"Jangan kasar terhadap calon suami, Ri." Mata Aksa pun melebar dengan sempurna mendengar ucapan Riana.
"Kamu bohong 'kan, Riana," ucap lemah Aksa.
"Itu benar," jawab Arka dengan kalimat yang bersungguh-sungguh.
Tubuh Aksa melemah seketika. Sorot matanya menyiratkan kepedihan yang mendalam.
Kehadiran Ziva membuat Riana menarik tangan Arka agar menjauhi pasangan tersebut. Masih terlalu sakit melihat mereka berdua.
Hati Aksa semakin sakit ketika melihat Riana dan Arka yang pergi semakin menjauh. Apalagi, tangan Riana yang masih betah merangkul lengan Arka.
"Sayang, aku ...."
"Berhenti memanggilku dengan kata itu. Sungguh membuatku muak!" Aksa berlalu meninggalkan Ziva dengan wajah yang penuh amarah.
Sedangkan Riana mulai melepaskan tangannya di lengan Arka ketika sudah berada di tempat yang cukup ramai.
"Maaf," lirih Riana.
"Kenapa harus meminta maaf? Bukankah kamu yang memintaku untuk membantumu?" Arka menatap wajah Riana yang kini berubah sendu.
"Aku hanya ingin menghindari dia," terang Riana.
"Aku tahu itu. Aku akan selalu siap membantu kamu." Senyum Riana pun melengkung di bibirnya.
"Asal kamu mau jadi temanku. Seperti kedua orang tua kita yang bersahabat." Riana mengangguk pelan. Arka pun tersenyum bahagia.
"Aku akan berusaha menyembuhkan lukamu dan menghilangkan kesedihanmu," batin Arka.
Riana dan Arka bergabung kembali bersama kedua orang tua mereka. Cintya terus memuji suara Riana yang teramat merdu. Sedangkan Rion menatap putrinya dengan tatapan sendu. Dia tahu, lagu yang Riana nyanyikan adalah jeritan hatinya.
"Ka, kamu antar Riana pulang. Papah dan ayahnya Riana mau bernostalgia dulu. Mamah pun akan pergi ke acara arisan. Sopir sudah menjemputnya." Arka mengangguk. Sedangkan Riana menatap ayahnya.
"Jangan khawatir, Arka anak baik. Dia akan mengantar kamu sampai kost-an kamu. Ayah janji, Ayah tidak akan lama." Riana hanya menghela napas kasar. Mau tidak mau dia mengikuti ucapan ayahnya.
Arka dan Riana menuju tempat parkir dan di sana sudah ada Aksa yang sengaja menunggu Riana keluar. Namun, dia harus menelan pil kecewa. Riana didampingi pria yang Riana sebut sebagai calon suami. Apalagi Riana masuk ke dalam mobil yang sama dengan Arka.
Aksa memukul stir mobil dengan sangat keras. Marah kini dia rasakan. Dia mengikuti mobil Arka dari belakang. Pikiran Aksa mulai kacau. Ucapan Riana masih terngiang-ngiang di telinga.
"Kamu tidak boleh bersama dia. Tidak boleh," gumamnya.
Keegoisan kini manguasai diri Aksa. Hatinya sangat sakit ketika mendengar jika Riana sudah memiliki calon suami. Aksa mencoba untuk tidak percaya.
Mobil itu pun berhenti tepat di kost-an Riana. Semakin pedih hati Aksa. Melihat perlakuan manis dari Arka kepada Riana. Hati Aksa semakin menjerit kesal. Dia tidak sanggup sungguh tidak sanggup melihat adegan demi adegan yang dilakukan Arka dan Riana. Arka mengusap lembut rambut Riana serta pipi mulus Riana. Aksa memilih untuk pergi dengan segala kesedihan dan kesaktian yang tak terkira.
"Maaf, aku harus melakukan ini. Aku lihat mantan kekasihmu mengikuti kita," ucap Arka setelah mengetahui mobil Aksa pergi.
"Gak apa-apa. Makasih, kamu sudah membantuku." Arka hanya tersenyum dan Riana pun segera masuk ke dalam kost-an.
"Kamu terlalu berharga untuk disakiti," gumam Arka.
Sedangkan Aksa mengendarai mobil tanpa tujuan. Kesedihan dan kesakitan menguasai hatinya sekarang ini.
"Kamu tega, Ri. Sangat tega," lirihnya. Tak terasa air mata Aksa pun terjatuh.
Aksa pun menepikan mobilnya. Dia menumpahkan segala kesedihan dan kesakitan yang dia rasakan dalam isakan dan tangisan.
"Hatiku sakit, Ri. Sangat sakit," gumam Aksa.
Aksa benar-benar menjelma menjadi pria yang sangat rapuh. Kharismanya hilang seketika. Aksa terlihat seperti pria yang sangat depresi dan putus asa.
Begitulah Aksa, dia mampu mengukirkan senyum di hadapan para koleganya. Namun, ketika dia sendiri inilah dia yang sesungguhnya. Masih larut dalam penyesalan, kekesalan, kesedihan dan juga kesakitan. Apalagi sekarang Riana sudah memiliki calon suami. Hanya kehancuran yang Aksa rasakan.
Setelah puas tenggelam dalam tangisan. Aksa melanjutkan perjalanannya. Mata Aksa terlihat merah, menyipit dan wajahnya benar-benar menyedihkan. Rambutnya pun sudah acak-acakan.
Mobil itu berhenti di depan kost-an kecil. Ke sinilah hati Aksa ingin datang. Dia turun dari mobil. Mencoba menguatkan hati dan dirinya untuk melangkah menuju kost-an dengan pintu tertutup rapat.
Tangannya ragu untuk mengetuk. Namun, hatinya memaksa agar Aksa segera mengetuk pintu. Menemui penghuni di dalamnya yang membuat Aksa menjadi sekacau ini. Aksa mengetuk pintu dengan pelan. Dia masih mematung di depan pintu. Terdengar kunci pintu dari dalam dibuka. Mata Aksa berkaca-kaca ketika melihat wanita yang sangat dia cintai berada di depan matanya. Sejenak dia menatap Riana dengan air mata yang sudah menganak.
Tubuh Aksa luruh ke lantai. Dia pun memeluk kaki Riana. Membuat mata Riana membola.
"Maafkan aku, Ri. Maafkan aku." Suara Aksa sangat bergetar. Riana merasakan ada yang menetes ke kakinya.
"Aku hanya mencintai kamu. Aku ingin kita bersatu," lanjutnya lagi.
Riana pun tak kuasa menahan air mata. Apalagi melihat tubuh Aksa yang sangat bergetar. Air mata Aksa terus menetes membasahi kaki Riana.
"Aku sungguh tidak menginginkan pernikahan ini. Aku sungguh tidak mencintainya. Aku terpaksa, sungguh aku terpaksa." Isakan pun terdengar di telinga Riana.
Riana bukanlah wanita kejam. Dia meraih pundak Aksa dan meminta Aksa untuk berdiri. Hati Riana terasa sakit ketika melihat wajah Aksa sangat kacau seperti ini.
"Aku mencintai kamu, Ri. Sangat mencintai kamu." Aksa menatap manik mata Riana dengan kesungguhan, dengan sisa-sisa air mata yang masih berjatuhan.
Riana tersenyum dalam tangisnya. Tangannya mulai mengusap lembut air mata Aksa yang sudah membanjiri wajahnya.
"Jangan pernah menangisi Ri, lagi. Bukan Ri yang harusnya Abang tangisi," imbuh Riana dengan suara yang teramat lirih. Air matanya pun ingin sekali meluncur kembali.
"Bukan Ri juga yang harusnya Abang cintai. Ri, hanya masa lalu Abang. Sekarang, Abang sudah memiliki masa depan, yaitu wanita yang telah sah menjadi istri Abang."
"Jujur, cinta Ri kepada Abang pun masih besar. Namun, Ri tidak ingin menjadi wanita yang merusak kebahagiaan wanita lain. Biarlah, cinta yang Ri miliki untuk Abang berubah menjadi kesakitan. Kesakitan yang akan Ri sembuhkan. Meskipun sulit untuk dilakukan," terang Riana.
Riana kini menggenggam tangan Aksa. Menatap manik cokelat yang terlihat sangat sendu.
"Kita memang saling mencintai. Namun, Tuhan tidak meridhoi. Kita tidak bisa memaksa. Karena Tuhanlah perencana semuanya. Ikuti skenario Tuhan, pasti Tuhan telah menyiapkan cerita yang indah untuk kita berdua. Abang dengan pasangan Abang dan Ri, dengan pasangan Ri."
"Hari ini, kita sudahi kisah ini. Kita lupakan semua rasa yang kita miliki. Semoga Abang bahagia dengan rumah tangga, Abang." Riana menjinjitkan kakinya untuk mengecup kening Aksa sangat dalam. Menjadikan perpisahan ini sebagai perpisahan termanis untuk kisah mereka berdua. Tidak dipungkiri mereka sama-sama terluka.
Setelah menumpahkan sayangnya dalam kecupan hangat. Riana memilih masuk ke dalam kost-an. Sedangkan Aksa masih mematung di tempat itu dengan air mata yang mengalir begitu deras.
"Aku sangat mencintai kamu, Ri."
Mendengar perkataan Aksa yang berada di luar, tubuh Riana luruh ke lantai. Menangis dengan membekap mulutnya agar Aksa tidak mendengarnya.
Ketika Aksa hendak meninggalkan kost-an Riana. Ponselnya berdering.
"Ke Singapura sekarang. Ada hal yang ingin Daddy katakan kepada Abang perihal surat wasiat."
...****************...
Komen 100 nanti aku up lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 356 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Keluarga hebat dan terpandang koq bisa di intimidasi orang
2022-03-08
1
Jeni Safitri
Keluarga aneh apalagi aska masa krn surat wasiat yg mrk ragukan tapi mau menjalankannya, pernikahan itu pasti bisa tundakan dgn alasan kondisi kakeknya
2022-03-08
0
Fa Rel
lu blg sakit gk mikir.riana liat lu nikah goblok lu aska
2022-03-03
0