Bab 2

Brukk...

"Ah, sulit juga ternyata, biasanya mudah..." desis seorang gadis yang melompat dari pagar setinggi dua meteran.

Dia menepuk-nepuk rok yang dirangkap celana training olahraga dan kemeja putih yang terlihat sedikit kusut dan kotor. Seorang lelaki sedang duduk di bawah pohon tak jauh dari gadis itu mendesis sambil memegang sebuah buku yang sepertinya telah dibaca olehnya menatap gadis aneh itu.

"Ah, aman sepertinya...." mata gadis itu berhenti menatap lelaki yang juga menatapnya aneh itu dan seketika wajah gadis itu berubah pias.

Sepertinya aksi melompati pagarnya ketahuan. Biasanya tak ada yang memergokinya, namun baru kali ini ada yang memergokinya.

Ah, sial. Seharusnya aku melompati pagar yang biasanya, kenapa aku melompati pagar ini sih. batin gadis itu meringis sambil memejamkan matanya dan kembali menatap lelaki yang juga memakai seragam sekolah menengah atas yang sama.

Tentu saja sama karena kejadian itu terjadi di sekolah yang sama.

"Ah, hai..." sapa gadis itu sambil melambaikan tangannya sok akrab.

Namun lelaki itu hanya menatap aneh dan dingin. Dia pun langsung melengos memalingkan wajahnya menatap bukunya lagi.

"Uh, dasar pria sombong banget sih. Kalau saja tak memergokiku. Aku juga tak Sudi berbasa-basi." guman gadis itu.

Dia memilih meninggalkan tempat itu. Dia tak peduli lagi jika pria itu melaporkan ulahnya pada pihak sekolah dan berakhir diceramahi panjang lebar oleh ayahnya lagi.

"Bodo amat." seru gadis itu.

***

Sekolah Menengah Atas Persatuan Bangsa, merupakan sekolah swasta elit khusus untuk putra dan putri pewaris kerajaan bisnis milik orang tua masing-masing siswa dan siswi sekolah tersebut. Mereka diajarkan di sekolah itu bagaimana menjadi seorang pewaris bisnis orang tuanya dalam bidang apapun.

Dan hari itu pemilihan acak kelas kenaikan tingkat dua. Bram duduk di tengah-tengah bangku yang didapatkan dengan cara undian.

Bram menoleh menatap teman sebangkunya yang tertidur pulas dengan tas menutupi kepalanya. Dia tampak keheranan dan terasa familiar dengan tas dan seragam itu. Dan celana training olahraga yang dirangkap di dalam rok abu-abu itu.

Bram tampak mengernyitkan dahinya.

Mustahil, jangan katakan kalau gadis ini adalah gadis yang melompati pagar pagi tadi. batin Bram mendesah tak suka. Dia mencoba cuek dan membaca bukunya lagi.

Setengah jam kemudian guru masuk ke kelas mulai pelajaran. Salam dan hormat para siswa membuat gadis yang duduk di samping Bram tetap tak bergeming. Dengan santai gadis itu mendengkur tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Kala guru wali kelasnya selesai memberi salam, penghapus papan tulis dilempar mengenai tepat di kepala gadis itu yang langsung mengulet tanpa rasa bersalah.

"LENA..!!!" seru guru wali kelas itu.

"Iya bu?" jawab gadis yang dipanggil Lena itu ogah-ogahan sambil membuka matanya sambil menguap.

"Kamu ya, mulai dari tingkat satu gak pernah berubah." seru guru wali kelas mereka.

Lena hanya nyengir mendengar teguran itu. Pelajaran hari itu pun dimulai. Lena menatap teman sebangkunya, yang ditatap hanya cuek menatap ke depan mendengarkan guru kelas.

***

"Hai..." sapa Lena waktu istirahat.

Bram tak menghiraukan, dia pun berlalu meninggalkan kelas untuk ke perpustakaan.

"Cih, sombong banget." umpat Lena melihat Bram keluar kelas tanpa menatapnya.

"Len, kamu gak berubah ya?" oceh seorang teman perempuan yang saat tingkah satu mereka satu kelas.

***

Hingga seminggu berlalu, Bram tetap cuek tak memperhatikan Lena meski sudah berbasa-basi dengan panjang lebar.

"Hei, jadi cowok sombong amat." seru Lena hari itu saat sudah berkali-kali dicueki Bram.

Bram mendesah tak suka, dia paling malas untuk meladeni seseorang seperti itu. Apalagi seorang itu adalah seorang gadis yang... sulit diatur. Bram menatap lekat Lena yang masih berkacak pinggang menghalangi jalannya.

"Kenalin Lena!" ucap Lena yang kini bicara dengan nada lembut sambil tersenyum manis mengulurkan jemari tangannya untuk berjabat tangan.

Bram melengos tak menghiraukan berlalu meninggalkan Lena dengan tangan yang menggantung sia-sia.

Lena tak pantang menyerah, dia mengejar Bram hingga sampai ke perpustakaan. Kini dia duduk di bangku depan tempat duduk Bram yang sibuk dengan buku-bukunya.

"Kau sedang baca apa? Manajemen bisnis? Wah... kau membaca buku-buku seperti ini ya?" komentar Lena yang bersuara cukup kencang membuat pengunjung perpustakaan melihat ke arahnya, mereka tidak heran dengan tingkah Lena yang kasar dan sarkas.

Bram tak menjawab ucapan Lena masih sibuk dengan bukunya.

"Oh ya, siapa namamu? Teman-teman bilang nama panggilanmu Bram ya? Benar?" oceh Lena lagi lebih kencang.

"Lena! Tinggalkan perpustakaan jika kau tak bisa diam!" titah penjaga perpustakaan tajam dan dingin yang tak membuat Lena gentar mengusik Bram.

Lena tampak cuek dengan peringatan petugas perpustakaan itu karena juga hafal watak Lena si biang onar.

"Gimana kalau jalan-jalan pulang sekolah?" ucap Lena lagi menatap Bram tanpa menghiraukan peringatan petugas perpustakaan tadi yang malah menggerakkan giginya menahan amarah.

"Lena!" seru petugas itu.

"Ah, sial." guman Lena mengumpat kesal. Petugas itu juga menatap Bram, Bram yang merasa ditatap mendesah kesal dan meninggalkan perpustakaan tanpa menghiraukan Lena.

"Hei Bram, tunggu aku!" seru Lena lagi-lagi membuat pengunjung perpustakaan menatapnya tak suka. Bram melangkah ke luar perpustakaan masih diikuti Lena.

Hingga Bram berhenti membuat Lena yang tak siap menabrak dada bidang Bram yang membuat Bram semakin kesal.

"Apa maumu?" seru Bram menatap Lena tajam. Lena malah tersenyum garing.

"Gitu dong dari tadi." ucap Lena. "Oh ya, kita kan satu kelompok, seharusnya kita belajar bersama untuk mengerjakannya kan?" tanya Lena.

Ya, mereka tadi sudah ditunjuk oleh guru wali kelas untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan sekelompok teman sebangku masing-masing.

"Huh, memang kau bisa apa? Yang kerjanya hanya tidur di kelas!" tohok Bram tersenyum sinis menatap Lena merendahkan.

Lena yang merasa direndahkan sungguh tak suka.

"Ah, kau meragukan kemampuanku karena hanya bisa tidur di kelas?" jawab Lena dengan wajah dingin, senyumannya hilang karena merasa diremehkan Bram.

"Huh..." Bram melanjutkan jalannya lagi tanpa menunggu jawaban Lena.

"Hei, biarkan aku yang mengerjakan tugas kelompok ini. Kau tak usah membantu. Kalau nilai kita tidak mendapat minimal A. Kau tak boleh meremehkan kemampuanku lagi." seru Lena membuat Bram berhenti dari langkahnya merasa mendapatkan tantangan.

Bram membalikkan tubuhnya menatap Lena. Tersenyum meremehkan lagi.

"Okey.." seru Bram berbalik lagi meninggalkan Lena dengan genggaman erat tangannya dengan kesal.

TBC

Maafkan typo

Beri like, rate dan vote nya makasih 🙏🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!