Bagian 4

Mentari pagi menjadi awal pekerjaan manusia dewasa, sarapan secepat kilat, memeriksa barang-barang keperluan pekerjaan, memakai kemeja polos, setelan jas, dasi panjang, celana kain mulus tanpa lecet, sepatu lars mengkilat, lengkap dengan tas pekerja atau memakai helm pekerja, seragam yang telah ditentukan, menaiki kendaraan masing-masing menuju lokasi kerja. Hal ini tak lepas juga dari wanita dewasa yang sibuk memasak sarapan, membangunkan anaknya ke sekolah, menyiapkan keperluan sekolah anak, tak luput juga suaminya. Semuanya bergabung dalam kesibukan senin pagi ini. Pria dewasa berangkat kerja, anak-anak dan remaja berangkat sekolah, mahasiswa kuliah, wanita karir berangkat kerja, ibu rumah tanggapun tak luput juga yang justru menjadi bagian penting dari kesibukan ini,  ibu mengurus semuanya, sebelum suami berangkat kerja, anak berangkat sekolah atau kuliah, barulah ia mengurus rumah dan menunggu anak dan suaminya kembali dari sekolah ataupun kantor mengurusnya lagi dan begitu seterusnya seperti siklus hujan. 

Namun, itu tidak berlaku bagi seorang mahasiswa atau siswa yang sekolah jauh dari orangtuanya. Mereka mengurus semuanya sendiri. Sebelum berangkat kuliah, ia harus bisa bangun pagi, membereskan kost atau asrama, memasak sarapan atau menahan hingga waktu makan siang di kampus, barulah ia bisa berangkat ke kampus. Seperti itu mahasiswa secara umum. Begitu juga yang terjadi pada Kaysa saat ini, namun tidak seperti mahasiswa pada umumnya. Ia bangun, melaksanakan kewajiban, mandi, memasukkan keperluan kuliah ke dalam tas, berpakaian seadanya, kemudian berangkat kuliah tanpa sarapan. Ia tidak terbiasa sarapan, dari kecilpun ia memang jarang sarapan. Jadi, hal itu tak masalah baginya jika tidak sarapan. Walaupun banyak info-info kesehatan yang beredar jika tidak sarapan di pagi hari. Ia mengetahuinya. Toh, itu tidak memberi pengaruh baginya. Begitu juga dengan selera berpakaiannya. Memakai pakaian seadanya, tanpa memerhatikan penampilannya, "Apakah saya cocok memakai pakaian ini hari ini?, Apakah cocok dengan rok yang saya pakai, sepatu yang saya gunakan, jilbab yang saya kenakan?, ia tidak terlalu memerhatikannya. Ia nyaman dengan penampilannya dari dulu hingga sekarang seperti ini. Tidak berubah. Wajah yang juga tidak pernah dipolesi make up. Walaupun beberapa keluarga, teman atau seseorang yang kenal dengannya berulang kali menegurnya mengenai make up. "Kamu kok tidak pake make up?, memangnya kamu tidak malu keluar tanpa make up?, Alangkah bagusnya jika wajahmu ini dipolesi make up, yah setidaknya bedak yang menjadi hal wajib ada pada wajah seorang perempuan". Namun, itu tidak berlaku bagi Kaysa. Ia hanya membalas ocehan mereka dengan sikap diam, atau sedikit senyum, atau dengan sedikit perkataan " Aku nyaman dengan diriku sekarang" "Aku tidak terbiasa dengan itu" " Ini diriku, biarlah orang berkata apa, aku tak peduli".

Hari ini Kaysa memiliki tiga mata kuliah yang dimulai dari pukul 07.30 hingga pukul 12.50, tanpa istirahat, walaupun selisih mata kuliah 10 menit, tetapi itu hanya digunakan untuk menempuh ruang kelas selanjutnya yang tidak terlalu dekat, pun tidak terlalu jauh. 

Kaysa berangkat ke kampus jalan kaki. Jarak kampus dengan kostnya tidak terlalu jauh dan ia juga suka jalan kaki. Baginya sangat menyenangkan jalan kaki, ia bisa sejenak melupakan keluh kesahnya, memandang kesana-kemari segala keramaian, kesibukan orang-orang. Ia suka menjadi penonton. Ia suka berada dibalik layar. Menurutnya, itu adalah dirinya dan terasa menyenangkan jika melakukannya.  Waktu yang diperlukan Kaysa untuk sampai ke kampus sekitar 10-15 menit, jika ia terlambat bangun, ia bisa menempuh jarak dibawah 10 menit. Kaysa melangkah santai menelusuri lorong koridor menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Tak butuh waktu lama, ia sampai di depan pintu kelasnya, mengetuk, dan perlahan membuka pintu kelas. Hal pertama yanh dilihatnya saat memasuki kelas, kelas masih sepi. Hanya beberapa teman yang baru datang. Itu hal wajar, toh masih pukul 06.50. Masih banyak waktu sampai dosennya datang. Mengisi kekosongan itu, Kaysa membuka tasnya, meraih buku dan membacanya. Yah, itu kebiasaan Kaysa, ralat, itu masih dalam tahap dibiasakan. Ia selalu membawa buku bacaan dalam tasnya, entah novel, sejarah, biografi, sesekali buku nuansa filsafat atau astronomi. Itu semua genre buku kesukaan Kaysa. Teruntuk novel, ia sangat menyukai novel sci-fi, mistery, kriminal detektif, dam berbagai novel tentang genre detektif lainnya. Ia masih berusaha untuk membiasakan diri membaca diwaktu luangnya. Sebisa mungkin setiap hari ia bisa membaca minimal dua lembar atau satu bab bacaan.

07.30

Jam menunjukkan waktu dimulainya kuliah pagi hari ini dan bertepatan saat itu pintu perlahan terbuka menampilkan dosen yang akan memulai mata kuliahnya hari ini. Kaysa terlihat fokus memerhatikan penjelasan dari dosen, tak lupa ia mencatat kata-kata yang penting. Sesekali ia tidak mengerti dengan penjelasan dosennya dan menanyakan hal itu ke teman yang tidak jauh darinya. Kelas berlangsung khitmad hingga waktu mata kuliah pertama telah selesai. Kaysa merapikan peralatan alat tulisnya dan mulai beranjak pergi ke kelas berikutnya untuk mata kuliaj kedua yang sebentar lagi dimulai.

Ia mudah hilang ingatan atau terlalu cuek, ia lupa untuk mata kuliah kedua ia satu kelas dengan beberapa seniornya dan salah satunya adalah senior yang kemarin ia mencoba untuk menghindar sejak pertemuannya di pagi hari kemarin. Ia mencoba untuk tetap fokus pada materi yang dijelaskan dosen. Namun, hp-nya berulang kali bergetar hingga membuat ia beberapa kali hilang fokus. Ia menduga siapa yang membuat hp-nya bergetar kalau bukan tatapan seseorang yang selalu mengarah kepadanya sejak materi dimulai. Sampai ia sayup-sayup mendengar orang itu bicara pada salah satu temanku sambil melirik padaku.

"Kay"

(Kaysa menoleh pada orang yang memanggilnya)

"Dipanggil sama kak Devan, katanya suruh lihat hp"

"Nanti", ucap Kaysa singkat

"Katanya sekarang, penting kayaknya"

"Iya", dengan malas Kaysa membuka hpnya, melihat chat yang masuk, dan menutup kembali. Ia malas membaca apalagi membalas chat dari seniornya itu.

(Mengganggu saja, gimana nanti seterusnya, aku pasti digangguin terus nih), gerutu Kaysa dalam hati

Hingga saat dosen selesai mengajar, Kaysa buru-buru pergi dari kelas itu dan segera menuju kelas untuk mata kuliah terakhir. Beruntung untuk mata kuliah terakhir ini, seniornya itu tidak ada. Ia bisa bernafas lega. Walaupun hanya sementara. Disamping itu, Devan yang selesai merapikan peralatan tulisnya, melihat ke arah meja Kaysa yang telah kosong. Ia kemudian bertanya pada salah satu teman Kaysa.

"Alina"

"Iya kak"

"Kaysa, tadi kemana yah?"

"Oh, ke kelas berikutnya kak"

"Kalian masih ada kuliaj setelah ini?"

"Iya kak, kenapa memangnya kak?"

"Oiya, ini kuliah terakhir atau masih ada lagi?"

"Ini yang terakhir kak"

"Boleh minta tolong tidak?"

"Iya kak"

"Setelah selesai kuliah nanti, suruh Kaysa ke sekret yah"

"Oke kak"

"Terima kasih Alina"

"Sama-sama kak, pergi dulu kak"

"Iya"

(Baru aja mau berencana,dia sudah mulai menjauh), batin Devan lesuh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!