Vina melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan ucapan Dion yang selalu berputar dipikirannya. Vina menghidupkan shower dan memilih mengguyur tubuhnya dengan air dingin sambil terus memikirkan perkataan Dion.
'Aku juga gak pengen seperti ini. Bukan aku yang menginginkannya, bukan aku yang meminta kehidupan seperti ini,bukan aku yang minta.
Vina menghentikan perkataannya di dalam hati saat mendengar suara langkah sepatu yang mengitari kamarnya.
Vina bergegas menyelesaikan aktivitas mandinya dan menggunakan dress yang memang akan selalu digunakan beberapa bulan ke depan, dress longgar yang tidak akan membuat perutnya merasa sesak.
Vina keluar dan langsung melihat pria yang beberapa bulan lalu membuat Vina hampir stress karena tekanan dan penderitaan yang dilakukan pria tersebut padanya. Perkataan, tatapan, bahkan kehadiran pria itu saja sudah membuat tekanan sekaligus penderitaan di kehidupan Vina.
Vina baru saja ingin keluar dari kamar, namun suara Angga menghentikan langkahnya.
"Apa dia buat masalah lagi?" Tanya Angga dan Vina tahu siapa yang Angga maksud adalah Dion, adiknya.
"Tidak." Jawab Vina singkat dan gerakannya kembali terhenti saat Vina baru saja ingin keluar dari kamarnya.
"Aku tahu semuanya Vina, kamu gak perlu menyembunyikan sesuatu yang pasti akan aku tahu." Ucapan Angga membuat Vina menghembuskan nafasnya dengan kasar.
'Pria bodoh sudah tahu masih saja bertanya buat emosi saja.' Ucap Vina dalam hatinya sebelum memutar tubuhnya dan tanpa Vina sadari Angga sudah dibelakangnya dari tadi.
Vina diam, mata keduanya bertemu tanpa aba-aba yang membuat Vina terdiam sempat menahan nafasnya beberapa detik sebelum akhirnya Vina kembali bernafas dengan wajah yang ditujukan dengan kesan kalau dirinya baik baik saja.
Mungkin kalau di tanya apa Vina mampu menunjukkan wajah seperti ini dulu, Vina tegaskan dirinya tidak berani. Hanya mata penuh ketakutan, dengan respon takut yang bisa Vina tunjukan dulu.
Vina tahu kalau Angga tidak ada perasaan padanya dan Angga tidak mungkin melakukan sesuatu dengan tingkat kesadaran seratus persen kecuali keadaannya sama seperti beberapa bulan yang lalu.
"Kamu sudah tahu, lalu untuk apa bertanya?" Kali ini Vina berbicara sambil menatap mata Angga yang tidak pernah menunjukan sisi lembut padanya sejak Vina menjadi istrinya.
"Kamu tahu aku dengan baik Vina, aku mau semua aktivitasmu harus kamu beritahu padaku. Apapun!" Ucap Angga dengan penekanan di kata apapun.
"Jangan ikut campur dengan urusanku, hanya tinggal menunggu beberapa bulan maka semuanya akan terselesaikan. Jadi kumohon jangan telalu ikut campur urusanku, cukup kamu bertanya pada pak Bambang dan jangan bertanya pada ku.
Jangan bersikap layaknya suami yang ingin mengetahui apapun yang istrinya lakukan." Ucap Vina sebelum memutar tubuhnya dan ingin membuka pintu, namun kali ini tindakan Vina dihentikan bukan lewat suara namun tindakan.
Angga menarik bahu Vina agar kembali menatapnya dan mengeratkan tangannya di pinggang Vina, tanpa menyakiti anaknya yang ada di perut Vina.
Vina menatap Angga yang hanya diam, tanpa sadar Vina tertawa sinis.
Ucapan adiknya kembali berputar dipikirannya. "Pria ini yang membuatnya menderita, Pria ini yang menjebaknya dalam kehidupan kelam, Pria yang dikiranya baik ternyata......."
"Aku tidak menyukai sikap kamu Vina.
Aku tidak suka kamu berbicara seperti ini. Perhatikan cara bicara kamu di hadapanku, jang__." Kali ini Vina menghentikan ucapan Angga dengan kata kasarnya yang menyebabkan Angga melepaskan tangannya dari pinggang Vina.
"Kamu hanya memiliki hak di atas kertas, bukan di kehidupan nyata. Kita sudah sepakat dari awal, apa perlu aku ingatkan lagi agar kamu mengerti dengan baik Tuan Angga wijaya yang terhormat?"
Vina tersenyum sinis saat merasa tangan Angga yang sudah tidak ada dipinggangnya.
"Bersikaplah seperti orang asing, karna aku tidak suka sikap kamu yang seperti ini. Kamu yang mengatakan kalau kita hanya orang asing yang berada di satu perahu dan hanya tinggal menunggu waktu agar orang asing itu berpisah. Jadi bersikaplah seperti yang kamu katakan dulu." Vina memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan Angga yang terdiam dengan senyum tipis yang terukir dibibirnya.
Angga melangkahkan kakinya menuju balkon dikamarnya, berdiri dan hanya diam.
Angga kembali mengingat kenangan beberapa bulan yang.
Kejadian yang mengubah semuanya.
Flashback
Angga bangun dari posisi tidurnya karna mendengar tangisan perempuan yang suaranya Angga kenal.
Vina, anak teman mamanya yang sudah tinggal dirumahnya lebih dari lima tahun karna mendapatkan beasiswa di Jakarta.
Angga membuka matanya dengan pelan karna sinar matahari yang menghalangnya untuk membuka matanya secara langsung.
"Pria brengsek!" Umpatan tersebut lolos dari perempuan yang duduk diatas ranjang yang sama dengan yang digunakan Angga.
Angga yang mendengar umpatan tersebut langsung melihat perempuan yang menatapnya dengan tatapan benci dan bisa di bilang dengan tatapan jijik.
"Apa yang kamu lakukan di kamarku dan__." Pertanyaan Angga terhenti saat melihat kondisi kamarnya dan tentu juga kondisi Vina yang tidak bisa di bilang baik-baik saja untuk wanita yang ada di kamar seorang pria.
"Pria sialan, pria brengsek. Kamu pria yang__." Tangisan Vina sudah pada titiknya, Vina tidak bisa melanjutkan umpatan yang dilontarkan untuk Angga.
Angga pria dewasa, dia mengerti situasi ini. umurnya sudah 27 tahun, Angga tidak mungkin tidak mengerti situasi ini. Angga hanya bingung kenapa ini semua terjadi, semalam dia tidur dan tidak bisa mengingat apapun yang terjadi semalam. Hanya satu kejadian yang dia ingat, susu yang diberikan Mamanya semalam hanya itu saja.
Baru saja Angga ingin berbicara dengan Vina, wanita itu telah berdiri dan mengambil semua pakaiannya dan berlari ke kamar mandi dengan lilitan kain tipis yang menutupi tubuhnya. Angga ingin membantu, tapi Angga sadar bukan saatnya dia bersikap lembut dengan perempuan itu. Percuma sikap lembutnya juga akan ditolak langsung oleh perempuan tersebut.
Angga telah menggunakan pakaiannya dan menunggu perempuan itu keluar. Pintu kamar mandi terbuka, perempuan yang terlihat berantakan walaupun lebih baik dari sebelumnya dengan pakaian yang telah terpakai dan rambut yang dibiarkan terurai.
"Kenapa kamu ada di kamar aku?" Bukan lontaran maaf yang diucapkan oleh Angga, tapi lontaran yang mencurigakan jika di dengar oleh Vina.
"Kamu menuduhku? Kamu pikir aku perempuan seperti apa?" Tanya Vina dengan nada yang begetar begitu juga tatapan yang masih sama.
"Bukan menuduh tapi aku bertanya. Apa salah kalau aku bertanya seperti itu? Kalau aku ada di kamar kamu maka aku yang salah, dan sekarang masalahnya kamu ada di kamar aku." Ucapan Angga benar, disini Vina yang bodoh. kenapa dia harus masuk ke kamar ini, kenapa dengan bodohnya dia penasaran suara apa yang ada di kamar ini.
Vina menghapus air matanya dengan kasar.
"Anggap saja semua tidak pernah terjadi, aku tidak bisa bertanggungjawab padamu. Kamu tahu aku akan menikah dengan wanita yang ku cintai." Ucap Angga santai dan hal itu semakin membuat Vina merasa terhina.
Vina jijik pada dirinya sendiri, Vina benci pada dirinya.
"Aku tidak pernah mengharapkan pernikahan dari pria brengsek seperti kamu." Ucap Vina sebelum keluar dari kamar Angga dan pergi tanpa Angga tahu kemana, karna setelah itu Vina menghilang selama sebulan sebelum kembali dan memutuskan pindah dari rumahnya atau mungkin angkat kaki.
Flasback off
"Mama memanggil kamu untuk makan malam." Suara perempuan yang baru saja terdengar membuat Angga menghentikan ingatan masa lalunya.
Angga membalikan tubuhnya dan sebelum mengeluarkan suara perempuan itu telah pergi kembali dari kamar mereka.
Angga mencoba untuk tidak memikirkannya dan bergegas membersihkan badannya sebelum makan malam dengan keluarganya.
Vina melangkah menuruni anak tangga, dirinya masih harus membantu Rahma menata makanan di meja makan.
Vina sadar diri, dimana dirinya harus berdiri, dimana dirinya harus menjauh.
"Sudah kamu panggil?" Tanya rahma yang melihat menantunya mendekat.
"Sudah Ma, mungkin Angga lagi mandi." Jawab Vina dengan tangan yang memegang sendok untuk diletakan disisi kanan piring.
"Selamat malam." Kegiatan Vina dan Rahma terhenti secara bersamaan, sebelum akhirnya keduanya melihat kearah suara yang terdengar di indra pendengaran keduanya.
"Untuk apa kamu kesini?" Tanya Rahma dengan suara yang menandakan kalau Rahma tidak menyukai wanita yang datang tanpa di undang tersebut.
Vina hanya diam sambil sekali kali melihat wanita yang datang tanpa di undang, walaupun tatapannya tetap fokus pada Mama mertuanya, Vina takut Mamanya terkena serangan jantung mendadak.
Vina adalah dokter walaupun belum pernah mengaplikasikan ilmunya dengan gelarnya namun nalurinya merasa cemas mengingat riwayat penyakit Rahma, maka dari tadi Vina hanya fokus pada Mama mertuanya.
"Tenang Tante, aku datang karna Angga yang menyuruhku datang." Ucap wanita itu dengan nada yang sinis.
"Pergilah, saya tidak sudi rumah saya di injak oleh kamu." Ucap Rahma dan membuat Vina semakin khawatir dengan Rahma
.
"Apa hak Tante? Anak Tante yang mengundang saya, bukan Tante.
Jadi Tante gak ada hak buat usir saya dari sini." Ucapan wanita itu sudah tidak bisa Vina diamkan lebih lama lagi.
Vina meletakan alat makan dan berjalan ke arah Rahma, sebelum Rahma membalas ucapan wanita itu lebih lanjut dan pada ahkirnya akan menimbulkan masalah yang besar.
"Ma." Panggil Vina lembut dan tak luput senyum manisnya.
"Mama ke kamar saja, biar aku yang bereskan semua ini." Ucap Vina dan di tolak halus oleh Rahma.
Mana bisa Rahma meninggalkan Vina dengan perempuan yang menurut Rahma bagaikan ular yang beracun.
"Tidak sayang, Mama gak akan bisa biarkan kamu berdua sama wanita ular ini." Ucap Rahma.
"Ma, aku perlu bicara dengannya. Hanya sebentar."
"Tidak!" Ucap Rahma.
"Ma?"
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Angga bego sebego begonya😠😠😠😠
2021-08-19
0
Shellia
Mungkinkah mama Rahma tau sesuatu yg Angga tdk tau tentang perempuan itu?
2021-07-24
1