aku... santai aja.” Kata Dian pada Arini. "Kita ngobrol di sana, yuk.” Tunjuk Dian pada sebuah bangku yang berada di koridor.
"Iya." Jawab Arini, sambil mengikuti langkah Dian dari belakang menuju bangku yang di tunjuk tadi.
Mereka sampai di bangku koridor dan duduk berdampingan. Dian mulai bertanya tentang Arini, Arini menjawab dan bertanya balik tentang Dian. Sekarang ia tak gugup dan canggung lagi seperti tadi. Ia merasa Dian adalah orang yang baik, begitu juga sebaliknya. Dian juga merasa, Arini adalah orang yang baik dan enak untuk diajak mengobrol.
Lalu mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, bercanda gurau, dan saling bertukar informasi penting yang berada di kampus baru mereka.
Entah takdir atau apa yang mempertemukan mereka berdua. Keduanya ternyata satu fakultas, satu jurusan, dan juga satu kelas. Arini maupun Dian sangat bahagia bisa berkenalan satu sama lain dan menjadi teman kelas. Tidak hanya itu mereka berdua menjadi teman satu kerja, sebab Dian menawari Arini untuk kerja di sebuah kafe tempat ia juga bekerja, dan kebetulan di sana sedang membutuhkan tambahan pegawai sebagai cleaning servis.
Arini sangat senang ketika ia diterima kerja di kafe tersebut walaupun hanya sebagai cleaning servis yang penting pekerjaannya halal, Arini bersyukur kepada Allah dan mengucapkan terima kasih pada Dian yang telah membantu mencarikannya pekerjaan. Dian mengucapkan sama-sama dan ikut senang untuk teman barunya itu.
Semenjak saat itu Arini dan Dian menjadi teman yang baik, menjadi teman yang akrab, bahkan sudah seperti saudara. Mereka berdua saling bahu-membahu, saling melengkapi, membantu semampunya ketika salah satu dari mereka terkena masalah atau musibah.
Dian merupakan anak yang menerima beasiswa sama seperti Arini, ia juga berasal dari keluarga yang tak berada, ia datang merantau di Jakarta untuk menempuh pendidikan dan mencoba bertukar nasib di kota ini.
*****
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini kuliah Arini sudah memasuki semester akhir dan sebentar lagi ia akan wisuda, itu artinya Arini akan segera menyelesaikan kuliahnya di kota Jakarta ini.
Setiap bulan ia mengirim Ibu dan adiknya uang seadanya saja. Uang dari hasil kerja paruh waktunya. Kini ia semakin paham arti kehidupan, bahwa tak ada yang mudah untuk orang sepertinya.
Namun, itu semua tidak membuat Arini putus asa. Ia yakin akan satu hal bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Satu hal yang tak pernah pudar dari dalam hatinya, bahwa ia ingin meraih cita-citanya. Ia yakin kesempatan itu pasti datang, dan kini sudah dekat. Cita-citanya akan tercapai sebentar lagi. Ia setia mengikuti proses.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Dianita Indra
next thor
2022-05-02
2
Eli Lahat
ku menyimak thor 💪💪💪💪
2022-04-16
1
Libra itu Aku
like
2022-02-25
1