BAB 4 - Kejahilan Raihan

Amira sedang duduk di atas tempat tidur dengan ekspresi wajah cemberut dan mulutnya yang manyun. Raihan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sudah mengenakan pakaian piyama saja pun sudah tau kalau Amira sedang kesal padanya. Raihan pun dengan senyuman manis yang terlukis di wajahnya itu pun langsung berjalan mendekati tempat tidur dan naik di atasnya. Raihan duduk di sebelah Amira dengan masih tetap tersenyum.

"Kamu kenapa?,"

"Tau ah,"

"Lagi kesel,"

"Atau kamu lagi PMS,"

"Ih, Raihan. Kamu itu ya semenjak udah jadi bapak dari dua anak, udah gak romantis lagi tau gak,"

Raihan pun hanya tersenyum saja mendengar perkataan dari Amira.

"Ya gimana aku mau romantis lagi sama kamu, orang sekarang kamunya itu udah...,"

"Udah apa?,"

"Hmmmmm," Raihan memperagakan tubuh Amira yang mulai sedikit gemuk dan pipinya yang bertambah chubby setelah melahirkan Affandra dan Azkadina.

"Ih, Raihan jahat," Amira memukul Raihan dengan bantal.

"Masa istrinya sendiri di bilang gemuk," Amira terus masih memukuli Raihan dengan bantal.

"Awh, sakit tau sayang,"

"Aku kan jujur sama kamu kalau kamu sekarang itu udah jadi, Hmmmm...," Raihan memperagakan kembali tubuh Amira yang mulai gemuk dan pipinya yang mulai chubby.

"Terus lagipula sekarang aku kan udah punya kesayangan baru, udah gak sayang lagi aku sama kamu,"

"Ih, Raihan,"

"Bilang sama aku, siapa cewek itu,"

"Cewek mana yang jadi buat kamu gak sayang lagi sama aku,"

"Bilang sama aku, Raihan. Apa jangan - jangan kamu deketin janda yang baru pindah di depan rumah kita itu ya,"

"Ngaku kamu, Raihan,"

"Awwwwhhh, sakit Amira," Amira mencubit - mencubit tubuh Raihan.

"Awwhhhh... sakit sayang. Iya ya aku ngaku,"

"Kesayangan baru aku itu ya, anak kita sendiri lah. Aku punya Azkadina yang jauh lebih aku sayang daripada kamu sekarang,"

"Ih, Raihan nyebelin," Amira melempar bantal ke arah Raihan dan mengenai wajahnya.

"Itulah kamu suka berburuk sangka sama suami kamu sendiri. Belum selesai aku bicara, kamu udah bilang aja aku deketin janda yang baru pindah itu,"

"Tapi beneran deh sayang memang cantik itu jandanya. Izin nikah lagi boleh gak?,"

"Mau nikah lagi, iya mau nikah lagi kamu Raihan. Oke, aku izinin tapi habis itu kamu aku cincang - cincang terus aku masak kamu,"

"Astaghfirullahaladzim, kejamnya istriku ini,"

"Biarin, suruh siapa gak cukup punya istri satu,"

"Ingat umur Raihan sekarang kamu itu udah bukan Tuan Muda Raihan Mahendra lagi tapi sekarang kamu udah jadi Tuan Besar Raihan Mahendra. Umur udah 28 tahun, anak udah ada dua, istrinya juga masih cantik, masih aja mau nikah lagi sama janda pula itu,"

"Sayang, kamu itu ya kalau udah marah bawelnya itu suka kelewatan,"

"Apalagi kalau udah bawa - bawa janda sama mau nikah lagi,"

"Langsung tuh di kepala kamu tumbuh tanduk dua,"

"Ih, kamu ini Raihan. Tau ah pokoknya aku ngambek sama kamu,"

"Sayang, kamu itu terlalu emosian deh hari ini. Lagi PMS atau gimana,"

"Aku itu lagi capek tau Raihan kan pelayan kita sebagian pada pulang kampung, ya kamu bayangkan aja sendiri rumah ini sebesar apa kebanyakan aku yang beresin rumah belum lagi ngurusin anak - anak,"

"Astaga aku lupa, kalau pelayan di rumah ini lagi pada balik kampung ya,"

"Yauda kalau kayak gitu, aku nanti bakalan suruh agen tenaga kerja bawa beberapa orang kesini buat bantu kamu ya,"

"Seriusan kamu Raihan,"

"Iya sayangku,"

"Alhamdulillah, akhirnya ada yang bantuin beresin rumah ini juga,"

"Jadi ceritanya udah gak ngambek lagi nih kan,"

"Kok kayak perasaanku gak enak,"

"Buat adek lagi yuk untuk si kembar kita,"

"Besok aja ya Raihan, capek nih,"

"Sekarang sayang,"

"Kita tidur aja dulu ya, sini aku peluk aja,"

"Gak mau,"