...Happy reading...
****
Saat ini Leon sedang sibuk memeriksa file yang ia terima dari sang sekretaris. Tetapi pikirannya tertuju pada gadis yang berada di warung makan kemarin, entah mengapa wajah gadis itu selalu terbayang-bayang di benaknya membuat Leon selalu tidak fokus hingga dirinya melepas kacamatanya dan memijit pangkal hidungnya dengan perlahan. Leon bersandar di kursi kebesarannya dengan memejamkan matanya, diam-diam dirinya tersenyum tipis saat membayangkan wajah takut Laura yang menumpahkan teh dingin di jasnya.
"Bos sudah gila?" tanya Ryan yang membuat Leon terperanjat kaget karena tiba-tiba mendengar suara Ryan yang berada di ruangannya.
"Tanganmu tidak bisa mengetuk pintu?" tanya Leon dengan sengit.
"Saya dari tadi sudah mengetuk pintu Pak Bos. Tapi Pak Bos tidak mendengarnya dan saya ber-inisiatif masuk ke ruangan Bos dari pada tangan saya pegal," cerocos Ryan yang membuat Leon mendengus. "Eh ternyata Pak Bos sedang gila, senyum-senyum sendiri," lanjut Ryan yang langsung terkena lemparan bolpoin milik Leon pada keningnya membuat Ryan meringis.
"Galak sekali," ujar Ryan dengan mengelus keningnya membuat Leon kembali mendengus tidak suka karena menurutnya Ryan banyak drama.
"Ada apa?" tanya Leon yang malas berbasa-basi saat ini kepada Ryan yang selalu membuat dirinya darah tinggi.
Ryan menghela nafasnya dan memberikan map berwarna biru kepada Leon. "Itu informasi cewek yang sudah membuat lo aneh," ucap Ryan dengan kesal. "Tidak ada yang menarik dari dia, dia hanya anak biasa itu aja yang gue dapat," ujar Ryan yang membuat Leon membuka map dan membaca biodata Laura dengan teliti mereka tidak tahu jika Laura menyembunyikan indentitasnya dibantu oleh Anne.
"Lo tahu alamat rumahnya di mana?" tanya Leon dengan serius. Ryan mendekatkan wajahnya ke arah Leon dan menatap sahabatnya itu dengan serius juga.
"Lo suka sama dia? Baru kali ini gue lihat lo seperti ini. Biasanya lo kan sama gue terus sampai kita di bilang homo," ucap Ryan dengan santai dan mendapat tatapan tajam dari Leon kembali.
"Gue masih normal!" balas Leon dengan datar membuat Ryan terkekeh geli.
"Apalagi gue. Gue masih mau rasain lubang. Apalagi adik lo yang aduhai itu, kalau lihat Ica penginnya bawa ke kamar mulu," ucap Ryan dengan terkekeh.
"Gue gak akan restui lo sama Ica!" ucap Leon dengan datar membuat Ryan memasang wajahnya dengan memelas meminta belas kasihan kepada Leon.
"Gue bercanda Pak Bos! serius deh bercanda gue udah pengin nikah tahu," ucap Ryan dengan mengangkat dua jarinya ke arah Leon.
"Tunggu gue nikah baru lo bisa nikah sama adik gue," ucap Leon dengan tegas membuat Ryan lesu.
"Gue yang akan cari tahu rumah gadis itu sendiri. Lo boleh keluar!" ucap Leon dengan datar malas meladeni Ryan yang selalu meminta izin menikah duluan padahal Ica santai-santai saja tidak seperti Ryan yang sudah kebelet nikah.
"Yakin? Ya udah gue pulang. Akhirnya tugas gue berakhir," ucap Ryan merenggengkan ototnya dengan tersenyum senang akhirnya ia bisa bersantai sedikit.
"Siapa bilang tugas lo berakhir? Hari ini lo hadiri rapat perusahaan dan setelah itu awasi pembangun restoran. Gue mau cari informasi tentang gadis itu," ucap Leon dengan nada penuh perintah dan langsung meninggalkan Ryan yang masih menganga lebar.
"Dasar lelaki kaku! Mana ada perempuan yang mau sama lo," dengus Ryan kesal saat Leon sudah keluar ruangannya. Jika masih ada Leon mana mungkin Ryan berani berbicara seperti itu.
*****
Laura menimang Dirga dengan tersenyum hangat. Anaknya semakin hari semakin terlihat sangat menggemaskan, rasanya Laura ingin terus bersama dengan Dirga tanpa harus meninggalkan anaknya saat ia sedang bekerja. Hari ini Laura sengaja meliburkan diri karena sangat merindukan kebersamaannya dengan Dirga. Jas mahal milik Leon sudah ia cuci dan sudah ia jemur, tinggal menunggu kering dan akan ia setrika setelah itu baru Laura antar pada alamat yang berada di kartu nama tersebut.
"Dirga kangen Bunda, Sayang?" tanya Laura menatap Dirga dengan tersenyum. Dirga yang masih menyusu padanya langsung melepaskan put*ing sang Bunda dan menatap Laura dengan senyuman yang membuat Laura semakin bahagia. "Dirga kalau sudah besar jadi anak sholeh ya, Nak! Jangan pernah menyakiti perempuan karena sama saja kamu menyakiti Bunda. Apa yang menimpa Bunda dan kamu jangan sampai menimpa keluarga kecil kamu, Sayang," ucap Laura dengan penuh harap. Dirga tidak mengerti yang Laura ucapkan hanya membalas dengan ocehan yang membuat Laura terkekeh.
"Sekarang Dirga mandi ya. Udah bau anak Bunda," ucap Laura dengan terkekeh. Ia sangat hati-hati sekali memandikan Dirga. Dirga tidak pernah menangis jika dimandikan anaknya itu terkesan senang jika sudah terkena air membuat Laura senang karena Dirga seperti mengerti keadaan mereka saat ini.
Setelah mandi Laura menggantikan Dirga. Dirga sudah terlihat mengantuk membuat Laura tersenyum. "Ganti baju dulu baru tidur lagi ganteng," ucap Laura terkekeh. Dan benar saja setelah selesai menggantikan baju Dirga. Dirga kembali tidur saat meminum asinya kembali. Saat ini Intan tidak datang ke rumahnya karena gadis itu sedang menjaga kios milik orang tuanya dan Laura juga paham jika dirinya tidak bisa mengandalkan Intan setiap hari.
Setelah di rasa Dirga sudah terlelap Laura keluar kamar untuk memasak dan membersihkan rumahnya. Laura tidak suka ada yang berantakan di rumahnya karena membuat kedua matanya yang melihat menjadi sakit sendiri. Laura tidak bisa membayangkan jika nanti Dirga sudah sangat aktif dan pasti rumahnya akan berantakan sekali tetapi itulah yang ia tunggu, dirinya ingin melihat bagaimana Dirga sedang bermain. Dulu Laura pernah bermimpi ketika dirinya hamil Zico akan berubah menjadi penyayang kepadanya, memberikan kasih sayangnya untuk Dirga. Namun, Laura salah Zico semakin menjadi-jadi kepadanya. Zico tidak hanya melukai batinnya tetapi juga fisiknya membuat Laura memilih mengubur rasa cintanya. Ia tidak ingin merasakan sakit untuk kedua kalinya, karena semua yang Zico lakukan membekas di hati dan pikirannya.
Tak terasa air mata Laura kembali mengalir mengingat itu semua. Tetapi ia dengan cepat menghapus air matanya dan kembali tersenyum karena mengingat Dirga.
*****
"Halo Tante Bunda Mertua!" sapa Ryan saat masuk ke rumah Leon dengan santai.
Saera yang masih duduk seorang diri menatap Ryan dengan tersenyum geli. "Ada apa? Mau makan?" tanya Saera yang sudah tahu kebiasaan Ryan jika sudah datang ke rumahnya.
"Ah Tante Bunda Mertua tahu aja Ryan laper," ucap Ryan dengan tersenyum malu.
"Bunda tahu kebiasaan kamu sejak dulu. Di mana Leon tumben kalian tidak berdua?" tanya Saera.
"Lagi jatuh cinta sama cewek, Tante Bunda. Mau cari tuh rumah cewek yang buat hatinya kecantol," ucap Ryan dengan santai membuat Saera langsung menatap Ryan dengan serius.
"Serius kamu?" tanya Saera dengan berbinar.
"Benaran Tante Bunda Mertua. Ryan gak bohong, nanti kalau Leon pulang introgasi aja. Sekarang Ryan mau ke dapur dulu mau makan. Ica ke mana Tante Bunda Mertua?" ujar Ryan dengan tersenyum.
"Oke nanti Leon akan Bunda intrograsi bersama ayah. Ya udah kamu makan sana, Ica juga di dapur," ucap Saera membuat Ryan langsung berlari ke arah dapur. Siang ini Ryan lebih memilih untuk makan di rumah sahabatnya karena gara-gara Leon kepalanya menjadi sakit.
Hap...
"Kangen!" bisik Ryan memeluk Ica dari belakang saat gadis itu sedang memasak.
"Kebiasaan! Gak usah peluk-peluk nanti dilihat Bunda dan Ika," ujar Ica dengan sinis.
"Ayolah, Yang. Jangan marah-marah mulu. Aku laper," ucap Ryan dengan cemburut.
"Duduk dulu. Ini sudah selesai," ucap Ica akhirnya membuat Ryan gembira karena Ryan benar-benar sangat lapar membuat Ica kasihan pada kekasihnya tersebut.
"Gini kan enak pulang kerja udah dimasakin sama pacar. Makin cinta sama bebeb Ica," ujar Ryan terkekeh geli membuat Ica bergidik ngeri. Bisa-bisanya ia tahan berpacaran dengan Ryan bertahun-tahun.
"Makan yang benar Mas!" Ucap Ica dengan galak membuat Ryan hanya nyengir menatap ke arah Ica selanjutnya Ryan sudah menikmati masakan Ica yang menurutnya sangat enak.
"Ica mandi dulu," pamit Ica yang diangguki oleh Ryan karena dirinya masih sibuk menyantap masakan Ica.
"Mandi bareng yuk, Yang!" teriak Ryan saat Ica sudah sedikit menjauh darinya.
"RYAN!" teriak Leo membuat Ryan langsung terdiam dengan wajah memucat. Dari mana calon ayah mertuanya itu datang? Tatapannya membuat nyawanya seakan ingin kabur dari tubuhnya.
Ica terkekeh geli melihat ekspresi wajah kekasihnya. "Makanya jangan mesum," ejek Ica membuat Ryan takut seketika menatap wajah sangar Leo. Ica bukan membantunya malah gadis itu pergi meninggalkannya begitu saja.
"A-aduh ampun Om Ayah Mertua!" ucap Ryan meringis sangat telinganya dijewer oleh Leo.
"Sekali lagi kamu ngomong gitu. Saya gantung kamu di pohon mangga belakang rumah!" ucap Leo dengan tajam.
"I-iya ampun Om Ayah Mertua. Gak lagi tapi kalau khilaf maafin," ucap Ryan meringis.
Leo mendengus kesal ke arah Ryan. "Awas saja kamu!" peringat Leo dengan tajam membuat Ryan menelan ludahnya kasar. Ryan bernafas lega saat melihat Leo sudah pergi dari hadapannya.
****
Leon sedari tadi memutari jalanannya. Ia tidak punya tujuan ketika tidak mendapati Laura di warung yang ia kunjungi kemarin. Ingin bertanya kepada pemilik warung tersebut tetapi Leon malu bertanya dan Leon tidak tahu harus bertanya apa karena ia gengsi mengakui jika dirinya menyukai Laura.
Akhirnya Leon memutuskan untuk pulang terlebih dahulu mungkin esok dirinya akan bertemu dengan Laura karena jasnya masih berada di tangan Laura. Leon menyeringai saat membayangkan Jika dirinya akan bertemu dengan Laura besok.
"Sampai jumpa gadis kecil!" monolog Leon dengan lirih.
******
Gimana dengan part ini?
Semoga suka ya!
Jangan lupa like, vote, komentar dan favoritkan cerita ini ya!
See you next part!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
TongTji Tea
emang kenapa Laura harus menyembunyikan identitas nya? Lalu emang selama ini Laura di siksa ama zico ortu nggak tau?
untung nya di dunia novel ya ini .Kalo di dunia nyata ,Ga boleeh ya adek2 heheh.Aib suami memang harus kita jaga ,bukan di umbar .Tapi relate untuk yg namanya kekerasan rumah tangga itu bukan aib .Itu adalah penyakit ,jadi harus di carikan "obat" .Salah satunya dengan bantuan keluarga terdekat.Kecuali kalo yatim piatu ,boleh lah langsung ke pihak ke 3(bukan kerabat).Kalo masih punya ortu,mertua ya di carikan solusi di lingkaran keluarga dulu.Jangan di simpan sendiri ,apalagi terima aja di pukulin ama Laki.
2022-03-15
0
Ririn Satkwantono
gadis kecil... sdh punya baby.kecil tau....iihh leon ini... mmg dah tuwir yah😁😁
2021-07-23
3
Queen
masih menunggu up nya om leon sama laura 😊
2021-06-30
1