Ibu Yuni terlihat sangat gelisah diruang tamunya, sesekali ia melirik ke arah jam dinding. Sudah tengah malam, dan Alina belum juga pulang. Beberapa kali juga dia mencoba menghubungi nomor putri satu-satunya itu tapi tetap saja tidak bisa tersambung, entah sudah berapa kali ibu Yuni membuka gorden jendelanya berharap anaknya sudah berada di depan rumah.
Ya, seorang Ibu memiliki ikatan batin yang kuat dengan anaknya. Ketika anaknya menderita seorang Ibu juga pasti akan merasakan hal yang sama.
Didalam taksi Alin hanya menatap kosong ke luar jendela, air mata terus saja mengalir dari sudut mata yang indah itu. Dia mengambil nafas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang sedang kacau balau.
"Gue nggak bisa terus kayak gini!" Alina menghapus air matanya sebelum turun dari taksi dan melangkah masuk ke dalam rumah.
Ibu Yuni yang melihat pintu rumah terbuka langsung menoleh. Melihat putrinya sudah berdiri di ambang pintu, Ibu Yuni akhirnya bisa menghembuskan napas lega.
"Alina, kamu dari mana saja, Nak. Kok sampai tengah malam gini?" tanyanya sambil berjalan menghampiri Alina.
"Maaf, Buk. Tadi kerjaan Alina banyak, jadi lupa waktu. Nyari taksi juga susah," jawabnya sambil menyunggingkan sedikit senyum.
"Alin, apa kau habis menangis?" tanya Ibu Yuni memperhatikan mata Alina yang terlihat memerah.
"Ahh!" Alin sedikit terkejut dengan menaikkan kedua alisnya sesaat tapi segera dia mengalihkan pandangan.
"Ini, Buk. HP Alin rusak, tadi nggak sengaja jatuh pas di tangga jadi remuk, hikss ...." Air mata Alin benar-benar tak bisa dia bendung lagi kali ini.
Hati Alina sangat sakit saat harus berbohong pada ibunya, tapi hanya ini yang bisa dia lakukan sekarang. Dia tidak mau ibunya sedih mengetahui kenyataan, bahwa anak perempuan yang sangat disayanginya menjadi korban pemerkosaan. Bahkan membayangkannya saja, sudah membuat hati Alin serasa disayat oleh pisau tajam.
"Ya ampun, Nak. Ibu pikir kenapa. Pantas saja ibu telfon nggak bisa," seru bu Yuni sambil menepuk-nepuk punggung Alin yang sedang menahan tangis sambil menunduk.
"Tapikan HP ini mahal. Alina aja baru make 2 bulan, masak udah rusak."
"Sudah sudah. Kamu cepetan mandi terus istirahat, urusan HP nanti bisa beli lagi," perintah bu Yuni mendorong lembut tubuh Alin dari belakang.
Ibu Yuni sebenarnya merasa ada yang aneh dengan putrinya. Dia berpikir mungkin hanya urusan anak muda dan Alin tidak ingin menceritakannya sekarang. Jadi Ibu Yuni memilih untuk diam tanpa menanyakan apapun lebih lanjut.
Alina berjalan masuk ke kamarnya dengan lunglai tanpa semangat sedikitpun, seolah tidak ada harapan lagi dalam hidupnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Wanita itu menangis tanpa suara, dadanya terasa sesak. Ingin sekali dia menjerit keras, tapi dia tidak bisa. Hanya bisa menahan rasa sakitnya sendiri, hingga akhirnya dia tertidur dengan air mata dan luka. Luka yang tak bisa digambarkan, luka yang begitu dalam tapi tidak berdarah.
Ya, hati Alina sangat terluka, hingga rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini.
Bersambung ....
##########
Bagi kalian yang ada di zona merah pilihannya cuma ada 2 gaes :
Bosan diam dirumah karena nggak ngapa-ngapain
Bebas keluyuran diluar, sial kepergok petugas lalu diguyur disinfektan
Makanya biar nggak bosen selama #dirumahaja, baca novelku terus ya gaesss
Mohon dukungannya yaa, dengan cara Like, Komen, Kasih bintang 5, dan Vote juga.
karena author sangat berharap dukungan kalian sebagai penyemangat saat menulis kelanjutan cerita ini teman-teman.😉👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Nietta Harry
alin..😥
2021-07-21
2
Palupy Setiya
👍
2021-07-17
0
Agnia Laila
👌 Thor 👍
2021-06-22
0