Bab 7. Belum Menikah Sirih??

Malunya aku, wajar mereka menyembunyikan nya dari saya, karena memang setiap kami cerita aku selalu bercerita bagaimana romantis nya mas Arsya, bagaimana dia memperlakukan aku, tentu mereka tidak mau bicara tanpa bukti .

"iya bund, aku mengerti bund, aku sakit hati bund, di saat aku hamil tua begini, suami main serong, pantas saja keuangan kami merosot bund, kami serba kekurangan, kami selalu kurang, ternyata suami ku lagi berada di jalan yang tidak benar bunda " kata ku sambil menangis ke bunda Kinara

" yang paling membuat ku sakit bund, mas Arsya sudah menikahi perempuan itu bund, pupus sudah harapan ku untuk mempertahankan rumah tangga yang sudah lama kami bina bund, tidak pernah terbayangkan oleh ku bund, anak anak akan kehilangan sosok bapak kandung nya bund, karena aku tidak rela di madu bund, sungguh " sambil berurai air mata ku lepaskan semua sesak di dada , paling tidak beban ini sudah ringan.

"Menikah sirih, maksud mam?" jawab bunda Kinara

"Bunda Shasha tidak ada cerita kalau papa Akbar menikah, karena ayah Shasha bilang ke bunda Shasha mereka baru berhubungan pacaran mam ,belum menikah, itu yang ku tahu dari bunda Shasha mam" sambung bunda Kinara

Kenapa tidak terfikir dari kemarin oleh ku, menanyakan hal ini ke bunda Shasha, karena ayah Shasha kerja di PT yang sama dengan mas Arsya walaupun di lokasi berbeda tapi mereka sering ketemu karena direktur mereka sama. Makanya bunda Shasha dan Kinara tahu lebih dahulu suami ku selingkuh.

"mam tenang aja mam, masalah papa Akbar tidak ada yang tahu selain aku dan bunda Shasha, cuma kami berdua yang tahu mam, InshaAllah akan kami simpan masalah ini mam, mam tidak usah kwatir, masalah ini tidak akan menyebar" balas bunda Kinara, mungkin dia tahu apa yang aku kuatirkan, aku malu jika ibu ibu perumahan ini tahu, aku malu dengan aib ini. Aku peluk bunda Kinara , aku lepaskan tangis ku, terimakasih tetngga ku, tetangga rasa saudara.

"bund, boleh aku mintak tolong, tolong hubungi bunda Shasha, kira kira dia mau tidak ke rumah bunda, aku mau tanya langsung ke bunda Shasha bund " ucapku sambil membersihkan air mata yang sudah memenuhi pipi ku.

"oke mam, aku telfon dulu ya " jawab bunda Kinara sambil menghubungi bunda Shasha.

Tak lama kemudian , terdengar Shasha lari lari, karena memang rumah Shasha tidak jauh dari rumah Kinara, rumah bunda Shasha berhadapan dengan rumah ku.

"Assalamualaikum bunda" bunda Shasha sambil masuk rumah bunda Kinara karena pintu memang tidak tertutup.

"waalaikumsalam " jawab kami kompak.

"Kak" kata bunda Shasha sambil melihat ku, bunda shasha memang memanggilku kakak.

"iya bund, aku sudah tahu semuanya" jawabku menahan tangis, aku tidak mau lagi menangis, sudah cukup

"Maafkan aku kak, aku tidak punya keberanian untuk ngomong kak, karena aku tidak punya bukti, dan ayah Shasha juga tidak mendapatkan bukti perselingkuhan suami Kaka kak, aku tidak mau nanti Kaka salah paham sama aku kalau aku berbicara tanpa bukti " Untaian bunda Shasha sambil memegang tangan ku

"iya bund, aku paham, bund yang aku dengar dari kak Yuli kantin, bahwa mas Arsya sudah menikah sirih, apa ayah Shasha tahu kebenaran nya bund" tanya ku ke bunda Shaha

"Kalau menikah sirih belum kak, tidak ada ayah Shasha cerita kak, coba Kaka pastiin lagi ke kak Yuli, setahu ayah Shasha belum kak" jawab bunda Shasha

"iya bunda, tapi chat aku dari kemarin belum di balas kak Yuli, masih centang satu bund" jawabku

" coba nanti Kaka pastikan dulu kak, info dari kak Yuli, nanti aku tanya lagi sama ayah Shasha, untuk lebih pastinya" tutur bunda Shasha

"iya bunda, makasih ya bunda bunda, sudah mau dengarin curhatan aku, terimakasih untuk semuanya, makasih karena kalian telah menyimpan aib saya dengan rapi " ucapku ke pada bunda Kinara dan Shasha