"Maaf sayang aku terlambat pulang!" Kata Mama Rani pada seorang laki-laki yang sedang duduk disofa kamarnya.
"Apa kau tahu, aku sangat menghawatirkanmu sayang." Ucap Papa Johan suami Papa Rani.
Mama Rani pun berjalan menghampiri suaminya dan duduk disebelahnya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku berlebihan sayang, lihatlah aku baik-baik saja bukan? Hari ini aku sangat senang sekali apa kau mau mendengarkan ceritaku?" Tanya Mama Rani pada suaminya.
"Ada apa?" Jawab Papa Johan sedikit mengerutkan keningnya.
Mama Rani pun menceritakan bagaimana dia bertemu Retha direstoran, menyelamatkan Retha dari preman dan mengantarkannya ke rumah sakit. Sesekali dia menunjukkan kekagumannya pada Retha.
"Apa kau tau suamiku, dia sangatlah cantik, jika dilihat-lihat wajahnya mirip sekali dengan Mira." Kata Mama Rani sedikit lirih ketika menyebutkan nama Mira.
"Mira? sahabatmu itu?" Tanya Papa Johan.
"Iya kau benar sekali sorot matanya sama seperti Mira dan sikapnya pun sama, aku jadi sangat merindukannya." Kata Mama Rani yang menahan air matanya ketika mengingat sahabatnya itu.
Papa Johan memeluk Mama Rani dengan erat dia tahu betapa sedihnya Mama Rani ketika harus kehilangan sahabatnya yang entah pergi kemana.
"Jangan bersedih sayang aku masih berusaha untuk mencarinya. Sekarang bersihkan dirimu dan beristirahatlah." Kata Mama Johan
"Baiklah, dimana Arga? apa tadi dia pulang bersamamu?" Tanya Mama Rani yang tidak melihat keberadaan putranya itu.
"Tidak dia sudah pulang duluan bahkan sebelum jam kantor selesai." Ucap Johan menahan kekesalannya pada putra semata wayangnya itu.
"Pasti dia pergi bersama Ivanka, dasar anak itu masih saja berhubungan dengan wanitanya padahal jelas-jelas aku tidak akan menyukainya!" Kata Rani menggebu-gebu mendengar putranya belum pulang.
"Apa kau tahu kemarin Arga membelikan apartemen untuk Ivanka?" Tanya Johan pada istrinya.
"Ahh aku tidak habis pikir dengan Arga kenapa harus jatuh cinta dengan wanita itu, sudah membicarakan wanita itu membuat kepalaku pusing. Aku ingin mandi dulu, apa kau mau aku membuatkan kopi untukmu?"
"Tidak perlu beristirahatlah aku sudah minum kopi tadi".
Rani pun bergegas masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Pagi hari dirumah sakit perawatan sudah mengantarkan sarapan untuk ibu Retha. Dengan telaten Retha menyuapi ibunya.
"Makanlah yang banyak Bu biar cepat sembuh!"
"Iya sayang kamu juga makan ya jaga kesehatan." Ucap wanita paruh baya itu.
"Iya Bu, ibu tenang aja aku sudah besar jadi bisa jaga diri". Jawab Retha sambil tersenyum.
Retha pun menyuapi ibunya dengan sangat telaten.
Dikediaman Tante Rani
"Darimana kamu kemarin, kenapa pulang larut malam sekali?" Tanya Rani pada putranya.
"Kemarin ada urusan mendadak pa, maaf tidak memberimu kabar terlebih dahulu." Jawab Arga yang tampak mengacuhkan kedua orangtuanya itu.
"Aku tahu kau sekarang CEO di Haidar group tapi kau juga harus ingat masih ada papa yang selalu mengawasimu."
"Dan satu lagi jangan berlebihan dengan pacarmu itu!" Ucap Johan tegas.
Arga yang mendengar pacarnya diikutsertakan menjadi sedikit kesal.
"Pa Ivanka wanita baik-baik jadi papa nggak usah khawatir." Kata Arga.
"Baik-baik apanya mama sering lihat dia sama laki-laki lain didalam mall apa itu baik-baik?" Tanya Rani kesal pada Arga.
Arga hanya diam saja, tiba-tiba selera makannya hilang. Dia pun bergegas untuk meninggalkannya rumah dan pergi ke kantor.
"Pa nanti mama ke rumah sakit mau medical check up."
"Iya minta antar pak Man saja ya ma, hari ini papa nggak bisa nemenin mama."
"Iya pa."
Johan pun pergi meninggalkan rumah untuk bekerja kekantornya. Dan Rani pergi ke rumah sakit untuk melakukan MCU (medical check up).
Setelah sampai dirumah sakit Rani bergegas mengunjungi dokter langganan keluarganya.
1 jam kemudian Mama Rani selesai melakukan MCU. Dia keluar dari ruangan dokter itu.
Saat melewati salah satu koridor rumah sakit Mama Rani melihat sosok yang familiar untuknya. Dilihatnya seorang gadis duduk termenung didepan kamar pasien. Tatapnya kosong entah kemana. Mama Rani pun menghampirinya.
"Retha?" Tanya Mama Rani.
"Eh iya Tante, Tante kok disini Tante sedang sakit ya?"
"Tante lagi MCU rutin Re, kamu kenapa disini nunggu saudaramu ya?" Ucap Mama Rani sambil melihat kedalam ruang pasien. Dilihatnya seorang wanita paruh baya seusianya tergeletak di ruangan itu.
"Ehemm itu sebenarnya bukan saudara saya Tante tapi ibu saya." Jawab Retha. Retha merasa tidak enak karena sudah berbohong pada Mama Rani. Dan dia juga tidak mau berbohong terus menerus.
"Ibumu? Tante boleh lihat ibumu re?"
"Boleh Tante, silahkan masuk!"
Mama Rani pun masuk kedalam ruangan ibu Retha. Dilihatnya seorang wanita tertidur pulas dengan wajah pucat. Mama Rani merasa mengenal sosok wanita itu.
"Mira?" Tanya Mama Rani.
Wanita yang merasa dipanggil namanya itu pun terbangun. Dia masih memandang mama Rani dari atas sampai bawah berusaha mengenali siapa yang memanggil namanya.
"Rani?" ucap Bu Mira.
Mama Rani pun mendekat dan langsung memeluk Bu Mira sekuat-kuatnya.
Retha bingung dengan apa yang terjadi kenapa ibunya dan Tante Rani begitu terlihat sangat akrab.
Akhirnya setelah lama acara berpelukannya selesai. Tapi masih terdengar suara isakan tangis dari mereka. Bukan tangisan sedih tapi tangisan bahagia karena bisa bertemu dengan sahabat lamanya.
"Aku sangat merindukanmu Mira, apa kau tau aku sudah lama mencari-cari keberadaanmu, aku mengunjungi tempat tinggalmu tapi kamu sudah pindah." Kata Mama Rani.
"Aku juga sangat merindukanmu Ran, maaf aku tidak memberimu kabar akan kepindahanku." Ucap Bu Mira.
"Jadi Retha ini anakmu mir?" Tanya Mama Rani.
"Iya Ran dia anak pertamaku, anak keduaku masih SMP."
"Pantas saja ketika aku bertemu Retha aku melihat seperti sangat mengenalnya." Ucap Tante Rani.
"Kamu sakit apa Mir?"
Bu Mira yang ditanya sakit apa pun kebingungan, akhirnya dia berbohong atas penyakitnya karena dia tahu kalau dia jujur pasti akan membuat sahabatnya itu khawatir.
"Ehem aku cuma kelelahan aja ran, nggak ada yang serius kok!" Kata Bu Mira sedikit gugup.
Mama Rani tahu kalau Bu Mira berbohong dan menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi dia juga tidak mau memaksa Bu Mira untuk jujur.
"Bagaimana denganmu Ran, berapa anakmu sekarang?" Tanya Bu Mira mengalihkan pembicaraan.
"Oh anakku satu mir, laki-laki mungkin usianya 5 tahun lebih tua dari anakmu, kau tahu sendiri kan dulu aku dijodohkan ketika masih sangat muda hahaha". Jawab mama Rani
Akhirnya setelah cukup lama mereka mengobrol, Mama Rani pamit untuk pulang karena sudah sore.
"Mir aku pulang dulu ya, kapan-kapan kita ketemu lagi!" Ucap mama Rani.
"Iya Ran terimakasih ya kamu sudah mengunjungiku, hati-hati dijalan!" Kata Bu Mira.
Mama Rani pun keluar ruangan diantar oleh Retha sampai didepan ruangan.
"Sayang tante pulang dulu ya, kamu jaga ibumu dengan baik dan juga jangan lupa kesehatanmu juga penting." Kata Mama Rani sambil mengelus kepala Retha
"Iya Tante pasti Retha jaga ibu kok, Tante hati-hati dijalan."
Mama Rani pun pergi meninggalkan Retha, tetapi dia tidak langsung menuju parkiran, dia pergi ke meja administrasi karena mama Rani masih penasaran dengan penyakit Bu Mira.
"Maaf mbak apa kamu bisa membantuku?" Tanya Mama Rani pada perawat tersebut.
"Iya Bu, apa yang bisa saya bantu?" Tanya petugas itu.
"Siapa dokter yang menangani pasien atas nama Mira dikamar Bugenvil nomor 3?"
"Sebentar Bu saya lihat dulu" jawab perawat itu.
"Oh dokter Abraham Bu yang menangani Bu Mira".
"Apa aku boleh tau dimana ruangan dokter Abraham?"
"Iya Bu, nanti anda dari sini bisa lurus belok kekiri ruangannya paling ujung Bu."
"Baik terimakasih mbak."
Mama Rani pun segera pergi keruangan itu untuk mencari dokter Abraham.
tok...tok...tok
"Iya silahkan masuk!" Jawab seseorang dari dalam ruangan itu
Mama Rani masuk dan duduk setelah dokter Abraham menyuruhnya duduk.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter Abraham.
"Begini dok, saya mau tahu bagaimana kondisi pasien atas nama Mira." Jawab mama Rani
Dokter Abraham tampak kebingungan pasalnya dia tidak boleh memberitahu kondisi pasien kepada sembarang orang. Setelah paksaan dari mama Rani akhirnya dokter mengatakan kondisi yang sebenarnya.
"Jadi Mira menderita penyakit gagal ginjal dok?" Tanya Mama Rani yang masih terlihat sangat terkejut.
"Iya Bu, sebentar lagi beliau harus melakukan transplantasi ginjal karena ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Tapi sampai saat ini dari pihak keluarga belum memberikan keputusan apapun." Jawab dokter Abraham
Akhirnya setelah berbincang-bincang cukup lama mama Rani pamit untuk pulang.
Sesampainya dirumah dia sudah tidak sabar mengunggu kepulangan suaminya. Pasalnya hari ini dia mendapatkan banyak kejutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Beci Luna
awal yg baik ,sedih ,haru campur jd satu....lanjut
2021-04-12
0
Widia Septyani
masih menyimak..👀
2021-03-04
2
Neng Win
moga" ceritanya gk ngegantung ya
2021-02-26
1