...Happy reading...
****
Pagi harinya dengan rasa yang sedikit takut Laura mulai merapikan jas milik seseorang yang dua hari lalu ia tumpahkan minuman di jas pria itu. Laura tidak tahu siapa nama pemilik jas tersebut, yang Laura tahu nama teman dari pria yang ia tumpahkan minuman di jasnya, itu pun Laura dapatkan dari kartu nama yang pria itu berikan kepadanya, mungkin juga pria tersebut adalah sekretaris atau asisten sang pria yang berwajah datar dan dingin tersebut.
Dirga sudah berada di dalam gendongannya. Hari ini ia harus membawa Dirga karena Intan masih sangat sibuk, tidak mungkin Laura terus menyuruh Intan untuk menjaga Dirga. Laura tidak enak hati kepada Intan dan kedua orang tua Intan yang sangat baik kepadanya.
"Hari ini kamu ikut Bunda ya, Nak? Kita akan mengembalikan jas milik seseorang yang telah Bunda tumpahkan minuman. Dirga jangan rewel ya Sayang," ucap Laura dengan lembut kepada anaknya yang sudah tertidur pulas di dalam gendongannya setelah ia beri asi untuk Dirga.
Laura mengambil payung untuk memayungi anaknya agar tidak terkena panas matahari. Sebelumnya Laura harus berjalan kaki untuk sampai ke jalan raya dan menaiki angkot untuk menuju kantor yang tertera di kartu nama tersebut.
"Hari ini kita jalan-jalan dulu ya Sayang. Dirga senang gak?" tanya Laura dengan lirih padahal anaknya sejak beberapa menit yang lalu sudah tertidur dengan pulas. Laura suka sekali mengajak Dirga berbicara walau anaknya belum mengerti apa-apa karena dengan itu semua beban yang menimpanya hilang seketika.
Tidak butuh waktu lama Laura sudah sampai di jalan raya dan ia menyetop angkot yang lewat, untung saja ia tidak menunggu terlalu lama karena Laura takut Dirga akan menangis. Baru kali ini Laura mengajak Dirga keluar, ia senang saat memiliki waktu untuk bersama dengan Dirga selama ini Laura terlalu takut jika sewaktu-waktu ia akan bertemu dengan Zico di jalan.
"Pak, ke kantor Brawijaya Grup ya," ujar Laura kepada supir angkot tersebut.
"Iya Neng," jawab supir tersebut dengan ramah.
Di dalam angkot Dirga tampak menggeliat kecil, suara rengekannya terdengar karena mungkin merasa bising dengan suara kendaraan yang berlalu lalang dan juga suara angkot yang membuat tidurnya tidak tenang kembali. Laura tersenyum kepada para penumpang yang lain dan meminta maaf karena membuat mereka terganggu dengan rengekan Dirga. Dirga terus menangis kencang membuat Laura panik dan kembali menyusui Dirga dengan memakai penutup agar dadanya tidak terlihat oleh menumpang yang lain, ia lupa membawa botol susu milik Dirga karena Laura terburu-buru. Laura bernafas dengan lega saat suara tangis Dirga mereda, ia mengusap keringat dari kening Dirga dengan perlahan saat mata Dirga mulai tertutup kembali.
Angkot yang ditumpangi Laura sudah berhenti di gedung besar dan menjulang tinggi, perusahaan Brawjiya Grup yang terkenal dengan tangan dingin pemimpinnya hingga perusahaan tersebut berdiri kokoh sampai sekarang. Laura turun dari angkot dengan perlahan dan memberikan uang kepada kenek angkot tersebut dan tidak lupa Laura mengucapkan terima kasih. Setelah itu Laura berjalan masuk ke perusahaan besar tersebut dan bertanya kepada resepsionis nama yang tertera di kartu nama tersebut.
"Selamat pagi Mbak. Saya ingin bertemu dengan Pak Ryan Pangestu. Pak Ryan-nya ada Mbak?" tanya Laura pada Resepsionis yang bernama Mira tersebut.
"Selamat pagi. Apa Mbak sudah membuat janji sebelumnya kepada beliau?" tanya Mira dengan ramah.
"Belum Mbak. Saya hanya ingin mengembalikan jas milik pak Ryan. Ini saya diberikan kartu nama kepada beliau dua hari yang lalu," jelas Laura yang diangguki resepsionis tersebut dengan tersenyum.
"Tunggu ya Mbak. Saya telepon dulu," ucap Mira. Laura mengangguk ia menimang Dirga dengan perlahan karena merasakan gerakan Dirga yang mulai tidak nyaman.
"Pak Ryan ada di lantai 5 Mbak. Mbak bisa langsung ke sana beliau sudah menunggu di ruangan pak Leon. Nanti Mbak tanya saja pada sekretaris yang berada di depan ruangan tersebut," ujar Mira membuat Laura tersenyum.
"Terima kasih, Mbak. Permisi," ucap Laura dengan ramah. Laura tak menyangka jika dirinya dilayani dengan hangat karena sering ia jumpai wajah sinis karyawan saat berada di kantor mantan suaminya dulu. Laura mulai menaiki lift untuk menuju lantai 5 di mana Ryan berada. Leon memang selalu mengandalkan Ryan dalam segala hal, termasuk ada wanita yang meminta nomor teleponnya dengan terang-terangan dan Leon tidak akan memberikan ia meminta Ryan yang mengurusnya hingga Ryan mempunyai banyak nomor telepon untuk mengelabui wanita yang menyukai bos sekaligus sahabatnya tersebut. Ica yang tahu bagaimana tabiat sang kakak hanya bisa menghela nafasnya dengan berat saat banyak wanita mengira nomor yang ada di ponsel Ryan adalah nomor Leon sampai-sampai Ica pernah membanting ponsel Ryan hingga remuk karena cemburu. Tetapi bukan Ryan namanya jika tidak bisa meluluhkan Ica.
Litf sudah terbuka dan Laura sudah sampai di lantai 5 di mana Ryan berada. Dengan perasaan sedikit canggung Laura bertanya pada seseorang wanita yang ia yakini sebagai sekretaris tersebut.
"Maaf Mbak. Saya ingin bertemu pak Ryan. Apa pak Ryan-nya ada di dalam?" tanya Laura dengan ramah.
"Mbak mau mengembalikan jas milik pak Leon, ya? Pak Ryan bilang Mbak langsung bisa masuk ke dalam," ucap sekretaris tersebut dengan ramah tetapi ia melirik dengan aneh anak kecil yang berada di gendongan Laura. Mungkin ia berpikir jika Laura gadis muda yang sudah menikah.
"Iya Mbak. Terima kasih," ucap Laura dengan tersenyum.
Dengan perasaan yang campur aduk Laura dengan ragu mengetuk ruangan tersebut. Jantungnya bergemuruh hebat karena entah mengapa ia merasa takut untuk bertemu dengan pemilik jas yang ia pegang sedari tadi.
"Masuk!"
Mendengar perintah yang sangat tegas dari dalam ruangan Laura mulai membuka pintu dengan perlahan. Suasana yang sangat dingin terasa di ruangan tersebut membuat Laura merasa sulit untuk bernafas.
Kedua pria yang berada di ruangan tersebut menoleh secara bersamaan saat mendengar pintu ruangan Leon terbuka. Leon menatap Laura dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca karena melihat Laura seperti kesusahan menggendong anak kecil. Dan sedetik kemudian Leon tersadar dan merasa aneh ketika melihat Laura menggendong seorang bayi.
"Ahh.. Nona Laura. Kamu datang ke kantor untuk mengembalikan jas milik bos, ya?" tanya Ryan mencairkan suasana yang dingin di antara mereka.
"I-ya Pak," jawab Laura dengan gugup. "Ini jasnya Pak saya kembalikan maaf sedikit lama karena saya harus bekerja," ujar Laura dengan menunduk.
Leon masih menatap Laura dengan tajam lebih tepatnya ke arah anak yang berada di gendongan Laura. Pikirannya bertanya-tanya siapa anak bayi yang berada di gendongan Laura? Anak Laura kah? Rasanya tidak mungkin Laura sudah menikah karena Laura masih sangat muda. Atau jangan-jangan gadis itu bekerja menjaga bayi juga? Atau bayi tersebut adalah adiknya?
Ryan menerima jas dari tangan Laura. Ia melihat ke arah Leon yang masih terdiam sedari tadi hingga suara Dirga membuyarkan lamunan Leon yang sejak tadi memikirkan Laura.
"Eh adik kamu menangis itu," ucap Ryan dengan spontan. Laura ingin menyangkal tetapi tangisan Dirga membuatnya panik.
"M-maaf Pak. Saya tidak bisa berlama-lama di sini. Sekali lagi saya minta maaf karena telah membuat jas Bapak kotor," ucap Laura yang tidak enak hati karena anaknya telah membuat keributan dengan tangisannya yang kencang.
"Tunggu!" ucap Leon dengan dingin saat Laura hendak keluar dari ruangannya.
Laura terdiam karena takut Leon akan memarahinya karena Dirga menangis. "S-saya minta ma..."
"Berikan bayi itu kepada saya!" ucap Leon dengan datar saat Laura belum menyelesaikan ucapannya.
"T-tidak Pak. Saya tidak ingin membuat keributan karena tangisan Dirga di kantor Bapak. Saya permisi," ucap Laura dengan cepat.
"Berikan bayi itu kepada saya atau kamu harus membayar denda karena telah mengotori jas mahal saya!" ucap Leon dengan tegas.
"J-jangan! Saya mohon Pak!" ucap Laura dengan takut. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca takut sang anak dilukai oleh Leon.
Laura memeluk Dirga dengan erat. Tangisan Dirga semakin terdengar sangat nyaring hingga memekakkan telinga dua orang lelaki yang belum terbiasa dengan tangis bayi di gendang telinga mereka. Leon sedikit memaksa mengambil Dirga di dalam gendongan Laura. Laura ingin mengambil anaknya kembali, karena ia takut kehilangan Dirga.
"M-mau di bawa ke mana anak saya?" tanya Laura dengan cemas.
Tangisan Dirga langsung berhenti saat Leon menimang Dirga dengan perlahan membuat Ryan dan Laura terperangah melihatnya. Laura ingin mengambil anaknya yang berada di dalam gendongan Leon tetapi Leon mencegahnya dengan cepat.
"Saya tahu ini bukan anak kamu. Kamu takut bayi ini saya lukai, kan? Tenang saja saya hanya membantumu agar dia tidak menangis lagi dan benar dia tenang di gendongan saya," ucap Leon dengan percaya diri.
"Waw... Bos sudah cocok mempunyai bayi," ucap Ryan dengan terkekeh.
Leon hanya mendengus mendengar ejekan dari Ryan untuknya. "Lain kali jangan membawa bayi di saat kamu berpergian sendiri. Jika bayi ini terluka bukannya kamu yang akan disalahkan oleh ibumu karena telah membuat adikmu terluka?"
"T-api itu..."
"Ryan, periksa laporan yang ada di meja saya dengan teliti. Saya ingin mengantarkan gadis ini dan adiknya pulang," ucap Leon dengan tegas membuat Ryan mengangguk semangat kali ini karena Leon sudah berani mendekati wanita yang artinya jalan untuk menikahi Ica semakin dekat.
"Saya bisa pulang sendiri Pak. Berikan anak saya kepada saya," ucap Laura dengan tegas.
"Saya tidak menerima bantahan Nona Laura!" ucap Leon dengan tajam dan penuh penekanan membuat Laura tidak bisa berkutik. Ia memilih mengikuti langkah Leon yang membawa anaknya keluar. Dalam hati ia masih merasa was-was dan merutuki Leon yang tidak percaya jika Dirga adalah anaknya.
****
Om Leon datang!
Gimana dengan part ini? udah greget belum?
Om Leon gak percaya Dirga anak Laura 😮
Jangan lupa like, vote, komentar dan favoritkan cerita ini. Jangan lupa juga share ke teman-teman kalian ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Aumy Re
positif thinking amat, bang 😁
2021-08-13
1
Wahidah Wahidah
greget banget ama bang leon 😂
2021-07-24
4
Ririn Satkwantono
selisih brp mereka.... klo laura 21.... leon🤔🤔🤔
2021-07-23
1