Di suatu lapangan berdekatan dengan suatu rumah kecil. Etrina sedang berlatih bersama Eliz, untuk mempersiapkan dirinya beratisipasi dalam labirin bumi.
Etrina saat ini yang sedang latihan bersama Eliz. Eliz menatap Etrina dengan tatapan mata yang dalam, tatapan Eliz bagaikan tatapan seekor predator yang mulai menilai mangsanya.
Eliz mengangkat pedang kayunya ke atas langit.
"Tak perlu menekan kekuatan sihirmu itu. kau lebih cocok menjadi penyihir, dengan penyimpanan energi yang sebesar itu." Eliz menyeringai.
Etrina mengacungkan pedangnya kedepan Eliz seketika. "Jika diriku mempunyai kekuatan sihir yang hebat, akan lebih baik jika aku menguasai keduanya dibanding satu." Etrina maju ke depan dan menyerang.
Etrina mulai mengayunkan pedangnya kedepan, satu serangan tertangkis karena mudah terbaca. Etrina seketika mengeluarkan sihirnya.
"Magic mist, Magic detection"
Seketika asap keluar menggumpal menutupi seluruh pandangan Eliz. Etrina yang menggunakan sihir deteksi sihir bisa merasakan dan tahu dimana lokasi Eliz saat ini berada.
Eliz tersenyum dan menaruh pedang kayunya di pundak. "Jadi, ini rencanamu? baiklah." Eliz menutup matanya dan mengacungkan pedangnya ke depan.
Etrina yang akan menyerang seketika tidak jadi karena melihat posisi yang dilakukan Eliz saat ini. Eliz diam menutup mata sambil mengatur nafas yang benar, pedangnya fokus ke depan tanpa adanya getaran sedikitpun.
Etrina bingung apa yang Eliz lakukan saat ini. akan tetapi Etrina memutuskan mencari tahu dengan menyerangnya secara langsung sendiri.
Etrina awal - awal berlari berkeliling membentuk lingkaran sambil mengeluarkan sihir jarak jauhnya dengan jumlah yang cukup banyak.
"Fireball! Fireball! Fireball! Fireball! Fireball!"
Banyak bola api yang datang menuju Eliz dari segala sisi. dengan cepat Eliz menangkis semua serangan tersebut dengan mudahnya.
Eliz tertawa sambil menahan serangan sihir Etrina dengan tebasan pedang kayunya.
"Hahahaha! aku senang kau sangat serius." Eliz bersemangat.
Akan tetapi betapa mengejutkannya bagi Eliz, bahwa seketika Etrina telah tiba di belakangnya saat ini. Etrina mengayunkan pedangnya dengan cepat kearah Eliz dari belakang.
*Klang!!
Tak diduga Etrina bahwa serangan diam - diamnya tersebut mudah ditangkis oleh Eliz hanya dengan satu tangannya yang memegang pedang kayu.
Etrina mundur ke belakang dengan cepat. Eliz mengacungkan pedangnya kehadapan Etrina saat ini.
"Kemampuanmu itu sungguh luar biasa. akan tetapi, percuma saja jika kau memiliki kekuatan fisik yang lemah." Eliz mengerutkan alisnya.
Etrina menundukkan kepalanya seketika Eliz tak merasakan aura mananya lagi.
"Memang benar ... sudah banyak orang yang bilang kepadaku seperti itu. tapi, meskipun begitu!"
Etrina seketika mengeluarkan aura sihirnya. aura sihirnya terlihat gelap, dan seketika disaat pedang kayunya dilapisi aura mana tersebut, ini pedang kayu tersebut bisa melayang di udara.
Eliz berkeringat dan mundur sedikit kebelakang.
"Yang benar saja ... kau ..." Eliz mulai serius.
Etrina merasa kurang akan kemampuannya. dirinya pun menundukkan kepalanya dan menggenggam erat tangannya.
"Aku ingin menjadi lebih kuat dan menjadi lebih berguna untuk tuanku. waktu itu aku tidak bisa melakukan apa - apa, tuanku bahkan malah repot - repot untuk datang menolongku meskipun nyawanya terancam." Etrina menerbangkan pedang kayunya ke atas langit dengan aliran sihirnya.
Etrina menundukkan kepalanya dengan tegas menghadap Eliz. "Mohon bantuannya!!" Etrina langsung bersiap di posisi bertarungnya.
Eliz seketika menarik pedangnya dan mulai bersikap lebih santai.
"Aku mengerti. tapi kau harus jelaskan diakhir nanti kepadaku tentang dirimu!" Eliz langsung maju kedepan Etrina dengan cepat untuk menyerang.
<><><><><><>
Saat ini di suatu tempat dimana Arka dan seorang wanita tua berlatih tehnik berpedang. Arka dikejutkan dengan suatu kata - kata yang cukup sering digunakan di dunia asalnya.
"Eh ... guru, darimana guru tahu kata gaul itu?" Arka kebingungan.
Wanita tua tersebut menoleh ke arah Arka dan menurunkan pedang kayunya.
"Hm? kau tau artinya? apa kau berasal dari tempat yang sama dengan orang itu?" Wanita tua tersebut memiringkan kepalanya dan menunggu.
Arka tak mengerti apa yang wanita tua tersebut bicarakan. akan tetapi, Arka yakin dengan pasti bahwa wanita tua tersebut bisa mengetahui kata gaul tersebut dari orang misterius yang ia bahas saat ini.
Arka sangat penasaran dan mulai bertanya.
"Siapa ... orang yang guru maksud itu?" Arka menunggu jawaban.
Bukannya jawaban yang keluar. akan tetapi, wanita tua tersebut menarik pedang kayunya dan mengarahkannya ke hadapan Arka.
"Jika kau Ingin tahu. maka kalahkan aku terlebih dahulu." Wanita tua tersebut menyeringai.
Arka menarik pedang kayunya dan langsung berlari kedepan untuk menyerang.
*Klang!!
Satu serangan satu tangkisan pula yang diraih. Arka masih menyerang secara membabi buta, meskipun dirinya tahu bahwa hal tersebut akan berakhir sia - sia.
Wanita tua tersebut menendang bagian perut Arka dengan keras. Arka langsung terpundur ke belakang karena nafasnya seketika sesak.
"S-sepertinya, aku memang butuh latihan lagi." Arka memegang perutnya yang sehabis ditendang.
Wanita tua tersebut menghela nafasnya.
"Bersiaplah, aku harap kau bisa bertahan." Wanita tua tersebut mendekati Arka.
Arka berlatih tehnik berpedang bersama wanita tua tersebut. latihan fisik juga dilakukan oleh Arka secara rutin. karena Arka sadar, bahwa stamina dalam suatu pertarungan itu sangatlah penting.
Wanita tua tersebut memberi Arka satu latihan yang diutamakan. yaitu, Arka harus bisa membelah daun yang berterbangan di udara menjadi dua bagian dengan sempurna hanya dengan menggunakan pedang kayu yang tumpul.
Arka merasa itu adalah suatu hal yang mustahil dilakukan. dengan pedang kayu yang sangat tumpul, sangat sulit untuk membelah sehelai daun.
"Apa mungkin bisa membelah daun hanya dengan pedang kayu setumpul itu guru?" Arka mulai mengeluh.
Wanita tua tersebut menatap Arka dengan tatapan dingin.
"Hoo? kau tidak percaya? maka lihatlah ini." Wanita tua tersebut mengambil pedang kayu yang tumpul tersebut dan menutup matanya.
Sehelai daun jatuh dari atas pohon. wanita tua yang merupakan guru Arka saat ini menghembuskan nafas dengan tenang dan halus. suasana disekitar menjadi sangat tenang, sehingga terasa seperti waktu yang terhenti.
Wanita tua tersebut membuka matanya dan tangannya yang memegang pedang kayu yang tumpul tersebut, bergerak cepat menghunus pedang kayunya ke depan.
*SWOOSSHH!
Betapa terkejutnya Arka, dua bagian helai daun terjatuh di bawah kaki wanita tua tersebut. potongan sehelai daun tersebut sangat sempurna tanpa adanya bagian lain yang terbelah atau hancur sedikitpun.
Wanita tua tersebut menurunkan pedang kayunya dan tersenyum remeh kepada Arka.
"Ini takkan mudah, nak." Wanita tua tersebut melempar pedang kayunya kepada Arka.
Sentak Arka menerima lemparan tersebut dan menangkap pedang kayunya.
"Osu!!" Arka bersemangat.
... TO BE CONTINUED ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments