"Kenalkan, ini anak, Om," ucap Fikri.
"Riana?"
Wajah Arka benar-benar terkejut melihat Riana yang sangat berbeda dari Riana kemarin. Malam ini, Riana terlihat sangat cantik. Riana pun hanya tersenyum tipis.
"Benar 'kan kamu, Riana," tanya Arka lagi. Riana pun mengangguk pelan.
"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Fikri heran. Begitu juga dengan Rion.
"Kemarin sempat ketemu di kafe tempat Arka ngamen, Pah," jawab Arka.
"Benarkah?" Fikri terlihat antusias.
"Benar begitu, Riana?" Sekarang Rion mulai bertanya kepada sang putri. Hanya anggukan yang menjadi jawaban.
"Ayah bilang apa. Akhirnya, kamu menemukan jodohmu di sini," kekeh Rion. Disambut tawa Fikri dengan tangan mereka yang sudah ber-tos ria.
Sedangkan Arka hanya tersenyum bahagia sedangkan Riana menekuk wajahnya yang tidak suka dengan gurauan sang ayah.
Kedatangan seorang wanita yang masih cantik di usia yang tidak lagi muda membuat tiga pria itu tersenyum ke arahnya.
"Kenapa kamu tinggalin Mamah, Arka," ucap Cintya.
"Maaf, Mah."
Cintya tersenyum ke arah Riana. Dibalas dengan senyuman manis pula oleh Riana. Kepalanya pun mengangguk sopan.
"Pah, itu siapa? Cantik sekali," tanya Cintya seraya memuji Riana.
"Dia anak teman Papah, Mah. Ini ayahnya," jelas Fikri sambil menunjuk ke arah Rion.
Mereka nampak akrab berbincang, membuat pria yang menatap mereka dari arah belakang mulai terasa penasaran. Hatinya sudah mulai panas. Apalagi Riana yang ikut tertawa ketika pria di hadapannya tertawa.
"Siapa pria itu?" gumam Aksa.
Rasa penasarannya harus terganggu karena banyak pengusaha yang ingin mengajaknya berbincang santai. Mau tidak mau Aksa meladeni mereka dengan segala rasa penasaran yang membuncah.
Sesekali Riana menatap ke arah belakang. Aksa terlihat bahagia dengan tangan Ziva yang masih setia melingkar di tangannya. Di sinilah rasa kecewa itu hadir kembali. Terlihat, Aksa menikmati setiap sentuhan tangan Ziva yang sering mengusap lengan kekarnya.
Arka sadar akan tatapan Riana tertuju ke mana. Sehingga dia mengganggu tatapan Riana dengan deheman kecil yang dia keluarkan.
"Aku mau nyanyi atas permintaan pengantin baru. Apa kamu mau ikut?" tanya Arka.
"Ajak saja, Ka. Suara Riana bagus, siapa tahu saja nanti dia jadi penyanyi terkenal," sahut Rion. Mata Riana sudah mendelik kesal ke arah sang ayah yang hanya tersenyum ke arahnya.
Tanpa permisi Arka menarik tangan Riana menuju panggung yang telah tersedia. Hampir semua orang mengenal Arka. Ketika Arka naik ke atas panggung tepuk tangan gemuruh terdengar dari para tamu undangan. Arka memberikan senyuman khasnya dan mulai mengambil gitar akustik miliknya yang sudah sedari tadi diletakkan di atas panggung. Arka menginginkan Riana untuk berduet dengannya. Namun, mata Riana membola ketika mendengar lagu yang akan dinyanyikan oleh mereka.
Arka mulai memetik gitarnya. Suaranya pun terdengar sangat merdu. Berbeda dengan Riana yang larut dalam lagu tersebut.
Arka mulai menatap ke arah Rian dan mengangguk pelan. Menandakan kini Riana yang akan melanjutkan liriknya.
🎶
Kau buatku menangis
Tanpa air mata
Sampai ku teriak pun
Sudah tak ada suara
Semua tamu undangan pun takjub dengan suara Riana. Keadaan pun mulai hening. Aksa yang melihat Riana berada di atas panggung dengan Arka, melangkahkan kakinya segera mendekat ke arah panggung.
🎶
Pernah sakit ...
Tapi tak pernah sesakit ini
Karena Pernah cinta ...
Tapi tak pernah sedalam ini
Aku ingin
Semua cintamu hanya untukku
Memang ku tak rela
Kau bagi untuk hati yang lain
Ada beberapa orang yang menitikan air mata. Mendengar nyanyian Riana yang benar-benar dari lubuk hatinya paling dalam. Aksa hanya mematung dengan mata yang nanar. Begitu juga Riana yang memang sedari tadi memandang Aksa sambil menghayati lagu yang dia bawakan. Tatapannya datar, tetapi lagu yang Riana bawakan mampu menyayat hati Aksa.
Ketika lagu itu berakhir. Para undangan pun meminta Arka dan Riana untuk bernyanyi lagi. Arka menatap Riana meminta persetujuan kepada Riana. Riana pun mengangguk pelan. Namun, kini yang menentukan lagunya adalah Riana.
Suara Arka sudah memenuhi ruangan dengan tangan para tamu undangan sudah berada di atas kepala dengan digerakkan ke kanan dan ke kiri. Seperti menonton konser.
🎶
Mungkinkah aku meminta
Kisah kita selamanya
Tak terlintas dalam benakku
Bila hariku tanpamu
Sgala cara telah kucoba
Pertahankan cinta kita
Slalu ku titipkan dalam doaku
Tapi ku tak mampu
Melawan restu
Lagu yang membuat Aksa semakin merasa bersalah. Sorot matanya menunjukkan rasa tersebut. Namun, Riana mencoba memutusakan pandangannya. Dia memilih menatap Arka. Sesungguhnya lagu ini memang untuk menyindir hubungan mereka di depan Aksa.
Tepuk tangan yang riuh pu menggema. Tamu undangan memberikan apresiasi luar biasa terhadap Arka dan Riana yang telah menghibur mereka dengan lagu yang masuk ke dalam hati mereka.
Riana buru-buru turun dari atas panggung. Dia tidak ingin bertemu Aksa. Namun, baru saja Riana ingin menuju ayahnya. Tangannya dicekal oleh seseorang. Mata mereka pun bertemu. Sorot mata Aksa menandakan penuh penyesalan serta kesedihan.
"Ri ...."
"Hubungan kita telah usai, Bang. Lupakan Ri, jangan sakiti hati wanita lain demi mendapatkan hati Ri yang sudah Abang sakiti." Sangat menusuk perkataan Riana.
"Kamu harus tahu, Abang dijodohkan, Ri." Aksa mencoba menjelaskan kepada Riana.
"Apapun alasannya itu sudah terjadi 'kan. Tidak ada penolakan dari diri Abang. Tidak ada perjuangan yang Abang lakukan," lirih Riana.
"Apa itu yang dinamakan cinta sungguhan?" sergah Riana.
"Ri, ingin bahagia, Bang. Lupakan Ri. Abang harus bahagia dengan wanita pilihan keluarga Abang. Wanita yang sudah Abang ikat dalam janji suci pernikahan. Begitu juga, Ri. Ri ingin bahagia dengan jodoh yang telah Tuhan siapkan," jelas Riana.
Riana ingin melepaskan cekalan tangan Aksa. Namun, Aksa tetap menahannya dan semakin mendekat ke arah Riana. Napas Aksa pun sudah mulai memburu. Riana mencoba mundur dan muncul rasa takut di hatinya. Mata Aksa sudah dipenuhi napsu yang tidak tahu tempat. Riana ingin berteriak, tetapi suaranya tercekat. Sorot mata penuh ketakutan sudah Riana tunjukkan. Apalagi sekarang mereka ada dipojokan.
"I-ngat istrimu, Bang," ucap Riana terbata. Wajah Riana semakin ketakutan. Apalagi Aksa sudah memiringkan kepalanya dan terus memajukan wajahnya ke hadapan Riana. Air mata Riana pun menetes.
"Riana." Panggilan Arka membuat Aksa yang baru saja akan mengecup bibir Riana menghentikan kegiatannya. Dia menatap nyalang ke arah Arka yang telah mengganggunya.
Dengan cepat, Riana menghempaskan tangan Aksa cukup keras hingga terlepas. Dia memeluk tubuh Arka. Arka pun mematung dibuatnya.
"Bantu aku," pinta Riana lirih. Arka mengangguk pelan.
Mata Aksa sudah menyiratkan kemarahan. Apalagi tangan Riana yang terus melingkar di pinggang Arka.
Wajah Aksa sudah memerah. Urat-urat kemarahannya sudah terlihat jelas. Tangannya sudah mengepal dengan keras. Sekarang, dengan mesranya Riana melingkarkan tangannya ke lengan Arka.
Aksa terlihat sudah murka dan sudah menarik kerah kemeja Arka. Namun, Riana mendorong tubuh Aksa dengan cukup kuat. Sehingga tarikan di kerah kemeja Arka terlepas.
"Jangan kasar terhadap calon suami, Ri." Mata Aksa pun melebar dengan sempurna mendengar ucapan Riana.
...****************...
Ayo dong komen, yang jadi ghost reader tunjukkan di mana kalian ...
100 komen aku up lagi nih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 356 Episodes
Comments
Susan Roveline Tedja
aduh..cemburu
2021-09-13
0
Suciati Isbiyantoro
sabarrr ri..kakek genta segera sadat dong.
2021-07-17
0
Henry Dunan
lanjut thorr
2021-07-08
0