Aska merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia menatap langit-langit kamar dengan raut penuh kelelahan. Mengingat masalah yang silih berganti datang menimpa keluarganya. Berawal dari surat wasiat yang menjadi petaka bagi keluarga.
Aska menghela napas berat. Dia memiringkan tubuhnya ke arah meja yang berada di samping tempat tidur. Di sana terdapat foto keluarganya lengkap dengan Echa. Tangannya meraih foto tersebut, matanya nanar menatap satu per satu orang yang berada di dalam foto.
"Adek yakin, Daddy akan mengusut tentang surat wasiat itu. Hanya saja, akan berjalan lambat karena sekarang pikiran Daddy sedang terbagi. Memikirkan kesadaran Kakek serta mengurus perusahaan yang sedang mengalami kerugian sangat besar, pastilah sangat menguras pikiran Daddy. Belum lagi kondisi Abang yang kembali seperti dulu. Sehingga kondisi kesehatan Daddy sekarang ini menurun, tetapi Daddy tidak ingin memberitahukan kepada anak-anak serta istri Daddy," lirih Aska.
Cobaan bertubi-tubi sedang menimpa Gio. Itulah sebabnya Gio sedikit lamban dalam mengurus surat wasiat itu. Bayangkan, bukan hanya satu perusahaan yang mengalami kerugian besar, tetapi lebih dari sepuluh perusahaan mengalami hal yang sama. Perusahaan itu tersebar di beberapa negara Asean. Sehari, Gio bisa mengunjungi dua sampai tiga negara untuk mengecek semuanya. Lelah dan emosi bercampur jadi satu, jika sudah mendatangi perusahaan. Belum lagi, laporan kesehatan ayahnya yang sedikit banyak akan mengganggu kefokusannya. Ditambah perkembangan mengenai surat wasiat yang membuat putranya depresi. Sungguh tersiksanya pikiran dan batin Gio.
Aska beralih melihat wajah Ayanda yang sedang tersenyum bahagia. Senyuman itu menular kepada Aska.
"Jangan banyak pikiran, Mom. Daddy dan anak-anak Mommy tidak ingin melihat Mommy sakit. Biarlah Adek yang akan membantu Daddy sekarang ini," gumamnya lagi.
Kini, Aska menatap ke arah kembarannya. Matanya nanar dan dadanya terasa sesak. Apalagi melihat kembarannya kembali depresi berat.
"Adek paling benci melihat Abang seperti ini," geramnya.
Aksa adalah pria berkharisma. Aura pemimpinnya sudah terlihat jelas sedari kecil. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa Aksa yang gagah dan berkharisma itu memiliki depresi masa lalu. Kisahnya hampir mirip dengan kisahnya sekarang bersama Riana. Ditinggal wanita yang Aksa sayang ketika rasa sayang itu sedang membuncah. Itulah alasan kenapa Aksa menjadi sosok yang dingin dan tertutup ketika remaja. Awalnya hanya Aska yang tahu, lambat-laun kedua orang tua mereka tahu dan membawa Aksa untuk berobat ke luar negeri. Butuh waktu satu tahun untuk menyembuhkan depresinya. Sekarang, depresi Aksa kambuh lagi dengan kisah yang sama. Namun, dengan wanita yang berbeda. Ditambah dengan banyak tekanan yang Aksa terima.
Depresi lah yang membuat Aksa kehilangan kecerdasannya. Itu terjadi jika sudah berada di rumah. Jika, mengenai pekerjaan Aksa tetaplah pria cerdas. Itulah yang membuat Aska merasa salut kepada sang Abang dan selalu menganggap Aksa adalah pria hebat.
Ketika Aska beralih pada gambar Echa, lengkungan senyum terukir di wajah Aska.
"Kakak adalah sosok pelindung yang luar biasa. Selalu melindungi adik-adik Kakak. Sekarang, Kakak berada di garda terdepan untuk melindungi Riana."
Aska memejamkan matanya sejenak. Menstabilkan emosi dan kesedihan yang sedang memenuhi hatinya. Siapa yang tidak akan sedih, jika berada di posisi seperti Aska?
Aska teringat kejadian beberapa hari lalu sebelum dia diminta untuk terbang ke Singapura karena surat wasiat.
# Flashback On.
Aska menemui Remon di kantor sang Daddy. Ini adalah kesempatan emas untuk Aska karena Daddy-nya sedang di Singapura dan sang abang sedang terbang ke Jogja. Aska menunggu Remon yang masih berada di ruang meeting. Bibirnya tersenyum bahagia ketika di dinding ruangan itu terpajang foto keluarganya lengkap. Bersama sang kakek, kakak iparnya serta tidak kurcaci kesayangan.
"Ada apa, Dek? Tumben." Suara Remon memudarkan senyuman Aska. Kini, mata Aska menatap serius ke arah Remon.
"Bagaimana perkembangan surat wasiat Kakek?" Kedua alis Remon menukik ketika Aska bertanya perihal itu.
"Adek ingin membantu Daddy mengusut semuanya. Akan tetapi, dengan cara yang Adek miliki," ujar Aska.
Remon masih diam dan mendengarkan apa yang Aska rencanakan. Aska menjelaskan secara rinci tanpa ada keraguan sama sekali. Rencananya seperti sudah tersusun dengan matang. Sudut bibir Remon pun sedikit terangkat mendengar penjelasan dari rencana Aska.
"Apa alasannya kamu melakukan ini?" tanya Remon penasaran.
Helaan napas kasar yang keluar dari mulut Aska sebelum dia menjawab pertanyaan dari Remon. Aska menatap wajah Remon dengan mata nanar.
"Om pasti tahu, kondisi kesehatan Daddy menurun 'kan?" Remon sedikit tersentak dengan apa yang dikatakan Aska.
Dari mana anak ini tahu? Hanya aku yang tahu kondisi Tuan seperti apa.
"Dokter yang menangani Daddy adalah ayah dari teman Adek. Adek sedih, Om. Seluruh keluarga Adek sedang dirundung pilu. Apa sekarang Adek harus diam saja melihat mereka seperti itu? Terlebih Abang." Aska menunduk dalam, dia tak sanggup berucap lagi. Apalagi mengenai kembarannya. Air mata sudah mendesak untuk keluar.
Remon bangkit dari duduknya dan duduk di samping Aska. Tangannya mengusap lembut punggung Aska.
"Menangislah! Tidak ada larangan untuk laki-laki menangis," ujar Remon.
Air mata Aska pun terjatuh. Punggung Aska bergetar menandakan dia juga merasakan kesedihan mendalam melihat kondisi keluarganya. Puas menitikan air mata, Aska menghapus air matanya dengan punggung tangan. Kemudian, dia menatap Remon dengan serius kembali.
"Hanya Adek harapan keluarga. Adek harus mampu mengungkap semuanya, menggantikan peran Daddy untuk sementara," terangnya.
"Adek sadar diri, Adek tidak sehebat Abang. Tidak juga sehebat Daddy. Akan tetapi, Adek yakin bisa mengungkap semuanya tentunya dengan bantuan Om dan juga anak buah Daddy. Supaya beban Daddy sedikit ringan."
"Adek hanya ingin melihat orang yang Adek sayangi bahagia, Om. Keluarga Adek utuh kembali, tidak saling membenci," tuturnya.
Remon tersenyum bangga kepada putra bungsu dari Gio. Sungguh lengkap hidup Gio. Dikaruniai dua anak kembar yang berbeda karakter, tetapi saling melengkapi.
# Flashback off.
Ponsel Aska berdering, membuat Aska harus mengakhiri kesedihannya. Setelah telepon terputus, Aska segera meraih kunci mobil. Di lantai bawah dia berpapasan dengan sang mommy tercinta.
"Gak sarapan dulu, Dek?" Aska hanya tersenyum dan memeluk tubuh Ayanda dengan begitu manja.
"Nanti saja di kafe, Mom," jawab Aska. Seulas senyum Ayanda berikan kepada putra bungsunya.
"Mommy jangan banyak pikiran. Adek tidak mau Mommy sakit," imbuhnya. Hanya sebuah anggukan yang menjadi jawaban dari Ayanda.
Setelah mencium tangan serta kening sang mommy, Aska melanjutkan langkahnya yang hendak pergi.
"Aska." Panggilan seseorang menghentikan langkah Aska. Aska menoleh ke asal suara dan berdecak kesal.
"Aku nebeng, dong. Aku mau ke rumah Mamih," ucap Ziva.
"Cih, lu kira gua bawa mobil pick up mau nebeng segala," decak Aska kesal.
"Eh Juminten, kata ustad seorang istri keluar rumah tanpa seizin suami itu hukumnya dosa," sergah Aska.
"Mau izin gimana coba, nomor aku aja diblok sama Aksa," keluhnya agar mendapat simpati Aska.
"Mampoes! Harusnya lu sadar diri, kalo lu itu hanya sebatas istri di atas kertas," sarkas Aska.
"Gak sakit emang selalu dicuekin sama Abang gua? Dianggap kayak hantu yang tak terlihat oleh mata manusia biasa," sindirnya.
"Ingat, semua penghuni rumah ini manusia biasa. Jadi, jangan harap lu bisa terlihat oleh mata mereka. Kecuali, si Iyan noh yang bisa liat sodara-sodara lu sesama hantu," ejek Aska puas.
Wajah Ziva memerah mendengar ocehan Aska yang sangat tidak terkontrol. Malah terkesan sengaja.
"Cukup Aska!" bentak Ziva dengan wajah yang sedang menahan amarah.
"Selow, Juminten. Kagak usah teriak-teriak kayak Tarzan," balas Aska.
Aska mendekat ke arah Ziva. "Ntar anak di dalam perut lu kaget sama teriakan lu," bisik Aska dengan seringai liciknya.
...****************...
Komennya mana nih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 356 Episodes
Comments
mamah cantikk
mgkn sarah dendam karna dulu gio g jd nikah sm dy jd skrg mw gmnpun caranya anaknya hrs jd bagian dr keluarga gio
2021-10-01
0
henny soelistyo
xixixiiii..... serem..
2021-09-28
0
Suciati Isbiyantoro
hamil dwngan orang lain kah thor...aduh makin penasaran ini
2021-07-17
0