Kakakku Polisi Ku Kakakku Suami Ku

Kakakku Polisi Ku Kakakku Suami Ku

Bandara

"Iya maaf sayang aunty lupa kalau kamu akan datang hari ini."

"Iya aunty masih di rumah, tapi perjalanan ke bandara gak butuh waktu lama kok, kamu tunggu aunty di bandara ya. Jangan kemana-mana sebelum aunty datang!"

Percakapan di telepon itu pun terputus karena Nisa dengan cepat meraih kunci mobilnya yang berada di atas meja. "Aish kenapa aku bisa lupa begini sih!" gerutu nya memarahi dirinya sendiri sambil berjalan cepat keluar rumah.

Dan saat akan keluar rumah Nisa mendengar suara deru mesin motor yang datang dan terparkir di depan rumah nya.

Setengah berlari Nisa pun dengan senyum lega menghiasi bibirnya. "Waktu yang sangat tepat!" ucapnya seraya melemparkan kunci mobilnya pada laki-laki yang masih duduk di atas motor nya yang baru saja ia matikan mesin nya.

Hap! kunci yang Nisa lemparkan pada nya ia tangkap dengan sempurna dengan wajah yang terlihat mengerutkan dahi nya tidak mengerti. "Ini maksudnya apa coba?" gumam nya pelan.

"Ayok antar bunda sekarang!" titah nya cepat tanpa melihat ekspresi sang anak bujang tampan nya.

"Ck... " dia berdecak. "Bun aku baru saja sampai!" sahut nya sedikit kesal. Karena dia baru saja pulang dari piket malamnya untuk berjaga, rasa ngantuk yang ia tahan semalaman suntuk dan membayangkan akan tidur setelah pulang sirna sudah karena ibunya yang tiba-tiba menyuruhnya.

"Ayok cepat! Antar bunda sebentar saja kok." balas Nisa tidak sabar. "Ayok buruan kasian ada anak gadis lagi nunggu bunda di sana." serunya.

Rey menghirup nafas nya panjang. "Iya sebentar!" jawab nya tanpa ngeh, lalu Rey pun memasukkan motor nya ke garasi di rumah nya agar tidak menimbulkan kesempatan untuk maling datang ke rumah nya.

"Ayok buruan Rey, bunda kasihan kalau dia sampai nunggu lama di sana." teriak Nisa yang sudah masuk ke dalam mobilnya dan duduk cantik di sana.

Rey pun masuk segera ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan itu lalu duduk untuk mengantarkan ibunya. "Kemana ini?" tanyanya pendek.

"Ke bandara!" jawab Nisa cepat.

Rey melirik ibunya yang duduk di samping kemudi. "Bunda mau ngapain ke bandara?" tanyanya heran.

"Bunda mau jemput jodoh kamu." hehe jawab nya cengengesan.

"Ck" Rey berdecak kesal. "Aku lagi gak mau bercanda bunda." sahut nya.

"Hehehe memang sejak kapan anak bunda ini pernah becanda?" telak Nisa pada anaknya.

Rey menghela nafasnya pendek. "Terserah bunda." jawabnya malas.

Di dalam mobil Nisa sibuk dengan handphone nya memberi pesan dengan gadis yang akan ia jemput memastikan jika dia baik-baik saja di sana. Lalu Nisa menghentikan kegiatannya itu dan memasuki handphone nya ke dalam tasnya, melihat anaknya, Rey yang begitu fokus pada alat setirnya itu membuat Nisa sedikit kesal karena anak bujang nya tidak menanyakan siapa yang akan di jemput nya.

"Kamu gak penasaran siapa yang akan di jemput sama kita di bandara nanti?" tanya Nisa merasa gatel jika ia tidak bertanya pada anaknya itu.

Rey menggelengkan kepalanya malas membuat Nisa menghela nafasnya panjang. "Ih gemes deh bunda sama kamu." Nisa mencubit lengan anaknya itu sendiri gemas melihat anaknya begitu cuek dengan keadaan.

"Sakit Bun, kenapa sih?" tanyanya heran ibunya tiba-tiba mencubit nya seraya mengusap lengannya yang di cubit.

"Kamu ya jadi laki-laki itu dingin banget sih kayak es." seru Nisa kesal. "Kamu itu seperti ayahmu saja! Tapi bedanya kamu dengan ayah kamu itu jauh lebih baik sifat ayah kamu." sambung nya.

Rey masih saja diam tidak menanggapi ucapan Nisa. Sehingga Nisa pun menggerakkan mulut nya tidak sabar untuk berbicara kembali. "Ayah kamu punya sifat dingin dan jutek tapi dia masih suka tersenyum ramah sama orang, tapi kamu sudah dingin, jutek, cuek lagi. Dan satu lagi kamu jarang menampilkan senyuman." urainya. "Kamu tahu gak senyum itu ibadah."

"Memang aku harus bagaimana Bun?" tanyanya cuek dengan masih fokus pada kendaraan nya yang ia kendarai.

Nisa mengalihkan pembicaraan nya karena selama ia selalu membahas soal sifat anaknya, Rey selalu bertanya, memang aku harus bagaimana? Seakan pertanyaan itu sudah menjadi suatu kebiasaan dan sama sekali tidak dapat merubah sifat nya itu.

"Rey kamu ingat tidak, anak Tante Via yang namanya Latya teman masa kecil kamu?" tanyanya namun yang di tanya hanya melirik saja.

"Bagaimana ya sekarang wajah nya? Bunda penasaran sama anak gadis tante Via dan juga om Aris itu?" ucapnya seraya membayangkan anak gadis dari sahabatnya itu.

"Mana Rey tahu!" sahut nya cuek.

Nisa mendengus kesal. "Iya kamu gak bakal tahu, kita tuh udah lama gak pernah bertemu dengan keluarga mereka semenjak om Aris di pindah tugas kan, terakhir kalinya kita bertemu itu saat kamu dan Latya sekolah dasar. Kamu sering bikin dia nangis karena kamu galakin, tapi kalau kamu gak ketemu pasti kamu nayain dia dan ajak bunda untuk main ke rumah nya." Nisa menceritakan bagaimana dulu Rey dan Latiya.

"SMP SMA lalu sekarang dia udah kuliah saja, aduh bunda jadi penasaran!" ucapnya penuh semangat. Rey hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bundanya yang bersemangat sekali bertemu dengan Latiya.

"Oh ya Bun kenapa gak minta antar ayah ke bandara?" tanyanya karena kesal istirahat yang ia mimpikan tidak terlaksana.

"Ayah mu sibuk menangani kasus nya, pagi-pagi sekali dia sudah berangkat." ujarnya. "Kenapa memangnya kamu gak ikhlas anterin bunda?" telak nya.

"Huaaa" Adam menguap dan menutupi nya dengan tangan kirinya. "Aku ngantuk Bun bahaya kan lagi ngantuk bawa mobil." ucapnya.

"Tahan dulu sebentar, lagian bandara dekat kan gak sampai satu jam." pikir Nisa.

***

Di bandara seorang gadis cantik sedang duduk menunggu orang yang akan menjemputnya, dengan sebuah koper di hadapannya.

"Lama banget sih aunty Nisa jemput aku!" kesal Latya. "Hemm salah bunda juga gak kasih kabar ke aunty Nisa tadi malam kalau aku mau datang." sambung nya.

"Mana aku mau pipis lagi!" ucapnya sambil mencari-cari keberadaan toilet. "Ah lebih aku ke toilet dulu takut aunty Nisa masih lama kalau menunggunya, bagaimana kalau nanti aku malah pipis di sini?" Latya tersenyum geli membayangkan nya jika itu terjadi.

Lalu dengan cepat Latya beranjak dari duduknya dan mencari toilet berada, dengan menyeret koper nya yang berisi keperluan nya selama ia akan tinggal di rumah Nisa.

***

"Coba kamu cari Rey dimana Latya!" titah Nisa pada Rey seraya mencari-cari keberadaan Latya. Setelah mereka sampai di bandara.

"Bunda walaupun dia ada di depan mata, kita gak akan tahu dia yang mana. Lebih baik bunda telpon dia." saran Rey pada Nisa.

Nisa menepuk jidatnya. "Iya ya kok bunda gak kepikiran kesana, pintar kamu nak, gak sia-sia bunda melahirkan kamu." urainya merasa bangga seraya menepuk-nepuk punggung Rey pelan.

Saat Nisa meraih handphone di tas nya dan akan menghubungi Latya, Rey meminta ijin untuk pergi ke toilet. "Bun aku ke toilet sebentar ya." ijinnya.

"Kamu gak bisa tunggu dulu apa? ke toilet nya nanti saja bunda mau hubungi Latya dulu." cegah Nisa agar Rey menunggu.

"Aku udah gak tahan Bun, aku ke toilet sebentar!" ucapnya sambil berlalu pergi menuju toilet tanpa mendengar panggilan bundanya itu.

Setelah sampai di depan toilet ia tidak sengaja bertubrukan dengan seorang gadis cantik menarik koper nya.

Brug... mereka bertubrukan wajah Latya menabrak dada bidang Rey saat mereka bertabrakan karena tinggi Latya sebatas tinggi dada Rey yang ada di hadapannya, tubuh gadis itu jatuh terduduk di lantai dan koper yang ia bawa pun tergelatak begitu saja.

"Aduh... sakit!" rintih nya pelan.

"Maaf saya gak sengaja!" ucapnya dengan muka tanpa ada keramahan dan tidak berniat membantu nya untuk berdiri dan tidak ada adegan seorang Rey mengulurkan tangannya pada gadis yang ia tabrak itu untuk menolongnya.

Latya berdiri dengan pelan lalu ia pun mengusap hidungnya yang terasa nyeri saat menabrak dada Rey yang terasa keras karena otot di dadanya.

"Iya tidak apa-apa." balas Latya seraya mengusap hidung nya itu.

"Ok." ucapnya pendek lalu pergi begitu saja tanpa ada basa basi pada Latya.

Latya menatap kepergian laki-laki berseragam polisi itu lalu menghirup nafas nya panjang dan membuangnya secara kasar. "Sombong sekali dia! Gak ada manis-manisnya sama perempuan!" gumam nya sebal. "Untung nya dia ganteng!" puji nya tanpa sadar. "Eh kenapa aku malah muji dia sih?" Latya pun mendengus kesal lalu tidak lama suara telpon nya berdering.

"Aunty Nisa." gumamnya saat melihat panggilan di layar handphone tertera nama aunty Nisa. Lalu dengan cepat ia menjawab panggilan telepon dari Nisa itu.

"Wa'alaikumussalam aunty, iya aku baru dari toilet, oh aunty sudah sampai, ya sudah aku sekarang ke sana." jawab nya lalu memutuskan panggilan itu dan dengan cepat berjalan menuju dimana Nisa berada.

***

Tak lama Latya pun melihat seorang wanita yang terlihat seumuran dengan ibunya yaitu Via. Di terus saja mendekati pada wanita itu yang sedang terlihat menunggu seseorang dan memang Latya sedikit mengenal wanita itu.

"Itu sepertinya aunty Nisa! Hemm tadi aunty bilang tunggu di sini. Iya sepertinya itu aunty Nisa." gumamnya merasa yakin karena ia masih mengingat wajah Nisa sahabat bundanya itu walaupun mereka sudah sangat lama tidak bertemu.

Latya menghampiri Nisa yang sedang duduk itu namun Nisa belum sadar jika ada anak gadis yang menghampirinya, karena ia juga sedang menunduk sibuk dengan handphone di tangan nya.

"Aunty." panggil Latya pelan memanggil Nisa dengan sebutan aunty.

Nisa menoleh menghadap ke arah suara yang memanggilnya sedikit terkejut karena panggilan itu hanya Latya lah anak dari Via dan juga Aris yang selalu memanggilnya seperti itu.

Nisa langsung berdiri, terdiam sejenak menatap anak gadis dari para sahabatnya itu. Nisa lalu tersenyum. "Kamu Latya?" tanyanya dengan senyum manisnya.

Latya mengangguk. "Aunty Nisa apa kabar?" tanyanya sedikit gugup karena ada rasa malu pada Nisa yang sudah sangat lama tidak berjumpa.

Nisa langsung memeluk Latya dengan penuh hangat. "Kabar aunty baik sayang, kamu juga apa kabar, sudah lama sekali kita tidak bertemu." tutur nya seraya meneteskan air mata yang tiba-tiba jatuh begitu saja.

Nisa melepaskan pelukannya lalu menatap kembali pada wajah Latya. "Kamu sudah tumbuh dewasa sekarang, aunty sudah tidak bisa mengenali kamu kalau kamu tidak menyapa terlebih dahulu tadi." ucapnya tidak percaya.

"Kamu cantik sekali sayang, kamu tumbuh jadi gadis cantik, pasti banyak sekali laki-laki yang suka sama kamu dan pasti mereka tergila-gila sama kamu." puji Nisa memuji kecantikan Latya.

Latya tersenyum malu. "Ah aunty bisa aja." balas nya malu-malu.

"Kita langsung pulang saja ya, kamu pasti lelah sudah lama dari perjalanan lalu kamu harus nunggu lama di bandara." Nisa merasa kasihan pada Latya yang sudah lama menunggu nya.

"Iya gak apa-apa aunty." sahut nya seraya berjalan mengikuti langkah Nisa menghimpit lengannya agar jalan bersama-sama.

"Eh tunggu sayang, kita tunggu anak bujang tante dulu ya, tadi bilang mau ke toilet." urai Nisa menghentikan langkah mereka.

"Anak bujang?" tanya Latya tidak mengerti.

Hehehe. "Itu lho anak aunty, Reypan yang sering kamu panggil bang Rey saat kalian masih kecil." ujar Nisa menjelaskan siapa yang mereka tunggu.

Tak lama Rey pun datang menghampiri bundanya yang terlihat sedang bersama seorang perempuan muda, namun Rey belum sadar jika perempuan tadi yang ia tabrak di saat ia akan pergi ke toilet. Karena Latya saat ini sedang membelakangi Rey yang sedang berjalan mendekat pada arah Nisa.

"Rey!" panggil Nisa melambaikan tangan nya pada Rey yang berjalan mendekati nya.

Saat ini posisi Latya dan Nisa saling berhadapan sedangkan posisi Latya membelakangi Rey sehingga Latya maupun Rey tidak saling mengenal dan tidak saling mengetahui.

"Lihat anak bujang aunty sudah mendekat ke arah kita Latya." ucap Nisa antusias untuk mempertemukan Rey dan juga Latya, ia penasaran bagaimana reaksi pertemuan mereka setelah lamanya tidak saling bertemu selama bertahun-tahun.

Latya pun membalikkan tubuhnya untuk melihat bang Rey nya yang sering ia rindukan saat mereka kecil dulu. Dengan mempersiapkan senyuman termanis nya Latya pun memberanikan diri untuk melihat Rey yang melangkah mendekati arah dimana mereka berdiri.

Satu... dua... tiga. Latya terkejut melihat laki-laki yang ada di hadapannya itu adalah laki-laki yang menabraknya tadi setelah ia selesai dari toilet. Latya dan Rey pun saling terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Tidak saling menyapa atau pun saling tersenyum mereka terlihat sangat canggung.

"Laki-laki itu?" gumamnya pelan.

Tidak jauh berbeda dengan Latya, Rey pun terkejut melihat perempuan yang ada di hadapannya itu. "Perempuan itu kenapa bersama bunda?" batinnya penuh tanya.

Terpopuler

Comments

Fuzi Maulida

Fuzi Maulida

Siap membaca kelanjutan kisah cinta abdi negara

2022-09-27

0

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

aku mampir lagi thor ☺️☺️

2021-08-19

0

citraclarissa

citraclarissa

Di tunggu up selanjutnya nya Thor ..

2021-06-29

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 72 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!