Part 5

jangan lupa like dan komennya readersku😘

Setelah selesai merangkai beberapa bunga yang di pesan pelanggan dia pun pergi untuk menuju café nya yang berada di lantai atas. Beruntung tangga untuk menuju lantai atas berada di luar restoran jadi pelanggan café tidak perlu memasuki restoran jika ingin ke café. Karena masih siang café nya masih tutup. Alana membereskan beberapa buku yang belum tersusun rapi dan meletakkan beberapa bunga untuk mempercantik ruangan café. Setelah selesai Alana pergi kelantai bawah untuk mengecek restoran nya.

“Bagaimana dengan pekerjaan kalian apakah ada masalah? Tidak ada pelanggan yang complain kan?” Alana bertanya kepada seorang koki yang kebetulan adalah seorang lelaki berumur sekitar 26 tahun.

“Tidak ada masalah bu, bahkan restoran kita penuh dengan pengunjung” sahut koki yang bernama Irwan.

“Baguslah kalau begitu. Oh ya jangan panggil aku ibu, aku kan masih muda” ucap Alana dengan cemberut yang terlihat sangat menggemaskan.

“Baiklah bagaimana kalau saya panggil nona? Anda adalah atasan saya” ucap Irwan menunduk.

“Terserah saja tapi jangan panggil ibu ya, ingat itu” ucap Alana sambil menatap tajam, bukan nya membuat orang ketakutan malah ekspresinya itu terlihat lucu dimata orang lain. “oh iya satu lagi, jangan terlalu formal, panggil nya aku kamu saja, biar kita menjadi akrab. Disini aku ingin menjadikan kalian keluarga bukan hanya sebatas bawahan dan atasan. Aku memanggil kamu kaka saja tidak apa-apakan tuan koki? Hhehe ucap Alana.

Belum sempat Irwan menyahut datang Lina seorang kasir di restoran tersebut

“Berarti aku boleh dong manggil bos kaka? Aku kan lebih muda dari bos. Hehe” ucap Lina

“iya-iya terserah kamu aja Lin” sambung Alana sambil terkekeh.

“Ka lihat deh yang disana Tampan ya” Lina menunjuk salah satu pelanggan.

'‘Yang mana?’” Bukan Alana yang menjawab tapi Irwan yang menjawab.

“ish aku kan ga ngomong sama kamu” sahut Lina sewot.

“Idih orang cuma nanya doang, sewot mulu dah kerjaan nya”

“lagian ngapain sih ikutan nimbrung, atau jangan-jangan kamu suka yaaaaa, kamu suka cowo-cowo tampan ya? Hayo ngaku.

Irwan menoyor kepala Lina karena kesal dengan ucapan Lina yang meledeknya. Ia pun berlalu pergi untuk melanjutkan tugas nya. Alana pun juga pergi meninggalkan Lina sambil tertawa karena melihat Lina dan Irwan yang memang tidak pernah akur dari pertama mereka ketemu saat hari pertama kerja.

“Kenapa aku ditinggal sendirian” ucap Lina kesal menghentak kan kakainya.

Dia pun berbalik untuk mengamati para pengunjung sambil menjelajah mencari wajah-wajah tampan, untuk cuci mata katanya. Lina seorang mahasiswa, dia bekerja part time. Berhubung kuliah nya masih libur dia akan bekerja disini. Awalnya Alana ingin mencari karyawan tambahan untuk pelayan di café nya. Tapi Alana mendapat saran dari beberapa karyawan nya untuk memperkerjkan mereka saja. Alana awalnya tidak ingin karena mereka pasti kelelahan. Tapi setelah dia pikirkan lagi dia pun merubah rencana awal nya.

Restorannya buka dari pagi sampai jam 3 sore dan untuk café buka dari jam 5 sore sampai jam 11 malam. Dia putuskan seperti itu karena banyak pelayang restorannya ingin bekerja full shift. Hanya beberapa orang yang part time contoh nya seperti Lina. Setelah masa liburan kuliah Lina nanti selesai sift nya pun akan bertukar dengan kasir di café. Beruntung nya kasir di café tersebut mau bertukar sift. Sedangkan untuk koki Irwan menyanggupi untuk bekerja full sift karena gajih nya lumayan besar dan jika banyak pelanggan yang datang melebihi target pendapat mereka sehari-hari. Alana bos mereka itu akan dengan murah hati memberikan bonus gajih tambahan untuk mereka.

Max P.O.V

Sunyi sekali mansion ku ini, hanya beberapa maid yang berkeliaran sambil melakukan tugas mereka masing-masing. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan jam 10 malam. Seandai nya aku menikah mungkin aku akan di sambut oleh istri dan anak ku. Tidak-tidak kenapa aku memikirkan pernikahan sedangkan calon nya saja belum punya.

Kulangkahkan kaki ini menaiki tangga menuju kamar. Belum sempat aku masuk datang seorang maid yang seumuran dengan mommy ku nama nya bibi Asih ia yang merawat ku sejak kecil. Aku sudah menyuruh nya berhenti bekerja karena sudah cukup tua ku suruh dia duduk santai saja di mansion ku ini karena aku pun menganggap dia seperti keluarga ku sendiri. Tapi bi Asih menolak dia mengatakan badan nya pegal-pegal jika tidak bekerja. Ada-ada saja pikir ku.

Dia dulu bekerja dengan suami nya dirumah utama kami. Suaminya sebagai sopir pribadi daddy. Tapi dia sudah meninggal lima tahun yang lalu karena kanker yang di derita nya. Aku dan keluarga ku sudah mengusahakan memberikan perawatan yang terbaik. Tapi Tuhan lebih menyanyangi paman dia meninggalkan kami semua. Kami semua terpukul karena paman dan bibi Asih sudah bekerja dengan keluarga kami puluhan tahun bahkan saat aku masih balita.

Mommy ku tidak membiarkan bi Asih tinggal sendirian karena bi Asih tidak dikaruniai seorang anak dia pasti akan kesepian kata mommy dan daddy. Jadi bi Asih ku bawa ke mansion ku sebagai kepala maid atau pelayan disini. Tugas nya hanya mengecek pekerjaan para maid yang lain, aku memang tidak membiarkan bi Asih bekerja lagi, tapi karena bi Asih sedikit keras kepala jadi terkadang dia tetap sembunyi-sembunyi untuk mengerjakan beberapa perkerjaan seperti menyiapkan air hangat untuk aku mandi, atau berkebun dibelakang mansion. Terkadang bi Asih juga dijemput supir mommy untuk bergosip kata mommy. Ada-ada saja.

“air hangatnya sudah bibi siapkan Will” itu adalah suara bibi Asih. Aku memang tidak membiarkan bi Asih memanggil ku dengan sebutan Tuan seperti yang lain karena bagiku dia ibu kedua ku. Bi Asih memang selalu terbiasa memanggil aku Wili. Sejak kecil aku selalu merengek karena dipanggil Wili seperti nama perempuan. Tapi bu Asih hanya terkekeh jika aku sudah merengek dan merajuk. Lalu kami sepakat agar aku dipanggil Will saja.

“bibi Max kan sudah bilang bibi duduk santai saja, jangan melakukan perkerjaan lagi. Kalau bibi bosan, bibi pergi ke salon atau shooping atau kemana pun bibi suka. Nanti biar supir yang mengantar”

“bibi tidak terbiasa pergi ketempat seperti itu jika bukan dengan nyonya. Kalau William mau memberikan bibi cucu bibi akan berhenti bekerja nanti bibi akan menemani anak mu saja” ucap bi Asih sambil terkekah.

“Kalau cucu nya saja yang duluan Max kasih sama bibi mau gak?” Canda ku sambil tertawa

“Hush kamu itu, bicara sembarangan, gak boleh” ucap bi Asih sambil memukul lengan ku

“aw ampun bi, bibi akukan cuma bercanda” keluh ku dan kami pun tertawa serta mengobrol sebentar setelah itu bi Asih pamit untuk istarahat aku pun mandi.

Setelah itu aku merebahkan di riku di kasur. Teringat dengan siang tadi di restoran saat aku makan. Aku melihat seorang gadis muda memasuki restoran, wajah familiar, aku seperti pernah melihat nya. Lama ku memikirkan sampai aku terpekik “si rakus'', iya dia gadis yang saat itu makan di tempat yang sama dengan ku. Kenapa dia ada disana ya, kalau dia datang sebagai pengunjung kenapa dia masuk kearah dapur yang hanya boleh dimasuki para pelayan dan kenapa aku memikirkan nya juga. Apa peduliku, aku menggelengkan kepala agar pikiran ku tentang sirakus menghilang.

Ku putar musik untuk menenangkan pikiran ku dan beberapa saat kemudian akupun terlelap dalam mimpi.

Pagi menjelang kulakukan aktifitas seperti biasanya. Setelah selesai bersiap untuk kekantor kulangkahkan kaki keluar kamar. Karena aku terlalu malas menuruni tangga kuputuskan turun menggunakan lift. Di ruang makan sudah tertata rapi beberapa makanan yang siap disantap.

“dimana bi Asih?” tanyaku kepada seorang maid yang berumur sekitar 26 tahun.

“Bi Asih pagi-pagi sekali pergi kepasar tuan, kata bi Asih ingin menghirup udara pagi sekalian” sahut maid tersebut.

Akupun mengangguk dan mempersilahkan ia pergi. Aku memang terbiasa sarapan dengan bi Asih. Dulu bi Asih sungkan, tapi karena aku selalu memaksa dan mengatakan dia seperti keluarga bagiku. Akhirnya bi Asih menurut dan mau makan di meja makan bersama ku.

Bi Asih mempunyai kebiasaan yang unik. Di saat para ibu-ibu lain yang lebih suka membeli bahan-bahan ke supermarket. Bi Asih lebih suka pergi kepssar panas-panasan dan berdesak-desakan, kata bi Asih itu mengingatkan nya dengan suasana di kampung nya. Saat aku makan tiba-tiba Alex datang menghampiri untuk bergabung makan. Di mansion ku ini Alex juga ku suruh tinggal. Dia sudah kubelikan apartemen jika ia ingin menghabiskan waktu nya sendiri. tapi dia sering ku minta untuk tinggal dimansion ini dia juga tidak keberatan karena di apartement pun dia sendirian.

Alex di adopsi oleh orang tua ku sejak ia berumur 10 tahun di panti asuhan. Kami menempuh pendidikan yang sama. Dari sejak SMP sampai kuliah dia juga ikut kuliah di Amerika dengan ku. Orang tuaku sudah menganggap dia seperti anak sendiri akupun juga menganggap nya demikian. Alex begitu segan dan hormat kepadaku padahal aku selalu menyuruhnya menganggap aku seperti saudara nya. Kami sama-sama berumur 28 tahun. Jadi tidak ada yang dipanggil kaka atau adik. Aku selalu memintanya memanggil ku dengan sebutan nama. Tapi dia selalu memanggil ku bos, entah dia takut karena wajah ku yang dingin ini, kecuali di depan orang tua ku dia akan memanggil nama ku. Karena mommy akan menjewer telinga nya jika dia memanggil ku bos. Haha. Alex juga terkadang bersikap aneh, sifatnya kadang seperti bicah penurut dan penakut namun sesekali ku dapati sikapnya berubah usil dan jail namun hal itu tak terlalu nampak.

Mommy selalu marah dengan nya jika Alex memanggilku bos karena mommy menganggap kami adalah saudara. Bagi mommy jika Alex masih memanggil ku dengan sebutan bos sama saja Alex tidak menganggap kami keluaarganya. Tapi akhir-akhir ini aku selalu memaksa nya memanggil aku dengan sebutan nama. Jika dia memanggil ku bos aku mengacuhkan nya. Haha. Dan kami sepakat Alex akan memanggil ku dengan sebutan Max jika di depan orang tua ku atau di mansion atau sedang berduan. namun jika di kantor dia akan memmanghilku bos sedangkan aku terserah Alex saja aku juga tidak suka jika Alex memanggilku bos namun ku biarkan saja. Saat ku tanya kenapa kata nya jika di kantor dia ingin bersikap formal seperti yang lain nya. Namun terkadang jika dia sudah kebiasaab memanggilku Max dia akan tetap memanggil dengan sebutan Max jika berada di kantor.

Max P.O.V end

“Ma..,maaf bos eh Max, aku kesiangan” Itu adalah suara Alex.

“Santai saja masih belum terlalu siang, kau juga kenapa masih formal sekali, bertahun-tahun aku menyuruh mu jangan formal kepadaku tapi baru sekarang kau turuti” Max menyambungi ucaoan Alex

“hehe aku sungkan” ucap Alex cengengesan.

“Santai saja kau sudah seperti saudara bagiku”. Ucap Max sambil menyuap sesendok nasi.

Alex mengagguk dan menyuap nasi juga.

“Apa kau habis berkencan tadi malam?” Max menayakan itu karena tadi malam dia tidak melihat keberadaan Alex karena bocah itu biasanya sering berada di balkon saat malam hari jika sedang tidak ada kerjaan.

“uhuk..uhuk, berkencan dengan siapa? Aku bahkan tidak memiliki kekasih.” Alex tersedak saat Max menanyakan hal tersebut. Bagaimana dia bisa berkencan jika dia selalu sibuk dengan urusan kantor. Dia juga selalu bersama Max begitu yang ada dalam pikiran Alex.

“haha santai saja, aku kan cuma bertanya” Jawab Max sambil tertawa dan bercanda untuk mengakrabkan diri dengan Alex

“Bagaimana bisa berkencan? Aku kan selalu sibuk dengan urusan kantor. Dan sering berdua dengan mu Max? tidak ada waktu untuk mendekati perempuan” ucap Alex kesal

“Kalau kau ingin santai dan menikmati kencan dengan banyak perempuan kau berhenti saja bekerja, bagaimana? Ucap max sambil menaik turunkan alisnya

''Kau ingin memecat ku?'’ ucap Alex terkejut

“Hei aku hanya memberikan saran. Mana mungkin aku memecat mu, tidak ada yang bisa menggantikan kinerja sebagus kamu”

“Huh termasuk mengurus masalah cinta mu, sampai aku jadi jomblo karatan” ucap Alex lagi.

“hahaha aku suka Lex dengan sikap mu yang seperti ini, daripada seperti dulu takut-takut”

“Ini juga karena mommy”

“Maksud mu?”

“Kemaren mommy menelpon dan mengomel panjang sekali, sepertinya mommy menyuruh orang di mansion ini untuk memberitahu mommy jika aku masih memanggil mu dengan sebutan BOS.” Ucap alex menekan kata bos.

“Kau seperti tidak tau kelakuan mommy saja, dia memang seperti itu jika permintaan nya tidak di turuti, mommy memamgnya mengancam mu apa?

“Mommy mengancam akan menjodohkan ku dengan Lisa jika aku masih sungkan dan bersikap formal pada mu”

“haha Lisa anak Pak Anton yang dandanan nya menor itu”

“Iyaaa” ucap Alex dengan sebal.

“Lagian kenapa kau selama ini begitu formal kepada ku?” Tanya Max, dia selalu heran Alex tidak pernah mau bersikap tidak formal.

“Aku hanya tidak ingin sikap ku membuat mu tidak nyaman, dan juga mulut ku ini susah di rem jika sudah akrab dengan seseorang” Ucap Alex menejalakan namun agak sedikit aneh seperti menyimpan sesuatu. Tapi Max tidak memperhatokan raut.wajah Alex.

“Jadi hanya itu? Santai saja sih Lex, jika kau kelewatan palingan juga ku pecat, hahaha”

“Nah tu kan” ucap Alex kesal.

“Aku bercanda, hahaha”

Segitu dulu ya readers ku tercinta🤗🤗🤗. tolong kritik dan saran yang membangun yaaaa. Hehe

Jangan lupa like dan komen dan subscribe ya eh salah maksud author vote nya. hhehe ya readers biar author semangat ngetik nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!