DN – 4

Nathan dan Deva saling tatap sekilas lalu menghela nafas mereka pelan.

"Ya, kami pisah kamar" Ucap Nathan

"Kenapa? Kalian itu sudah sah suami-istri, nggak sepantasnya kalian pisah kamar" Kata Zoya, "Kita akan pisah kamar sampai kita berdua lulus" Tambah Deva

"Tidak ada alasan, kalian berdua harus satu kamar. Nggak baik suami-istri pisah kamar kayak gini" Timpal Lily

"Bunda, mengertilah"

"Apa yang harus Bunda mengerti, Deva?" Imbuh Lily, "Kami berdua menikahkan kalian bukan hanya untuk mempererat hubungan keluarga, tetapi juga untuk mencairkan hati kalian. Kami semua tidak masalah kalau kalian ingin menunda mempunyai anak sampai kalian lulus, asal kalian bisa menerima satu sama lain."

Nathan dan Deva kini duduk berdua di tepi ranjang, dengan terpaksa mereka tidur di dalam ruangan yang sama. Tidak ada percakapan antara dua insan tersebut, hanya suasana hening menyelimuti kamar tidur itu.

"Va"

"Hm"

"Berat, tapi gue mau berusaha nerima lo" Ucap Nathan, "Nggak usah di angkat kalo berat" Balas Deva

"Serius"

"Gue juga serius. Kita bagaikan air sama minyak, nggak bisa bersatu. Di hati kita masih ada seseorang yang kita cintai, nggak semudah itu ngelupain nya" Urai Deva

"Lo masih bisa di katakan beruntung karna orang yang lo cintai masih satu dunia sama lo, sedangkan gue? Udah beda alam. Lo masih bisa ngegapai orang itu, gue nggak bisa. Lo masih bisa bicara sama dia walaupun itu cuma lewat telfon, sedangkan gue? Nggak akan bisa"

Suasana kembali hening setelah Deva mengatakan kalimat panjang setelah sekian lama. Mereka berdua kalut dengan pikiran masing-masing.

Menjelang pagi, Deva beringsut turun dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi. Selesai dengan ritual mandinya, Deva menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk mereka berdua

Sampai di tangga, ia mencium bau masakan yang membuat perutnya lapar.

"Ekhem.." Maid tersebut terkejut mendengar deheman Deva

"Pagi, Nona Muda" Sapanya sambil menundukkan kepalanya

"Pagi. Mulai besok urusan dapur biar saya saja, Bibi bisa mengurus pekerjaan yang lain" Ujar Deva

"Baik, Nona" Deva kembali ke kamar karna dapur dan kebersihan rumah sudah di pegang, Nathan membawa tiga maid, dua tukang kebun, dan satu satpam dari kediaman Alexander.

Dua buah mobil berwarna putih dan hitam baru saja terparkir rapi di parkiran sekolah. Deva turun dari mobil putih kesayangannya, bergantian dengan Nathan turun dari mobilnya

"Deva, tunggu!" Gadis itu menoleh dan melihat teman sebangku nya berlari ke arahnya

"Lo berangkat bareng pangeran es?" Tanya Intan, "Nggak sengaja, masuk" Kilah Deva, Intan mengangguk lalu mengimbangi langkah kaki Deva

"Kalo gue liat-liat pangeran es makin cakep aja, pengen dong dinikahin" Celetuk Intan, "Ohya, lo nggak tertarik sama pangeran es? Secara diakan gantengnya minta ampun, dan di sekolah ini cuma lo aja yang nggak tertarik sama dia"

"Nggak"

"Tapi ngomong-ngomong, pangeran es udah punya pacar belum ya? Kalau diliat dia kan tipe pria setia, jadi siapa tau aja dia udah ada gandengan, makanya dia cuek. Tapi gue doa semoga dia belum ada gandengan" Deva hanya membalas deheman setiap perkataan yang di keluar dari mulut Intan

"Selama ini gue juga belum tau rumah lo, nanti gue boleh mainkan?" Tanya Intan, "Ntar gue share lock" Balas Deva

Sesampainya di kelas, Deva duduk di kursinya diikuti Intan. Ia merogoh ponselnya dan mengirim pesan kepada Nathan

...Nathan...

^^^"Temen gue mau ke rumah"^^^

14 menit kemudian

"Oke"

Read.

Sedangkan di tempat Nathan, ia sedang menunggu Sadam temannya di depan toilet. Sadam keluar dari toilet dengan wajah lega

"Ngapain?"

"Bo*er, hehe" Jawabnya cengengesan

"Kelas" Sadam mengacungkan jempolnya, dan berjalan mengikuti Nathan

Mereka berdua masuk ke kelas dan melihat kursi samping yang di tempati Nathan sudah ada Rissa, kedua pemuda itu mendekat

"Neng, bisa pindah nggak. Ini tempat gue soalnya" Pinta Sadam baik-baik, "Nggak, lo aja yang pindah. Secara lo itu cowok, harus ngalah sama cewek" Balas Rissa yang enggan berjauhan dengan Nathan

"Duduk disini, gue yang pindah" Kata Nathan membawa tasnya ke meja Deva-Intan, ia memberi isyarat kepada Intan untuk pindah ke belakang

Sedangkan Deva? Ia belum menyadari kalau yang duduk di sebelahnya adalah Nathan-suaminya. Rissa? Ia menatap tak percaya kalau Nathan memilih mengalah dan pindah tempat duduk. Begitupun dengan semua orang yang ada di kelas, baru kali ini sang pangeran es duduk berdua dengan cool girl.

Merasa di cuekin, Nathan merebut buku yang Deva baca. Sang pemilik yang hendak marah terganti dengan tatapan bingung

"Pindah" Ucap Nathan sembari mengembalikan buku Deva

"Oh."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***