Bab. 5

Aku merebahkan tubuhku sambi berfikir,aku pun berkata sendiri dari dalam kamarku.

"Kenapa pak Devano bisa ada di sini?, dia juga bebas masuk ke dalam kamarku tampa ada rasa takut pada pemilik Cafe di sini.Siapa dia?."

Mungking karna efek obat yang di berikan Devano padaku. Aku pun terlelap begitu sangat nyenyaknya sampai aku tak menyadari kalau Devano kembali masuk ke dalam kamarku. Dia memeriksa keadaanku sambil memegan dahiku.

"Suhu badannya sudah normal," Ucap Devano pelan.

Setelah selesai memeriksa keadaanku. Devano pun memperbaiki selimut yang aku kenakan. Setelah selesai dia pun berjalan keluar dari kamarku sambil menutup pintu lalu kembali menuju kamarnya. Setelah sampai di dalam kamarnya Devano berkata sendiri.

"Gadis itu sangat lucu, dan juga imut,aku terkesang saat aku pertama bertemu dengannya di dalam ruangan dosen."

Devano pov

Saat Alina, berjalan masuk ke dalam ruangan dosen,yaitu ruangannya.Devano tak sengaja melihat Alina memasang wajah cerianya di hadapan Secil. Alina tertawa lepas sambil menepuk pelan bahu Secil. Devano juga tak sengaja mendengar ucapan Alina yang begitu sangat aneh terdengar di telinganya.

"Upoji iye campus'e(aku suka kampus ini)," Ucap Alina ketika Secil pergi menuju ke kelasnya.

Devano tersenyum sendiri mendengar ucapan Alina yang menurutnya sangat aneh. Devano menatap Alina di saat Alina sedang sibuk mengeluarkan semua berkas -berkasnya dari dalam tasnya. Devano mengambil salah satu berkas yang di keluarkan Alina dari dalam tasnya.

"Murid teladan dan berprestasi yang mendapatkan beasiswa dari selatan," itulah yang tertulis di kertas putih yang Devano baca saat itu.

"Hebat," Ucap Devano dalam hati.

Dan pertemuan selangjutnya,Alina menabrak tubuhnya di depan toilet kampus. Wajah Alina berubah pucat ketika melihat wajah Devano berdiri tepat di hadapannya. Namun bagi Devano,Alina terlihat lucu ketika sedang panik seperti itu. dan yang terakhir Devano melihat Alina dari jendela Cafenya. Devano melihat Alina yang sedang duduk sambil memegan dagunya dengan ke dua tangannya.

"Sungguh, gadis yang lucu dan imut," Ucap Devano sambil tersenyum melihat ke arah Alina.

Kembali ke Cerita Awal

Pagi pun tiba,Aku terbangun,namun keadaanku masih sangat lemah, seluruh badanku masih terasa panas, aku paksakan diriku berangjak dari tempat tidur karna aku ingin membersikan diri setelahnya aku mau ke kampus. Dengan pandangan buram aku melangkah menuju pintu kamarku, aku berjalan sambil memegan kepalaku yang masih terasa sangat pusing. Aku hampir terjatuh namun beruntung Devano dengan segera menangkapku.

Bukkk, Suara jatuhku ke dalam pelukan Devano.

Tampa berkata apapu Devano segera mengankat tubuhku masuk ke dalam kamar. Aku hanya diam mendapat perlakuan itu. Aku pun menatap wajah tampan Devano dari dekat. Sementara Devano hanya tersenyum tipis sambil melihatku. Devano pun masuk dalam kamarku lalu merebahkan tubuhku di atas tempat tidur lalu memegan dahiku.

"Badanmu masih sangat panas,kamu mau kemana? " Ucap Devano padaku.

"Aku tidak apa -apa pak,aku cuman ingin membersikan diri lalu ke kampus" Ucapku padanya sambil ingin bangun dari tempat tidur.

"Ngak,apa -apa gimana.badan kamu panas begini,kamu tak usah bangun,istirahatlah untuk hari ini nanti kalau sudah sehat kamu bisa masuk kampus lagi." Ucapnya sedikit datar.

Devano keluar dari kamarku. Lalu kembali lagi membawa baskom dan juga kain untuk mengompres dahiku,pelan -pelan Devano meletakkan kain kompres itu di dahiku lalu berkata.

"Tunggula sebentar, aku ke luar dulu,"

"Baik pak," Ucapku pelan.

Setelah beberapa saat kepergian Devano, kini dia kembali membawa semangkuk bubur, Devano kemudian membantuku untuk bangun lalu memberiku semangkuk bubur itu.

"Ini, makan, setelah makan minum obat ini," Ucapnya sambil meletakkan obat di meja samping tempat tidurku. Lalu kembali keluar dari kamarku.

Aku pun mulai makan bubur pemberian Devano. Setelah selesai makan aku mengambil obat lalu meminumnya, setelah itu aku kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidur.

Aku merasa sangat sedih. Ini pertama kalinya aku sakit tampa di dampingi oleh ibuku. Dulu jika aku sakit ibuku yang merawatku dengan sangat baik dia tak pernah meninggalkanku, dia selalu menemaniku.

Hiks, Hiks, Hiks, Suara tangisku.

"Ibu, aku merindukanmu," Ucapku dalam hati.

Namun suara tangisanku itu di dengar oleh Devano. Devano pun masuk dalam kamarku kemudian bertanya padaku.

"Apa ada yang sakit?,kenapa kamu menangis?," Ucapnya sedikit panik.

"Aku,tidak apa pak, aku hanya merindukan ibuku," Ucapku dengan suara sesegukan.

Devano menarik nafasnya ketika mendengar ucapanku. Hufffff, Hemmmm. Devano lalu berkata padaku.

"Jika, kamu merindukannya, kenapa tak menelponnya."

"Tidak, aku tak ingin ibuku khawatir denganku, jika aku menelponnya saat ini, ibuku akan tau jika aku sedang sakit."

Mendengar ucapanku, Devano kembali menarik nafasnya lalu membuanya dengan pelan. Hufffffff, Hemmmm. lalu berkata.

"Baik lah, jika itu maumu," Ucapnya sambil memeriksa keadanku.

"Terimah kasih pak, telah merawatku dengan baik," Ucapku ketika Devano berangjak dari tempat duduknya.

Devano pun tersenyum melihat ke arahku, lalu berkata.

"Kamu tak perlu berterimah kasih denganku, karna suatu hari aku akan menangih balas budiku padamu," Ucapnya sambil berlalu keluar dari kamar Alina.

Setelah Devano keluar dari kamarku, aku berfikir keras, tentang apa yang dia katakan barusan, aku pun berkata sendiri dalam kamarku.

"Maksud pak Devano apa?,aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang ucapannya barusan."

Sementara Devano tersenyum licik ketika keluar dari kamar Alina. Devano juga merasa sedikit lega karna telah menemukan seseorang yang akan dia ajak untuk menemui kedua orang tuanya.

"Akhirnya aku menemukan gadis yang tepat,untuk ku kenalkan pada ke dua orang tuaku, aku juga sangat lelah mendengar ucapan 'Kapan nikah?, keluar dari mulut ke dua orang tuaku."

Sebulan yang lalu.

Almira datang ke makassar untuk bertemu dengan keliennya. Lalu melanjutkan perjalanannya ke jakarta untuk menemui putranya yang bernama Devano Miller. Almira langsung mendatangi Cafe yang sedang di kelolah putranya yang berada tepat di pusat kota jakarta. Namun Almira tak pernah tau kalau putranya di jakarta menjadi seorang dosen di salah satu kampus ternama yang ada di pusat jakarta. Almira pun masuk dalam Cafe dan di sambut ramah oleh para pelayan yang sedang bekerja siang itu.

"Selamat datang Nyonya," Ucap para pelayan Cafe.

"Siang," Ucap Almira ramah.

Almira pun langsung masuk ke dalam kamar yang biasa putranya pakai untuk istrahat. Almira menatap sekeliling kamar Devano.

"Masih terlihat seperti dulu, tak ada perubahan sama sekali,Vano,Vano kapan kamu akan membuka hati untuk gadis lain nak, kamu itu sudah cukup umur."

Terpopuler

Comments

Sofiana

Sofiana

lanjut thor

2020-06-24

1

Sugianti Bisri

Sugianti Bisri

jangan tabrakan trs😭😭😭

2020-06-20

2

SYILA

SYILA

kok sering tabrakan nih

2020-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!