Tidur Bersama Di Hotel

Pagi itu Jennifer mengantarkan Maximus dan Axel ke pesantren. Mereka bertiga mengendarai mobil pribadi. Maxsimus dan Axel duduk di kursi belakang sedangkan Jenifer duduk di kursi depan. Maximus sibuk dengan handphone di tangannya. Sedangkan Axel sedang mendengarkan lagu kesukaannya.

"Bang, kau sering keringetan. Nih sapu tanganku buat Abang aja," ucap Axel meletakkan sapu tangannya pada kakaknya. Dia punya banyak koleksi sapu tangan. Ada nama dirinya di sapu tangan itu. Dari masih kecil Axel memang menyukai sapu tangan terutama sapu tangan buatan Amanda. Berbeda dengan Maximus yang cuek dengan hal-hal yang seperti itu. Jika keringetan sekalipun Maximus hanya menyekanya dengan pakaian yang dikenakannya.

"Kau sendiri?" tanya Maxsimus saat menerima sapu tangan coklat itu.

"Aku punya banyak Bang, bawa dua," jawab Axel. Tak hanya satu buah sapu tangan, Axel membawa beberapa sapu tangan di dalam tasnya ataupun di dalam saku.

"Oke aku simpan," jawab Maxsimus. Dia memasukkan sapu tangan Axel ke dalam saku pakaiannya. Nanti kalau keringetan baru dipakai untuk menyekanya.

Axel mengangguk.

"Makasih Xel," ucap Maxsimus.

"Oke," jawab Axel. Dia kembali mengenakan headsetnya dan menaikkan volume lagu yang ingin didengarnya. Sedangkan Maxsimus menutup layar handphonenya dan memasukkan handphonenya ke dalam saku. Matanya kini beralih ke kaca mobil untuk melihat pemandangan yang ada di luar. Mobil terus melaju. Melewati jalanan jalanan yang panjang.

"Untung nggak macet, bisa cepet sampai pesantren," ucap Jenifer. Dia sudah dandan totalitas untuk bertemu dengan para Ustadz yang tampan-tampan. Makin tua makin jadi. Tetep ganjen meskipun hanya sekedar menjadi fans mereka.

"Iya Oma," jawab Maxsimus.

Mobil terus melaju. Maximus melihat seorang gadis bercadar menggunakan tongkat di tangan kanannya. Dia hendak berjalan menyeberangi jalan. Membuat mobil yang ditumpangi Maximus ragu untuk menaikkan kecepatan.

"Pak berhenti!" titah Maxsimus.

"Iya Den." Sopir menghentikan mobil itu di tepi jalan.

"Mau apa Max?" tanya Jenifer. Heran kenapa cucunya meminta sopir untuk menghentikan mobil. Padahal masih jauh dari pesantren.

"Sebentar Oma," jawab Maxsimus. Dia belum memberitahu apa tujuannya menghentikan mobil. Ketika pintu mobil terbuka Maxsimus keluar. Sedangkan Jennifer hanya diam dan Axel masih nyaman bersandar di sandaran kursi.

Maximus berjalan menghampiri seorang gadis bercadar itu. Dia tahu gadis bercadar itu ragu-ragu untuk menyeberang jalan.

"Assalamu'alaikum," sapa Maxsimus.

Gadis bercadar itu menoleh ke samping meskipun seperti orang yang tidak menatap secara langsung.

"Oh, sepertinya dia buta," batin Maxsimus. Dia berpikir gadis bercadar itu buta matanya hanya fokus ke depan bahkan tidak berkedip.

"Wa'alaikumsallam," jawabnya.

"Apa Nona ingin menyeberang jalan?" tanya Maxsimus.

Gadis bercadar itu hanya mengangguk.

"Kalau begitu, bolehkah saya menolongmu untuk menyeberang ke sana?" tanya Maxsimus.

Gadis bercadar itu diam sesaat. Seperti memikirkan sesuatu.

"Baiklah, terimakasih sebelumnya," jawabnya. Dia sadar betul kekurangannya. Apalagi kendaraan begitu banyak lulu lalang di jalan raya.

Maximus membantu gadis bercadar itu menyeberang hingga ke tepi jalan yang dia inginkan. Baru sampai di tepi jalan, cadar yang dikenakan gadis buta itu terlepas dan terbawa angin begitu saja. Dia tampak panik dan berusaha mencari keberadaan cadarnya. Seketika Maximus mengeluarkan sapu tangan pemberian Axel dan mengenakan sapu tangan itu pada gadis buta yang kebingungan mencari cadarnya.

"Gak papa, itu bisa menggantikan cadarmu untuk sementara waktu," ucap Maxsimus. Sekejap dia sempat melihat wajah cantik dari gadis buta itu. Ada sedikit perasaan kagum padanya.

"Terimakasih," jawabnya.

"Kalau gitu aku pamit dulu. Assalamu'alaikum," ucap Maxsimus.

"Wa'alaikumsallam," jawabnya.

Maximus bergegas meninggalkan tempat itu. Menyeberang kembali ke tepi di mana mobilnya parkir. Dia masuk ke dalam mobil dan duduk kembali bersama Axel.

"Kau ngapain Max?" tanya Jenifer.

"Cuma bantu orang nyeberang Oma," jawab Maxsimus.

Jennifer mengangguk lalu menyuruh kembali supir mengendarai mobilnya. Maximus hanya melihat gadis bercadar itu dari kaca sampai mobil itu melaju semakin jauh dan gadis bercadar itu tak tampak lagi.

Pesantren Al Iman

Jennifer dan kedua cucunya turun dari mobil. Mereka meluruskan pinggang dan melenturkan kedua kaki yang dari tadi ditekuk di dalam mobil. Menatap pesantren yang begitu indah dan megah. Ditambah banyaknya pohon-pohon hijau dan beberapa tanaman yang tampak menyejukkan mata. Terdengar suara-suara lantunan ayat suci yang membuat mereka nyaman dan merasa tenang.

"Alhamdulillah sampai juga," ucap Jenifer.

"Iya Oma, sayangnya Bunda mesti ke restoran, gak jadi mengantar kita," sahut Axel.

"Katanya Bunda akan menyusul kalau urusannya sudah selesai," tambah Maxsimus.

"Ya udah, kan ada Oma. Daddy dan Bundamu ada urusan penting. Gak papakan?" jawab Jenifer.

Mereka berdua mengangguk. Kemudian mulai berjalan bersama Jennifer masuk ke dalam pesantren.

***

"Sayang, apa kau harus hamil lagi? Anak kita sudah banyak. Aku sampai lupa nama dan tanggal lahir mereka," ucap Yuda sambil menggendong dua anak balitanya di depan dan belakang.

"Anak itu pembawa rezeki Sayang. Banyak anak banyak juga rejeki kita," jawabnya.

Akhirnya Yuda menikah dengan seorang perempuan sederhana. Seorang anak dari ketua RT setempat. Namanya Yuna Novita. Perempuan cantik dan bawel.

"Iya sih sayang, tapi anak kita sudah sembilan. Kalau kau hamil lagi jadi sepuluh," jawab Yuda.

Yuna sibuk menyiapkan susu penyubur kandungan. Sedangkan Yuda sibuk menggendong dan mengawasi anak-anaknya yang berdebat, menangis, minta diajarin pelajaran sekolah dan minta diajak main.

"Belum sebelas. Masih bisa nambah dua lagi," jawab Yuna.

"Tapi aku udah tua Sayang," sahut Yuda.

"Gak masalah. Yang penting kita punya uang. Toh anak-anak kita gak nakalkan. Mereka imut dan lucu," jawab Yuna. Padahal rumah udah kaya kapal pecah. Mereka berperang setiap saat.

"Iya sih Sayang, belum roboh ini rumah kita. Berarti baik-baik saja," jawab Yuda. Geleng-geleng. Anak udah sembilan. Dari yang balita, TK, SD sampai SMP. Istrinya masih ingin produksi lagi.

"Iya Sayang. Lagian kalau anak banyak rame kalau jalan-jalan," sahut Yuna.

"Tapi anak kita selalu ada aja yang ilang. Bukannya happy jalan-jalan, pusing jagain mereka Sayang," jawab Yuda.

"Udah gak usah dipikirin. Nanti kita nyari pengasuh lagi," kata Yuna.

"Pengasuh pada resign Sayang gara-gara anak kita kebanyakan. Belum lagi mereka terlalu kreatif," jawab Yuda. Padahal anak-anaknya sangat heboh dan banyak ulah. Sampai-sampai setiap punya pengasuh pasti tak bertahan lama.

"Itu karena mereka butuh healing sayang. Yang penting sekarang kita nambah dua lagi. Biar rumah ini agak rame dikit," jawab Yuna. Agak rame dikit. Udah kaya kapal pecah masih dibilang kurang rame.

Yuda mengangguk.

"Pikirkan kalau anak banyak berarti banyak yang doain nantinya. Selain itu saat kita tua banyak yang ngurus," tambah Yuna.

Yuda hanya mengangguk. Nasib-nasib, sekalinya nikah punya anak banyak. Alhamdulillah disyukurin meskipun tidak mudah.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Nyimak dulu.

2022-03-01

0

syafridawati

syafridawati

like dan fav mampir se

2021-10-10

0

Masiah Firman

Masiah Firman

masih menyimak

2021-10-04

1

lihat semua
Episodes
1 Ditinggal Mati Istriku
2 Tidur Bersama Di Hotel
3 Bertanggungjawab Untuk Kerugianmu
4 Pekerjaan Nyeleneh
5 Hak Ku
6 Pekerjaanku
7 Kecelakaan
8 Masa Lalu Istriku
9 Mantan Gebetan
10 Perjodohan
11 Makan Malam
12 Nafkah Batin
13 Ancaman Mertua
14 Istri Tersiksa
15 Pruuut Pruuut
16 Kemana?
17 Air Mata Berdarah
18 Kematian
19 Penyakit Suamiku
20 Diperkosa
21 Promo Novel
22 Terluka Hatinya
23 Promo Novel
24 Dijemput Mertua
25 Melindungi Keduanya
26 Menikahi Keduanya
27 Nikah Paksa
28 Hilang
29 Nikahi Janda
30 Istri Pertama
31 Maaf Sayang
32 Malam Bersama Istri Kedua
33 Berdua Lebih Indah
34 Masa Laluku
35 Kedekatan
36 Adik Diana
37 Gagal
38 Akhirnya Bersama
39 Bulan Madu
40 Hamil?
41 Memasak Untuk Istri
42 Genit
43 Tak Berguna
44 Hari Pertama Mengajar
45 Lelaki Yang Sombong
46 Bertemu Devan
47 Lupakan
48 Bertemu Lagi
49 Pelayan Itu Suamiku
50 Artis-artisan
51 Dulu Aku Juga Sama
52 Pagi Yang Indah
53 Kangen
54 Putriku
55 Anak Kanjeng Ibu
56 Maafkan Aku
57 Cemburu
58 Melarikan Diri
59 Bandara
60 Keluargaku
61 Menebus Waktu
62 Kecewa
63 Pilihan
64 Lima Tahun Berlalu
65 Promo Novel
66 Tukang Gali Kubur Apes
67 Bertemu Anak
68 Diterima
69 Bertemu Juga
70 Menangis
71 Mencari
72 Peliharaan
73 Berkumpul
74 Bahagia
75 Rencana Menikah
76 Pengumuman
77 Pengumuman
78 Pengumuman
79 Pengumuman
80 Pengumuman
81 Pengumuman
82 Pengumuman
83 Pengumuman
84 Pengumuman
85 Pengumuman
86 Pengumuman
87 Promo Novel
88 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Ditinggal Mati Istriku
2
Tidur Bersama Di Hotel
3
Bertanggungjawab Untuk Kerugianmu
4
Pekerjaan Nyeleneh
5
Hak Ku
6
Pekerjaanku
7
Kecelakaan
8
Masa Lalu Istriku
9
Mantan Gebetan
10
Perjodohan
11
Makan Malam
12
Nafkah Batin
13
Ancaman Mertua
14
Istri Tersiksa
15
Pruuut Pruuut
16
Kemana?
17
Air Mata Berdarah
18
Kematian
19
Penyakit Suamiku
20
Diperkosa
21
Promo Novel
22
Terluka Hatinya
23
Promo Novel
24
Dijemput Mertua
25
Melindungi Keduanya
26
Menikahi Keduanya
27
Nikah Paksa
28
Hilang
29
Nikahi Janda
30
Istri Pertama
31
Maaf Sayang
32
Malam Bersama Istri Kedua
33
Berdua Lebih Indah
34
Masa Laluku
35
Kedekatan
36
Adik Diana
37
Gagal
38
Akhirnya Bersama
39
Bulan Madu
40
Hamil?
41
Memasak Untuk Istri
42
Genit
43
Tak Berguna
44
Hari Pertama Mengajar
45
Lelaki Yang Sombong
46
Bertemu Devan
47
Lupakan
48
Bertemu Lagi
49
Pelayan Itu Suamiku
50
Artis-artisan
51
Dulu Aku Juga Sama
52
Pagi Yang Indah
53
Kangen
54
Putriku
55
Anak Kanjeng Ibu
56
Maafkan Aku
57
Cemburu
58
Melarikan Diri
59
Bandara
60
Keluargaku
61
Menebus Waktu
62
Kecewa
63
Pilihan
64
Lima Tahun Berlalu
65
Promo Novel
66
Tukang Gali Kubur Apes
67
Bertemu Anak
68
Diterima
69
Bertemu Juga
70
Menangis
71
Mencari
72
Peliharaan
73
Berkumpul
74
Bahagia
75
Rencana Menikah
76
Pengumuman
77
Pengumuman
78
Pengumuman
79
Pengumuman
80
Pengumuman
81
Pengumuman
82
Pengumuman
83
Pengumuman
84
Pengumuman
85
Pengumuman
86
Pengumuman
87
Promo Novel
88
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!