BAB 5

"Tidak nona" jawab Fenfen singkat dengan kepala yang ditundukan, yang tadinya sempat diangkat saat An Liat sanyum senyum sendiri.

"hmm" kata An Lian berdehem.

"Fenfen, tolong sediakan air mandi untukku, dengan aroma mawar. Dan sediakan juga baju untukku, yang sederhana saja. Jangan lupa sediakan cadar juga, aku membutuhkannya." kata An Lian.

"Jika sudah selesai menyiapkan air mandi dan baju untukku, tolong kamu sediakan juga sarapan untukku dan juga untuk kamu Fenfen." lanjut An Lian di angguki Fenfen.

Fenfen pun mulai bergegas untuk melaksanakan perintah dari nonanya. Begitu juga dengan An Lian yang melanjutkan olaraganya dengan berlari mengelilingi paviliunnya yang lumayan besar itu, yang diaman kegiatannya tadi sempat tertunda karena kedatangan Fenfen.

An Lian pun mengelili pavilunnya dengan semangat 45. Setelah merasa lelah dengan berlari mengelilingi paviliunnya sebanyak 50 kali, An Lian pun memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya.

An Lian berjalan menuju kamarnya. Dia membuka pintu kamarnya dan tampak di disana sudah tersedia baju yang sudah disiapkan Fenfen. Dimejapun sudah ada makanan untuk An Lian dan Fenfen sarapan, tentunya juga disediakan oleh Fenfen.

"wah, Fenfen cepat sekali menyiapkan semuanya, atau jangan jangan aku yang kelamaan berlarinya. Ah sudahlah aku mau mandi dulu." kata An Lian menuju kamar mandinya.

Setelah mandi An Lian memanggil Fenfen untuk memakai pakaiannya, dikarenakan ia belum mengerti sepenuhnya menggunakan pakaian yang disebut hanfu.

"Fenfen" panggil An Lian.

Fenfen yang mendengar namanya dipanggil pun langsung menuju nonanya. "iya nona, apa nona memerlukan sesuatu?" tanya Fenfen.

"Tolong bantu aku menggunakan hanfu ini, dan juga tolong bantu aku menata rambutku. Tatanannya yang sederhana saja." kata An Lian.

"Baiklah nona, dan sebaiknya nona tidak perlu meminta tolong, ini semua memang sudah pekerjaan saya nona." kata Fenfen sambil memulai membantu An Lian menggunakan pakaiannya.

"hem" jawab An Lian dengan deheman.

Setelah memakai pakaian, meneta rambut dan merias diri. An Lian pun menatap dirinya di depan cermi. "Waah, dilihat dari manapun wajah ini memang sangat cantik." kata An Lian dalam hatinya.

"Beruntungnya aku, sekarang memiliki wajah ini, wajah An Lian yang asli." lanjut An Lian dalam hatinya sambil menatap dirinya tersenyum manis.

Setelah puas mengagumi dirinya di depan cermi, An Lian pun bergegas menuju meja yang sudah tersedia makanan makanan yang Mengungga selera.

"Fenfen, kamu belum makan kan? jika belum duduklah kita makan bersama." kata An Lian kepada Fenfen.

"Belum nona, tapi maaf nona saya tidak pantas duduk dan makan bersama nona" Kata Fenfen dengan tidak enak hati.

"Akukan sudah bilang kalau aku tidak masalah akan hal itu. kamu sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri, jadi tidak perlu sungkan." kata An Lian pada Fenfen.

"Satu lagi, aku tidak suka penolakan. Jadi duduklah, dan jangan menolak." lanjut An Lian.

Fenfen yang mendengar perkataan An Lian sangat terharu. Ia tidak menyangka jika An Lian menganggap dirinya sebagai kakaknya. Selama ini, meskipun Fenfen menyayangi An Lian sebagai adiknya sendiri tapi ia tidak pernah meminta dianggap kakak oleh An Lian. Karena ia merasa jika dirinya yang seorang pelayan tidak pantas jika ia berharap akan dianggap sebagai kakak oleh majikannya.

Fenfen pun langsung duduk dan makan bersama. Di antara mereka tidak ada yang saling mengeluarkan sepatah katapun, mereka makan dengan khidmat.

Setelah menyelesaikan makan bersama, Fenfen langsung membereskan piring piring kotor bekas makan mereka.

An Lian yang selesai makan tiba tiba mengingat kotak itu. Ia pun langsung bergegas menuju kotak itu dan mengambilnya. Itu adalah kotak yang semalam berisi gelang emas yang berbentuk naga.

An Lian membuka kotak dan mengambil gelang itu. ia memandang gelang itu sejenak, lalu memanggil Fenfen berniat bertanya kepadanya tentang gelang ini.

"Fenfen" panggil An Lian kepada Fenfen.

"Iya nona" jawab Fenfen setelah mendengar namanya dipanggil bergegas cepat menuju ke tempat nonanya duduk.

"Fenfen apa kamu tau gelang apa ini? apa ini gelang milikku" tanya An Lian kepada sambil menunjukkan gelang yang ia pegang kepada Fenfen.

"Maaf nona, saya tidak tau gelang apa itu. Yang saya tau jika gelang itu milik nona, dan dulu nona sangat menyayangi gelang itu. meskipun nona juga tidak tau gelang apa itu." jelas Fenfen kepada An Lian.

"Jangan minta maaf jika kamu tidak berbuat salah." kata An Lian pasalnya ia risih saat Fenfen selalu minta maaf setiap saat, meskipun ia tidak ada salah sama sekali.

"Baiklah jika kamu tidak tau tentang gelang ini, kamu boleh kembali menyelesaikan kerjaanmu atau istirahat Fenfen. Aku akan keluar jalan jalan dulu" lanjut An Lian.

"Apa nona tidak ingin saya menemani nona." tawar Fenfen.

"Tidak perlu Fenfen" kata An Lian.

"Baik nona" kata Fenfen memberi hormat dengan menundukkan kepalanya, lalu keluar kamar An Lian.

Sebelum pergi An Lian memakai gelang naga itu, entah kenapa ia merasa jika gelang itu bukan gelang biasa.

Setelah keluar dari paviliun, An Lian menuju aula utama untuk maminta izin ayah dan ibunya, agar bisa keluar.

An Lian memasuki aula utama dan melihat ayah, ibu serta kakaknya ada disana sedang berbincang bincang. "Selamat siang ayah, selama siang ibu, selamat siang kakak. Maaf mengganggu kalian." kata An Lian sambil menundukan kepalanya memberi hormat kepada mereka.

"Selama pagi juga sayang" ucap ayah dan ibunya bersamaan.

"Selamat pagi An Lian" kata kakaknya.

"Bagaimana keadaanmu nak? apa sudah lebih baik?" tanya ibunya kepada An Lian.

"Aku sudah lebih baik ibu, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya." Kata An Lian.

"Ayah, ibu apa boleh An Lian izin keluar untuk jalan jalan." kata An Lian.

"Tidak boleh" jawab ayah dan kakak An Lian bersamaan. yah mereka ayah dan kakak yang posesif.

"Tapi kenapa ayah, kakak?" tanya An Lian kepada mereka sambil melihta mereka bergantain.

"sayang, kamu baru saja pulih. Tidak baik untuk kesehatanmu jika terlalu lelah." kata ayah An Lian.

"Aku tidak akan kelelahan ayah, aku janji. Boleh yah ayah, boleh yah." rengek An Lian memperlihatkan puppy eyes nya.

Karena tidak tahan melihat An Lian seperti itu, akhirnya jendral pun mengizinkannya. "Baiklah pergilah" kata jendral.

Mendengar ayahnya setuju An Qin angkat bicara. "Ayah kenapa mengizinkannya? dia baru saja sehat ayah." kata An Qin protes keputusan ayahnya.

"Biarkalah dia pergi An Qin" kata jendral pada putranya.

"Baiklah" kata An Qin menyetujui keputusan ayahnya karena tidak mungkin ia membantahnya.

"An Lian apa kamu berangkat sendiri? apa kamu tau jalannya? apa kamu tau nanti jalan saat pulang?" kata ibu An Lian khawatir anaknya tidak tau jalan, pasalnya An Lian mengalami lupa ingatan.

Mendengar pertanyaan ibunya yang panjang kali lebar menurutnya, ia hanya mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, berangkatlah nak. hati hati" kata ayahnya

"Baik ayah, dadah kakak dadah ibu" kata An Lian pergi sambil melambaikan tangannya.

Setelah An Lian sudah keluar dan tidak terlihat, jendral segera memanggil pengawal bayangan untuk mengawal putrinya.

Melihat jendral menaruh pengawal bayangan didekat putinya, istri dan putranya jadi lega dan tidak jadi marah kepada jendral gara gara mengizinkan An Lian keluar sendiri.

.

.

.

.

...~~~~...

...Jika ada salah dalam penulisan author mohon maaf yah🙏. Jika ada saran dan kritik bisa ditinggalkan di kolom komentar, tapi jangan pedes" yah. Jangan lupa juga like dan tambahkan sebagai favoritnya temen temen yah, jika temen temen suka 😊...

Terpopuler

Comments

azka aldric Pratama

azka aldric Pratama

di kehidupan sblmnya MC ceweknya bisa bela dr GK Thor 🤔🤔🤔

2022-07-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!