Aksa benar-benar frustasi kali ini. Rambutnya yang selalu menjadi sasaran kemarahannya.
"Kapan aku tidur bersamanya? Kapan juga aku menengguk alkohol?" ucap Aksa penuh tanda tanya.
Setelah menikah, dia selalu tidur di kamar yang berbeda dengan Ziva. Bersentuhan dengan Ziva pun ketika menghadiri acara pernikahan di Jogja. Sebenarnya, Aksa tidak mengajak Ziva ke Jogja. Namun, ketika Aksa baru tiba di Bandara Internasional Adisutjipto, Ziva sudah menyambutnya di depan Bandara. Sungguh membagongkan. Begitulah hati Aksa bergumam.
Ingatan Aksa muncul kembali. Pernah satu malam, Aksa tidur sendiri karena Aska ada urusan ke Bandung. Pada malam itu kepalanya terasa berat dan dia pun langsung tertidur.
"Sial! Pasti jelangkung wanita itu menjebakku," geramnya.
Tiba-tiba dia teringat pada sosok wanita yang masih sangat dia sayangi.
"Riana," gumam Aksa. Aksa takut, jika foto itu Ziva kirimkan kepada Riana. Sudah pasti, Riana akan semakin membencinya.
Ternyata, apa yang dipikirkan Aksa benar adanya. Suara notif pesan membuat Riana mencari keberadaan ponselnya. Ketika dia buka, dahinya mengkerut ketika ada pesan dari nomor yang tidak dia simpan di kontak. Namun, nomor itu mengirimkan beberapa gambar. Hati Riana sangat sakit ketika membuka gambar yang dikirimkan. Batu satu gambar yang dia buka, tetapi tangannya sudah tidak mampu memegang ponsel hingga ponsel terjatuh ke lantai. Terlalu sakit untuk melihatnya.
"Ada apa, Ri?" Arka menyentuh pundak Riana dengan lembut. Namun, Riana semakin tertunduk dalam.
Foto itu seperti peluru yang menembus jantung Riana sangat dalam. Menyebabkan hatinya mati untuk Aksa.
"Aku memang bodoh, aku masih mengharapkan suami orang," batinnya lirih.
"Riana," panggil Arka lagi.
Riana segera menghapus ujung matanya dan mencoba untuk tersenyum ke arah Arka.
"Tidak perlu terlihat baik-baik saja di depanku. Jika, kamu kacau pun aku akan tetap ada di samping kamu. Menemani kamu, mendengarkan keluh kesah kamu."
Riana memeluk pinggang Arka dan menumpahkan tangisnya. Arka merasakan baju bagian perutnya basah. Karena posisinya sekarang ini dia sedang berdiri. Sedangkan Riana sedang duduk di kursi. Arka membiarkannya saja. Riana adalah wanita yang irit bicara. Caranya untuk menyampaikan kesedihannya melalui tangisan.
Arka banyak mengetahui karakter seseorang. Apalagi, dia pernah memiliki kekasih yang sangat mirip dengan Riana. Namun, sayang jodoh tidak berpihak padanya. Wanita yang Arka sayangi malah menikah dengan pria lain dan sekarang mereka sudah hidup bahagia.
"Tumpahkan semuanya, Ri. Jika, itu membuat hatimu tenang. Jangan buang air matamu untuk seseorang yang sudah tidak lagi bersamamu. Meskipun, hatinya masih untuk kamu, tetapi raganya milik orang lain."
Sungguh ucapan Arka sangat menusuk hati Riana. Mengenal Arka adalah sebuah keberuntungan bagi Riana. Baru tiga hari berteman dengan Arka, Riana sudah mendapatkan pengalaman hidup yang luar biasa. Arka seperti seorang kakak yang selalu menasihati adiknya ketika adiknya terpuruk. Ditambah, Rion menitipkan Riana kepada Arka serta kedua orang tua Arka. Intensitas mereka bertemu pun pasti akan sering.
Setelah puas menumpahkan segala sedihnya, Riana mengelap air mata beserta ingusnya ke baju Arka.
"Ih, jorok," kata Arka sambil menjauhkan kepala Riana.
"Buat kenang-kenangan," sahut Riana seraya tertawa.
Bibir Arka melengkung ketika melihat tawa Riana. Dia mengusap lembut kepala Riana dengan penuh kasih.
"Aku akan berusaha menjadi penawar rasa sedih, sakit, serta lukamu."
Sedangkan Sarah dan Ziva tengah tertawa bahagia. Apalagi senyum Ziva yang terus melengkung di bibirnya. Sarah mengusap lembut perut Ziva yang masih rata.
"Akhirnya," ucap Sarah.
Ziva memeluk tubuh Sarah dan mulutnya tak henti mengucapkan terima kasih kepada sang mamih yang selalu berkorban untuknya.
"Sekarang, kamu jangan sedih lagi. Sebentar lagi kamu akan diterima di keluarga terpandang ini." Ziva mengangguk penuh bahagia.
Keesokan paginya, anggota keluarga Aksa masih mendiamkannya. Aksa merasa seperti orang asing di meja makan ini. Apalagi tatapan kecewa Daddy dan Mommy-nya terlihat sangat jelas.
"Mom ...."
"Ketika makan jangan bersuara," bentak Gio.
Aksa semakin menunduk dalam. Gio bukanlah orang yang mudah marah kepada anaknya. Sekali dia mengeluarkan suara menandakan bahwa dia marah. Aksa hanya bisa diam dan mengunci rapat mulutnya. Sedangkan Ziva tersenyum sinis melihat Aksa lemah seperti ini.
"Mimo," panggil Aleena.
"Aki," panggil Aleeya.
"Uncle," panggil Aleesa.
Echa bersama Radit serta ketiga anaknya mengunjungi Gio dan juga Ayanda. Kemarin kedua orang tua Echa serta Aska berkunjung ke rumahnya, tetapi rumah itu kosong. Mereka sedang mengunjungi rumah Addhitama. Sedangkan Rion sedang mewakili Echa meeting di Surabaya.
Echa dan Radit mencium tangan Gio dan Ayanda dengan sopan. Namun, tatapan tajam Echa berikan kepada Aksa serta Ziva. Ziva sudah berdiri dan hendak meninggalkan ruang makan karena sejujurnya dia tidak menyukai kakak perempuan Aksa. Echa memang memiliki kelembutan luar biasa. Akan tetapi, Echa memiliki sisi lain yang sangat menyeramkan melebih hantu.
"Duduk! Selesaikan makanmu. Tidak sopan! Ada kakak ipar bukannya cium tangan," omel Ayanda.
Dengan terpaksa Ziva mengulurkan tangannya. Bukannya disambut, Echa malah menampar pipi Ziva.
"Itu hadiah pernikahan dariku." Mata semua orang pun melebar melihat sikap tak terduga Echa. Berbeda dengan ketiga anak Echa yang tertawa puas melihat Ziva ditampar oleh ibu mereka. Tangan mereka pun bertepuk gembira.
Sekarang, Echa menatap tajam ke arah Aksa. Matanya menyorotkan api kemarahan luar biasa.
"Lihat Kakak, Abang," pinta Echa.
Dengan rasa takut, Aksa menatap Echa dengan sorot mata penuh penyesalan.
Plak!
Tangan Echa sudah mendarat mulus di pipi Aksa. Aksa hanya terdiam walaupun pipinya terasa panas.
"Itu untuk kebodohanmu karena telah tidur dengan wanita tak tahu malu itu," sarkasnya sambil menunjuk ke arah Ziva.
Radit segera membawa ketiga anaknya untuk pergi menjauhi ruang makan. Dia membiarkan Echa meluapkan amarahnya kepada adiknya.
Gio dan Ayanda hanya terdiam. Jujur, mereka juga sangat kecewa dengan Aksa. Membiarkan Echa yang mewakili kemarahan mereka berdua.
Echa masih menatap nyalang ke arah Aksa. Dadanya masih turun naik menandakan masih ada sisa amarah di hatinya. Apalagi semalam dia mendapat kabar dari orang suruhannya bahwa Riana menangis lagi. Setelah diusut ternyata Riana mendapat kiriman gambar dari orang yang tidak dikenal tentang foto Aksa dan Ziva yang tengah bermesraan layaknya pasangan suami-istri.
Plak!
Tamparan kedua mendarat di pipi Aksa sebelahnya lagi. Aksa tidak mampu menegakkan kepala. Dia merasa sangat bersalah dan tidak pantas dipanggil adik jika berhadapan dengan Echa.
"Itu untuk kesakitan Riana," sentaknya.
Mendengar nama Riana, air mata Aksa terjatuh. Dia yakin, Riana sudah mengetahui foto itu. Apalagi, Echa semurka ini.
Di lantai atas Aska hanya tersenyum tipis melihat Aksa dan Ziva yang sedang dimarahi Echa. Kemudian, dia masuk ke dalam kamarnya kembali.
Diambil selembar foto yang kemarin Ziva berikan sebagai bukti bahwa Aksa telah tidur bersamanya.
"Terlalu klasik," gumam Aska dengan senyum tipisnya sambil melemparkan foto tersebut ke atas meja.
Ponsel Aska berdering, nama Remon yang tertera di layar ponselnya.
"Benar kata kamu, Dek." Begitulah yang dikatakan Remon dari balik sambungan telepon.
"Jalankan apa yang Adek katakan semalam," sahut Aska. Sambungan telepon pun terputus.
Senyum penuh kelicikan terukir di wajah Aska. Dia menatap foto Ziva yang sedang dicumbu oleh Aksa di selembar foto tersebut.
"Permainan kita akan segera dimulai. Silahkan kamu bersorak gembira sekarang. Sebelum nantinya, aku yang aku menyoraki kamu dan orang tua kamu."
...****************...
° Untuk kisah ini aku akan selow up. Jangan meminta crazy up kecuali komen banyak dan akunya lagi khilaf.
° Ikuti alur ceritanya saja. Jangan biasakan menebak-nebak layaknya Mbah Mijan. Menyebabkan jari kalian keseleo dan berakhir komen yang tidak mengenakkan.🤧
° Jika, ada notif UP. Langsung baca jangan ditimbun-timbun. Itulah cara kalian mengapresiasi karya yang aku tulis. Karena di sini kalian membaca secara gratis. Sedangkan aku mikir dengan menguras otak. Sampai mata merah dan kurang tidur demi untuk menyuguhkan cerita yang bagus u/ kalian. (bagus menurutku)
° Suka silahkan baca, tidak suka silahkan tinggalkan. Tanpa menyisipkan komen yang menjatuhkan dan membuat down author remahan macam aku.
° Budayakan setelah membaca tekan tombol like terus sisipkan komen biar khilafku muncul.
...Sekian dan terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 356 Episodes
Comments
Ivanka Anata
Keluarga kaya raya kok bego amat yaaaa, kan udah merasa ada yg lg berkomplot knp gak merasa jg itu foto adlh edit an.
2023-02-14
1
pipi gemoy
Thor belibet mengingat namanya
arka
Aska
Aksa
mirip-mirip 😅
2022-08-26
0
Bunda Sarah
Mangat thor
2022-02-20
0