Selang berapa lama, akhirnya mereka sampai di perbatasan kota.
Dalam perjalanan menuju kota, tiba-tiba mereka mendengar teriakan seorang wanita.
"Copet....toloooong....copeeeet...!" teriak seorang ibu yang sepertinya sedang kecopetan.
"Sepertinya ada yang sedang butuh pertolongan Ran!" seru paman Sidiq seraya menepikan mobilnya.
"Iya paman!" balas Rani yang bergegas melepas sabuk pengamannya dan bersiap untuk keluar dari mobil setelah mobil berhenti.
Dan benar saja ketika mobil sudah berhenti, Rani bergegas keluar dari mobil dan menghampiri seorang ibu yang berteiak-teriak histeris.
"Ada apa Bu?" tanya Rani yang menghampiri seorang Ibu yang baru saja kecopetan.
"Tas saya dirampas orang dia lari kesana...." jawab sang ibu yang masih menangis dan kebingungan itu menunjuk ke arah dimana larinya orang yang merampas tasnya.
"Paman aku harus kejar copet itu!" seru Rani pada saat paman Sidiq sudah menghampirinya.
Tiba-tiba tangannya dipegang Paman Sidiq, dan dia memberikan Rani sesuatu.
"Tunggu...! pakai topeng ini...!" seru paman Sidiq.
"Eh, untuk apa paman?" tanya Rani yang penasaran.
"Agar tak ada yang tahu tentangmu! Sudah pakai saja, keburu copetnya larinya jauh!" seru Paman Sidiq dan Rani menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Segeralah dipakai topeng pemberian Paman Sidiq, dan Rani berlari kearah larinya pencopet itu dengan sekuat tenaganya.
"Berhenti..!" seru Rani saat tahu didepannya ada seorang pria berlari membawa tas wanita.
Pria itu berhenti disebuah taman kemudian pria itu membalikkan badannya
"Oh..ternyata dikejar seorang gadis, hey..kenapa pakai topeng segala? jangan-jangan mukamu banyak tompelnya ya?..ha...ha...!" seru pencopet itu sambil tertawa.
"Kurang ajar...!" umpat Rani dan dilihatnya ada sebuah kaleng minuman didepannya.
Gadis itu menendang kaleng minuman tersebut kearah pencopet, dan
"Plaakk..!"
Kaleng minuman mendarat di mulut si pencopet.
Pencopet yang masih tertawa itu tak menyadari mendapat serangan, berdarah lah mulutnya dan mundur lah dia beberapa langkah.
"Sial...!" umpat pencopet itu, dan belum sampai pencopet itu diposisi siap kembali dari terkena lemparan kaleng minuman, pencopet itu sudmendapat serangan didadanya.
"Brukk....!"
Pencopet itu pun tersungkur tidak sadarkan diri. Mengetahui lawannya tak berdaya, Rani segera mendekati pencopet itu.
Gadis itu mengambil tas dan dompet dari tangan si pencopet itu.
"Hah..Pencopet yang dicopet!" seru Rani yang sambil tersenyum.
Setelah mendapatkan tas dan dompet tersebut, bergegaslah dia meninggalkan pencopet yang sedang pingsan dan balik menemui ibu pemilik tas.
"Ibu! benar ini milik ibu?" tanya Rani sambil menunjukan tas yang diambilnya dari pencopet ke Ibu yang kecopetan tadi.
"Benar,nak..terima kasih!" balas ibu tadi sambil memeriksa tas.
"Apakah ada yang hilang Bu?" tanya Rani yang penasaran.
"Sepertinya tidak ada nak! Terima kasih ya!" ucap ibu itu seraya memberikan beberapa lembar uang kertas pada Rani.
Tapi Rani menolaknya "Saya ikhlas kok Bu. Uangnya mending buat keperluan ibu saja ya!" seru Rani sambil menggulung uang dari ibu tadi, dan mengembalikannya ketelapak tangan ibu yang kecopetan tadi.
"Terima kasih..semoga Tuhan membalas kebaikanmu Nak!" kata ibu tadi dengan mengulas senyumnya.
"Aamiin, sama-sama Bu. Lain kali hati-hati ya Bu. kami permisi, mau melanjutkan perjalanan kami yang tertunda!" seru dan pamit paman Sidiq yang menarik tangan Rani.
"Iya Nak, hati-hati juga ya!" seru ibu itu sambil melambaikan tangan pada Rani yang telah masuk ke dalam mobil bersama Paman Sidiq.
Setelah mereka masuk ke dalam mobil, paman Sidiq melajukan mobilnya perlahan-lahan kembali menyusuri jalan raya yang menuju ke kota.
Rani segera melepas topengnya dan memandang Paman Sidiq yang tersenyum padanya. Rani pun membalasnya dengan senyuman.
"Paman, apa yang aku dapatkan?" tanya Rani yang mengulas senyumnya.
"Apa Ran?" tanya Paman Sidiq yang penasaran dan sesekali memandang ke arah Rani.
"Taraaa...!"
Rani menunjukan sebuah dompet milik pencopet yang dia lumpuhkan.
"Astaga....! si pencopet yang dicopet gadis kecil. Ha....ha....ha...!" seru paman Sidiq sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya.
"He...he...he...! Iya, pencopet yang dicopet!" seru Rani yang mengulas senyumnya.
"Coba kamu buka,mungkin ada informasi lagi" kata paman Sidiq.
"Iya paman." jawab Rani yang segera membuka dompet dan mencari kartu identitas si pencopet.
"Bagaimana Ran, apakah sudah ketemu?" tanya Paman Sidiq yang tak sabar untuk mengetahui informasi selanjutnya.
"Ketemu Paman!" seru Rani yang sudah menemukan identitas si pencopet.
"Apa ada logo atau tandanya Ran?" tanya Paman Sidiq yang tak sabar.
"Ada paman! Ada tanda ular Kobranya!" seru Rani dengan girang, karena itu berarti si pencopet adalah salah satu anggota geng kobra.
"Tanda ular kobra?" tanya Paman Sidiq yang kemudian menepikan mobilnya.
Setelah mobil berhenti dan paman Sidiq melihat kartu identitas si pencopet yang telah ditunjukkan oleh Rani.
"Ular Kobra warna putih berarti dia anggota baru. Kalau warna merah berarti anggota lama dan warna hitam berarti orang itu punya jabatan penting di geng Kobra" jelas Paman Sidiq.
"Paman tahu banyak ya tentang geng-geng dan simbolnya?" tanya Rani yang penasaran.
"Paman tahu, karena sudah menyelidikinya bertahun-tahun. Tapi mencari batang hidung Baskoro saja tidak ketemu.Yah..yang Paman temui hanya anak buahnya dan anak buahnya lagi." jawab Paman Sidiq sambil tersenyum kecut.
"Saya akan berusaha menemukan Baskoro, walaupun dihalangi anak buahnya, paman!" seru Rani yang bersemangat.
"Iya, kamu harus temukan Baskoro!" seru Paman Sidiq dan Rani menganggukkan kepalanya.
Kemudian Rani menyimpan dompet si pencopet itu bersama dompet preman yang ada di warung makan tadi.
"Sekarang istirahatlah! Perjalanan kita masih panjang!" seru paman Sidiq yang kemudian melajukan kembali mobilnya.
"Iya paman!" balas Rani yang kemudian memposisikan dirinya untuk duduk senyaman mungkin dan akhirnya dia bisa tidur dengan pulasnya.
Paman Sidiq mengulas senyumnya saat melihat Rani yang langsung saja tidur dengan pulasnya, padahal baru saja mereka berbincang-bincang.
Mobil yang membawa Paman Sidiq dan Rani itu melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalan raya, dan sudah berkali-kali melewati persimpangan jalan dan juga belokan-belokan jalan.
"Apakah kita belum sampai paman?" tanya Rani yang terbangun dari tidurnya.
"Belum, tapi sebentar lagi. Tinggal berapa kali persimpangan lampu merah, setelah itu sampai ke perumahan dimana kediaman tuan Wibowo berada." jelas Paman Sidiq dan Rani menganggukkan kepalanya dengan pelan-pelan.
Hari dari siang berganti petang dan pada akhirnya mereka tiba di depan pagar sebuah rumah mewah dengan dua lantai.
"Bib....!"
Paman Sidiq mengklakson mobilnya memberi tanda pada Satpam penjaga pagar rumah.
"Maaf, Tuan siapa dan apa sebelumnya ada janji?" tanya Satpam tersebut yang menghampiri mobil dimana paman Sidiq dan Rani berada.
"Saya Sidiq dari lereng gunung, sudah ada janji dua hari yang lalu dengan Tuan Wibowo dan Raditya." jawab paman Sidiq dengan ramah.
"Oh, tunggu sebentar. Saya beritahukan dulu pada tuan Wibowo." kata salah satu Satpam di rumah mewah itu.
"Iya, baiklah akan kami tunggu." kata Paman Sidiq sembari mengulas senyumnya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments
Kardi Kardi
good job girlll
2023-10-01
1
Mega Siregar
semangat 😄👍
2021-11-21
1
Mamie Sekar (AsK)
liana kasik bom like ya kakak...
Liana download semua episode nya...
soalnya sudah banyak...
Kalog baca on line selalu terhalang oleh iklan
semangat 💪💪
2021-10-06
1