Kisah Arga Season 2
Nama gue Zahra, semenjak perusahaan Bokap bangkrut akhirnya gue dan keluarga putuskan tinggal di Bandung. ngerasain Rumah baru, sekolah baru, teman baru semua baru.
Saat gue tiba di sekolah berasa bergetar dag, dig, dug, dada gue. lalu Bu Sarmi menyuruh gue buat masuk ruangan kelas.
"Zahra silakan perkenalkan diri yah! "
"Baik Bu! "
"Perkenalkan Nama gue Zahra pindahan dari Jakarta, kalian bisa panggil gue Ara!" terima kasih.
Gue pun sudah memperkenalkan diri gue dan Bu Sarmi menyuruh gue duduk di bangku paling belakang. karena yang lain sudah duduk berdua-berdua. hanya di bangku itu saja yang masih sendiri di duduki oleh cowok cool ganteng, jutek.
"Hai?" gue menjabat tangan ke arah cowok itu tapi di cuekin.
Serasa hati malu, baru kali ini gue di cuekin.
"Hai, gue boleh liat bukunya gak? soalnya gue kan belum punya." Cowok itu hanya jawab hmm aja. bikin gue gregetan gondok rasanya.
Makan apa sih nih cowok jutek banget, nengok gue juga enggak, nyebutin namanya juga enggak. Ya Allah kenapa gue bisa kenal sama cowok kaya gini sih, sebangku lagi.
"Hai? aku Manda, istirahat bareng yuk!"
"Hai juga! gue Zahra, boleh kok." gue sambil senyum.
"Minggir!" cowok itu bilang ke gue minggir tanpa permisi.
"Bilang permisi dong mas!" muka gue dengan raut kesal.
"Gak usah di ambil hati Ra, emang Bima wataknya begitu dingin, mangkanya gak ada yang mau nemenin."
"Hai, kalian mau istirahat? ikut dong!" salah satu teman Manda menghampiri gue dan Manda." Gue pun berkenalan dengannya.
Saat gue di kantin, gue Santi, dan Manda gak habisnya membincangkan Bima. Ternyata bukan gue bertiga aja tapi hampir seluruh siswa membincangkan Bima. Ada salah satu cewek yang genit dan centil mendekati Bima. Kata anak-anak sih Namanya Sandra. Dia itu cewek manja yang kemauannya harus di penuhi orang tua nya. tapi, hal yang satu ini ingin sekali mendekati Bima impiannya tidak terwujud.
"Hai, boleh kenalan gak? lo siswi baru katanya ya kelas 12A? gue Anjar kelas 12B." Anjar kelas 12B yang artinya itu di SMA kelas 3B. Anjar itu gak ada habisnya deketin gue terus sampai selesai istirahat dia ikutin gue terus.
"Rumah kamu di mana? pulang boleh aku antar nanti?" Anjar mengedipkan mata genit.
"Maaf ya njar, sudah bel masuk." Gue langsung masuk kelas dan menghela nafas.
"Hmm enak ya baru masuk aja udah di godain cowok, hehehe." Manda menggoda gue.
"Bisa aja lo nda." Gue tersenyum dan melirik ke Bima yang mukanya jutek di lihat.
"Bim lo tau soal no 2 gak?" basa basi gue ke Bima.
"Gak tahu." Menjawab singkat dengan muka juteknya.
Saat bel pulang, Bima melewati bangku gue dan tiba-tiba tasnya nyangkut gantungan kunci tas gue, entah kenapa ini bisa kebetulan gitu.
"Aduh Bima gimana nih! lo sih kalau mau lewat permisi dong!"
"Kenapa Bima dan Zahra?" sahut Bu Sarmi.
"Tasnya Bima nyangkut Bu." Gue dengan muka panik.
"Cieee," Sahut Manda dan Santi.
"Ada-ada saja kalian, ya sudah kalian bisa perbaiki di luar yah! soalnya pintu kelas akan di kunci." Sahut Bu Sarmi.
Akhirnya hanya gue dan Bima yang di halaman sekolah, perasaan gue kenapa bisa nyaman dan senang bisa bicara dengan dia meskipun wataknya dingin, gue tahu hatinya pasti baik.
"Sory ya lo jadi telat pulang." Bima menatap gue.
"Hmm,, gak apa-apa Bim." Gue tersenyum.
"Nih sudah selesai! sekarang kita pulang pasti nyokap bokap lo nyariin lo."
Setelah gue sama Bima mau pulang gerbang sekolah sudah di gembok dan terkunci. Terpaksa Bima dan gue manjat pagar.
"Bima, gimana nih gerbangnya di kunci." Muka gue lesu dan murung.
"Manjat pagar itu!" Bima menunjuk pagar.
"Bima? gue gak bisa." Gue tidak sengaja menarik tangan Bima.
"Gue dulu ya naik, nanti gue bantu lo." Bima meloncat pagar dan menggapaikan tangannya ke arah gue.
ini seperti mimpi ya Allah, dia baik mau nolongin gue.
"Hei, cepat dong! kok malah bengong aja." Bima menarik gue sampai akhirnya berhasil dan tidak sengaja gue dan Bima terjatuh bersama.
"Sory ya!" sahut Bima.
"Gak apa-apa." Bima langsung berdiri dan meninggalkan gue.
Saat itu gue pulang sendiri dan hati bergetar kencang, saat gue melamun dari belakang datang Anjar mengendarai mobil merah.
"Zahra ayo naik!" Anjar memanggil gue, sambil tersenyum.
"Enggak njar, terima kasih dikit lagi sampai." Gue tetap berjalan meninggalkan Anjar.
Brengsek!! susah banget sih gue dekatin lo. baru kali ini gue di tolak. semakin lo menjauh dari gue, semakin gue penasaran sama lo.
Sesampai di rumah ternyata ada mamah dan papah sudah menunggu, maklum anak satu-satunya jadi terlalu manja, pulang telat aja khawatir.
"Sayang dari mana aja jam segini baru pulang?" sambil membelai rambut gue yang acak-acakan.
"Iya mah, macet di jalan." Sambil memeluk erat nyokap gue.
"Tuh kan papah bilang apa, macet di jalan, mamah kamu sudah cemas aja."
"Bukan gitu pah, hp nya Zahra gak aktif mamah telepon." Sambil menggenggam pipi gue yang agak cabi.
"Sudah-sudah kok pada bertengkar sih, hp ku tuh lowbet mah." Gue sambil tersenyum ke nyokap gue.
Ternyata rumahnya Zahra di sini, kelihatannya nyokap dan bokapnya sangat menyayanginya. *A*h ini bisa gue manfaatin.
Rasanya lelah sekali, mmm kok gue jadi mikirin Bima ya? gue yakin Bima tuh anaknya baik, pasti dia begitu karena ada masalah keluarga atau baru putus dari pacarnya? hahaha, kok gue jadi mikirin dia terus sih.
Tidak terasa hari kedua gue masuk sekolah di Bandung, meskipun baru 2 hari masuk sekolah gue sudah punya 2 teman yang sangat baik. Masih seperti biasa gue lihat muka Bima jutek dan sinis.
"Zahra lo duduk pojok aja, biar gue yang di situ!" sambil meletakan tasnya di meja.
"Oh, oke." Gue pun mengangkat tas gue.
Saat gue dan Bima pindahan tempat, Manda melirik gue tersenyum. Dan Sandra pun yang duduk di depan melirik sinis ke gue dan tiba-tiba menghampiri Bima.
"Hai, Bim? gimana nyokap lo sudah sembuh?" Sandra melirik gue sinis.
"Lo bisa diam gak? mendingan lo balik ke tempat lo!" Bima menjawab dengan sinis.
Sandra pun balik ke tempat duduknya. Di situ gue coba bertanya pada bima, apa benar nyokapnya sakit. Tapi Bima malah nyuruh gue diam.
Ikh nyebelin banget sih, apa salahnya dia sedikit cerita mungkin bisa hilangkan beban dia. Dasar cowok aneh.
Lalu Bu guru, memanggil Bima untuk mengerjakan soal di papan tulis. Ternyata dia itu hebat, pintar tapi sayangnya tertutup dan dingin. Saat gue bertanya aja dia gak mau menjawab. Gue ingin dia bisa terbuka gak dingin gitu.
Saat bel istirahat, tiba-tiba Anjar datang ke kelas gue. Gue itu kenapa risih banget kalau dekat dia apa lagi agresif banget. Kenapa hati gue lebih nyaman sama cowok dingin di banding cowok agresif. Ya meskipun dinginnya dia itu ngeselin.
"Halo Ra, ke kantin bareng yuk!" Anjar mengedipkan mata.
"Gue bareng teman gue, Manda ayo!" gue sambil mencolek Manda.
"Ra, lo duduk sama dia? asem dong lo gak bisa ngobrol? hahaha."
"LO BISA DIAM GAK MULUT LO!" Bima berdiri sambil menggeprak meja dan keluar dengan muka sinis.
"ANJAR LO KENAPA SIH? KERJAANNYA NGELEDEK ORANG TERUS, GUE GAK SUKA YA CARA LO KAYA GINI, MINGGIR!" gue langsung menarik Manda dan Santi ke kantin.
"Araaa, tunggu ra maafin gue! please!" Anjar manggil gue dan menarik gue.
"Anjar lepasin! Anjar sakit lepasin!" Anjar menarik tangan gue dengan kencang.
"LEPASIN DIA!" GAK SEHARUSNYA COWOK KASAR SAMA PEREMPUAN!" tiba-tiba Bima datang menolong gue, gue dan Anjar terkejut mendengar suara Bima yang baru terdengar keras di kuping gue.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Mulyati Yati
Seru ceritanya Kak semangat Kak Author 🤗🤗
2020-12-02
0
💕icha mUngiL IcPutsta💕 😘
ka Maaf Icha Baru Mampir
2020-11-18
0
Elly Mei
mampir sini dulu sapa tau bagus kak bisa lanjut , sambil nggu karyamu yg lain up
2020-10-05
0