Syaheera merasa sedikit aneh dengan wawancara yang dia lakukan. Hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan ringan seputar pendidikan akademiknya dia sudah di panggil ke ruangan HRD untuk mengurus surat magangnya.
Bahkan dia dengan mudah bisa langsung bekerja hari ini juga. Tapi anehnya dia malah di tempatkan di ruangan Sekertaris.
"Maaf kak, bukankah ini ruangan Sekertaris, aku wawancara untuk bagian pembukuan!" seru Syaheera pada Nina, karyawati bagian HRD yang bertugas mengenalkannya pada karyawan lain.
Nina tersenyum sinis pada Syaheera.
"Oh benarkah? bukannya kamu masuk lewat jalur belakang! kenapa malah bertanya padaku, mana aku tahu!" seru Nina membuat Syaheera kesal.
'Jalan belakang? astaga, kurasa ini semua ulah om Bram!' batin Syaheera.
Syaheera berdecak kesal dan berusaha menetralkan rasa marahnya. Dia memejamkan matanya sekilas dan menghitung hingga lima.
"Baiklah, dimana mejaku?" tanya Syaheera.
Mendengar Syaheera menanyakan dimana meja kerjanya membuat Nina bertambah kesal padanya.
'Gadis ini sungguh pandai bersandiwara, apa dia tidak tahu bahkan meja kerjanya sangat istimewa!" gerutu Nina dalam hati.
Nina sungguh merasa kesal pada Syaheera, dia saja yang sudah dua tahun bekerja disini tidak boleh masuk ke ruangan tuan muda Anggara.
"Kamu masuk ke ruangan itu, bos muda yang akan menjadi atasanmu! bahkan meja mu sudah di pindahkan ke ruangannya!" jelas Nina
Syaheera tentu saja terkejut, bahkan setelah Nina meninggalkannya dia masih ragu masuk ke dalam ruangan yang diatasnya tertera papan nama " Direktur ".
'Apa iya aku jadi sekertaris direktur, sebenarnya apa rencana Om Bram memintaku bekerja disini?' tanya Syaheera dalam hati.
Syaheera menghela nafas dalam-dalam.
"Sudahlah, hadapi saja!" gumam Syaheera sebelum mengetuk pintu ruangan direktur.
Tok! tok! tok!
"Masuk!" jawab seseorang dari dalam ruangan itu.
Syaheera pun membuka pintu ruangan itu, dan.
"Kamu!" ceplos Syaheera melihat Tian ada di hadapannya sedang memegang sebuah dokumen dan duduk di kursi direktur.
Tian tersenyum badan meletakkan dokumen yang dia baca di atas meja, dia berdiri dan mengancingkan jasnya lalu mendekati Syaheera.
"Tian, Bastian Anggara." ucap Tian sambil mengulurkan tangan kanannya pada Syaheera.
"Syaheera Sad.. Syaheera Gunawan!" jawab Syaheera sambil menjabat tangan Tian.
"Apa kamu gugup?" tanya Tian dengan senyum manisnya.
Syaheera hanya tersenyum tipis, dia hampir saja lupa bahwa selama bekerja di perusahaan ini dia memakai nama Gunawan di belakang namanya. Itu adalah perintah dari Bram. Bahkan setelah magang di perusahaan Anggara Bram meminta Syaheera pindah ke rumah kost di dekat perusahaan.
Syaheera tidak pernah mempertanyakan keputusan atau perintah Bram mengenai hidupnya. Apapun yang di katakan Bram, Syaheera akan langsung menurutinya tanpa Bram harus mengulang perintahnya dia kali.
"Ini meja kerjamu, apa kamu suka?" tanya Tian membuyarkan lamunan Syaheera.
Syaheera mengangguk dengan cepat.
"Iya, katakan apa yang harus aku kerjakan?" tanya Syaheera.
"Duduklah dulu!" seru Tian.
Syaheera meletakkan tasnya dia tas meja dan duduk. Tian mendekati Syaheera dan membuka laptop di hadapannya.
"Ini, adalah jadwal ku, semua nomer telepon penting, dan laporan harian yang harus kamu susun. Apa sudah mengerti?" tanya Tian.
"Mengerti, aku akan mulai sekarang!" jawab Syaheera.
Tian tersenyum dan kembali ke kursinya, Syaheera masih memindahkan beberapa nomer penting itu ke dalam ponselnya.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Tian.
Syaheera menoleh, dan tersenyum tipis.
"Dekat sini, ada rumah kost khusus wanita! aku tinggal disana!" jawab Syaheera lalu melanjutkan apa yang tadi dia kerjakan.
"Kenapa tidak tinggal dengan orang tuamu?" tanya Tian lagi.
'Astaga, orang ini! kapan aku akan menyelesaikan pekerjaan ku jika dia terus mengajakku bicara!' kesal Syaheera dalam hati.
Syaheera berhenti mengetik dan menoleh pada Tian.
"Kedua orang tua ku tinggal di desa pak Tian, jadi....
"Kamu panggil aku pak?" tanya Tian sambil terkekeh.
"Bukankah sepertinya kita ini seumuran?" tanyanya lagi.
"Tapi anda atasan saya, jadi.."
"Panggil Tian saja, jika kita sedang berdua seperti ini!" seru Tian sambil tersenyum sangat manis.
'Oh, astaga! dia bahkan sudah menyela ucapan ku dua kali, ingin sekali mencekiknya!' kesal Syaheera dalam hati.
"Baiklah, Tian!" sahut Syaheera lalu kembali melanjutkan pekerjaan nya.
'Bicara lagi, akan ku lempar laptop ini padamu!' batin Syaheera kesal.
Cukup lama Tian terdiam sambil memandang Syaheera di balik dokumen yang dari tadi pura-pura dia baca.
'Gadis ini, kenapa aku merasa punya perasaan khusus sejak melihatnya!' batin Tian
Meskipun ragu, Tian akhirnya menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya Syaheera?" tanya Tian.
Syaheera kembali menghentikan pekerjaannya dan menoleh pada Tian.
"Tentu saja!" jawab Syaheera.
Tian sudah sangat senang sampai dia menutup dokumennya dan hendak berdiri.
"Tadi pagi, saat anda di keroyok preman!" sambung Syaheera.
Tian tidak jadi berdiri, dia kecewa dengan jawaban Syaheera.
Tiba-tiba saja ponsel Syaheera berdering, Syaheera melihat layar ponselnya dan tertera nama Bram disana. Syaheera meminta ijin pada Tian untuk menjawab panggilan dari Bram.
Tian mengijinkannya, dan Syaheera keluar dari ruangan itu untuk menjawab panggilan teleponnya. Tian mengikuti diam-diam dan mendengarkan dari balik pintu.
"Halo Om," sapa Syaheera.
"Halo sayang, bagaimana wawancara mu? semua berjalan lancar kan?" tanya Bram.
"Seperti keinginan Om, bagaimana Om disana?" tanya Syaheera ragu.
"Besok Om sudah kembali, kamu baik-baik ya. Om harus pergi." seru Bram dan langsung menutup panggilan teleponnya.
Syaheera kecewa Bram memutuskan panggilan nya begitu singkat.
'Dia bilang aku harus baik-baik, dia bahkan menyuruhku pindah ke kosan. Huh... apa yang ku pikirkan!' keluh Syaheera dalam hati.
Syaheera kembali membuka pintu dan tidak sengaja Tian terkena pintu yang baru dibuka Syaheera.
Kening Tian terhantuk pintu,
"Aduh!" pekik Tian.
Syaheera terkejut lalu segera masuk dan memeriksa dahi Tian, Syaheera melihat dahi Tian sedikit benjol kebiruan.
Syaheera spontan meniup dahi Tian yang terlihat memar itu.
Fuh! Fuh!
Tian makin merasakan perasaan khusus untuk Syaheera itu benar-benar ada. Syaheera tidak menyadari bahwa sedari tadi Tian sedang memandanginya.
"Maaf, aku tidak tahu kamu ada di balik pintu! apa yang sedang kamu lakukan di balik pintu?" tanya Syaheera.
Tian jadi salah tingkah sendiri. Syaheera menelpon OB dan meminta membawakan Kompress es dibawa keruangan direktur.
Sambil menunggu OB datang, Syaheera masih meniup dan mengelus pelan benjolan kebiruan di dahi Tian.
Tian memegang tangan Syaheera. Namun Syaheera spontan menepisnya. Merasa kurang nyaman Syaheera pun sedikit menjauh.
"Apa yang menelpon mu tadi pacar mu?" tanya Tian.
Dan lagi-lagi pertanyaan itu mengejutkan Syaheera.
"Maaf, sepertinya kehidupan pribadi saya tidak perlu saya ceritakan pada anda." jawab Syaheera tegas.
"Baiklah aku tidak akan bertanya lagi tentang urusan pribadi padamu, aku hanya merasa pernah mengenalmu!" tutur Tian tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Adi F1rm4n
like
2021-09-13
0
KENZO
like
2021-09-13
0
Bipasha Love
oke
2021-09-13
1