What'S Wrong With My Brother?
Malam yang sunyi dan gelap gulita. Terdengar suara gemuruh dan rintik rintik air hujan.
''Uaahh, aku haus sekali" kata seorang anak laki-laki yang berusia 7 tahun itu, dia terbangun dari tidurnya di malam hari yang dingin ini.
Sesekali dia melihat jam dinding kamarnya yang masih menunjukkan pukul 2 dini hari.
Dia mengambil gelas yang ada di atas mejanya dan hendak meminumnya, "Eh, yahh sudah habis".
Diapun bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur dengan sangat malas karena masih mengantuk. Dia mencari sakelar lampu karena keadaan rumah sangatlah gelap, dia menekan sakelar lampu tetapi tidak menyala juga.
"Ma, mati lampu ya?" kata anak itu sambil berjalan menuju kamar orangtuanya yang ada di sebelah kamar.
Sambil membuka pintu kamar orangtuanya, "Ma, temani aku ke dapur aku haus"
Tidak ada sahutan sama sekali.
Gemuruh menggelegar dan cahaya petir menerangi seluruh ruangan.
"Emm, Mama dan Papa tidak di kamar ya? ya sudah aku ke dapur sendiri saja"
Dia pun berjalan ke dapur dengan cahaya petir yang membantunya menerangi jalan. Setelah dia sampai ke dapur dia melihat seorang pria memakai jaket warna hitam sedang berdiri di dekat meja makan.
"Kamu akan mati, setelah itu aku juga akan menghabisi anak dan suamimu" kata orang itu sambil berjalan mendekati seseorang wanita yang tengah bersimpuh di bawah meja dengan tali yang mengikat kedua tangannya.
Wajah kedua orang itu terlihat samar karena tidak ada penerang di ruangan itu selain cahaya kilat yang menembus jendela jendela kaca.
"Bunuh saja aku, tetapi jangan bunuh putraku" tangis wanita itu.
"Ck ck ck" decak lelaki itu sambil merogoh saku celananya dan mengeluarkan pistol di dalamnya.
"Jangan harap aku akan mengampuni keluargamu"
Dor!
Peluru itupun menembus dada kiri wanita tersebut.
Tubuh anak kecil itupun gemetar karena melihat kejadian yang ada di depan matanya.
Tanpa dia sadari air matanya mengalir dan membasahi pipinya.
"Mama!" teriaknya, sambil dia berlari ke arah wanita tersebut.
"Pergi!" seru wanita itu dengan sisa sisa tenaga yang di milikinya.
Anak itu menghentikan langkahnya dan mencerna kata-kata wanita itu.
"Lari dan sembunyilah, jangan sampai kamu tertangkap"
"Lari!"
"Lari!"
"Lari!"
"Hey, bangun"
"Eric, bangun"
Dengan menepuk-nepuk pipi Eric, Farhan mencoba membangunkannya.
"Bangun, woooyy"
"Tidak!" teriak Eric.
"Hey, nih minum" kata Farhan sembari menyodorkan segelas air putih.
Dengan napas memburu dan badan yang gemetar, Eric menerima gelas tersebut dan meminumnya.
"Mimpi buruk lagi boss"
"Em" jawab Eric malas.
"Mangkanya cari istri sana, biar nanti kalau mimpi buruk lagi ada yang bangunin" seru Farhan sambil beranjak dari tempat tidur.
"Mengapa kamu ada di kamar ku?"
"Ck, aku tadi kesini mau memberikan berkas itu buat di tanda tangani" kata Farhan sambil menunjuk berkas yang ada di atas meja di sebelah tempat tidur Eric.
"Beruntung banget kamu, karena tadi aku kesini"
"Ck, beruntung apanya?" kata Eric sambil beranjak dari tempat tidur.
"Harusnya kamu berterima kasih kepada ku, sudah bangunin kamu, kalau tidak kamu akan ma—"
"Iya, terima kasih. Sudah sana pergi!" kata Eric memotong kata-kata Farhan.
"Ish dasar boss sombong" gumamnya sembari pergi dari kamar Eric.
Kini Eric sedang duduk di sofa sembari melihat dan menandatangani berkas-berkas yang di berikan Farhan tadi.
"Aku harus menyelesaikan ini semua agar aku bisa cepat-cepat kembali ke rumah"
Eric adalah seorang pengusaha sukses dan tampan, di usianya yang baru menginjak 26 tahun ini, dia tergolong seseorang yang sukses di usianya yang masih muda.
5 tahun yang lalu, ayahnya mengirim Eric ke luar negeri untuk mengurus bisnis ayahnya yang sedang mengalami masalah. Sehingga di sela-sela kesibukannya dia tak sempat pulang ke Indonesia.
Selama 5 tahun itu juga Eric mengatasi masalah dan mengembangkan bisnis ayahnya, sehingga sekarang ini menjadi lebih maju.
Karena sekarang semuanya sudah stabil maka Eric memutuskan untuk pulang sebentar.
Setelah selesai dengan berkas-berkas itu, sejenak dia mengingat-ingat kembali tentang mimpi yang baru saja dialaminya.
"Mengapa semuanya seperti nyata?Siapa anak itu, apa hubungannya denganku?"
Tring, tring, tring, tring
Suara ponsel Eric pun berbunyi seketika itu juga membuyarkan lamunannya, dia mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja dekat tempat tidurnya dan melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini.
"Kakak!" teriak seseorang yang menelpon tadi yang tak lain dan tak bukan adalah adiknya sendiri.
"Kyra.. jangan teriak-teriak telinga kakakmu ini ngak budek loh" sahut Eric dengan lembut.
"Biarin" jawabnya.
"Ada Apa? pasti ada maunya kamu nelpon kakak"
"Ihh, siapa bilang"
"Terus?" tanya Eric sembari membuka gorden jendela kamarnya.
"Kakak, nanti aku jemput di bandara yah?"
"Tumben kamu mau jemput, biasanya juga gak mau" ketus Eric.
"Emang gak mau, aku mah terpaksa. Karena ibu sama ayah lagi nggak di rumah mangkanya menyuruh aku menjemput kakak"
"Ck, ya udah kalau gak mau, lagian aku bisa pulang sendiri. Kamu nggak usah repot-repot deh" kata Eric jengkel.
"Tidak bisa pokoknya aku jemput titik"
Tutt tutt tutt
Bunyi suara telpon itu di matikan.
"Aish, dasar anak ini" gumam Eric sambil tersenyum.
Kyra adalah satu-satunya adik perempuan Eric, usia mereka berdua terpaut 8 tahun. Meski Kyra sekarang ini berusia 18 tahun dia gadis yang sangat manja dan kekanak-kanakan karena ayah dan ibunya terlalu memanjakan Kyra.
Jadwal keberangkatan pesawat yang akan ditumpangi Eric tinggal beberapa jam lagi, koper dan semua keperluan juga sudah di siapkan jauh-jauh hari.
"Aku mandi dulu saja, perutku juga sudah lapar" gumam Eric sambil berjalan menuju kamar mandi.
-----Beberapa jam kemudian----
Tok tok tok
"Masuk" kata Eric sambil meminum teh dan duduk di sofa.
"Mobilnya sudah siap tuan" kata seorang pelayan.
"Di mana Farhan"
"Tuan Farhan sudah menunggu di bawah" jawab sang pelayan sambil menundukkan kepalanya.
"Apa semuanya sudah siap" kata Eric sambil berlalu melewati si pelayan.
"Iya tuan, koper dan semua perlengkapan sudah ada di mobil" ucap si pelayan sambil berjalan di belakang Eric.
Sesampainya di bawah Eric langsung masuk ke dalam mobil dan di ikuti Farhan yang juga ikut mengantar Eric ke bandara. Sepanjang perjalanan Eric dan Farhan membicarakan tentang pekerjaan, sebab ketika Eric pulang Farhan lah yang akan bertanggung jawab atas perusahaan yang ada di sana.
Mobil Pun sampai di bandara, Eric pun keluar dari mobil dan mengambil kopernya yang sudah di siapkan oleh sopir.
"Ric ..." kata Farhan menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke bandara.
"Apa? kamu gak tega aku pulang sendirian" kata Eric tersenyum miring.
"Aish, nggak lah"
"Terus apa? aku dah mau telat nih"
"Aku ikut ya" kata Farhan sambil tersenyum manis.
"Ck, mau ngapain? terus yang jaga perusahaan ku siapa?"
"Aku pengen banget ketemu sama adik mu, perusahaan juga kan ada Jacob sama Susan. Ya, aku ikut ya? Gak usah packing dah langsung berangkat" bercandanya si Farhan karena nggak mungkin juga ikut sekarang.
"Aish, ada-ada saja kamu ini, dah sana pergi!" cetus Eric sambil berjalan meninggalkan Farhan.
Tak berselang lama, beberapa menit kemudian pesawat terbang yang di tumpangi Eric pun lepas landas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ai
Hadir ❤️
2022-01-10
2
Bintang kejora
Baru ikutan baca 😊😊
2022-01-01
1
Hikayah Rahman
nyimak thor 😊
2021-12-30
2