Keesokan harinya setelah berpamitan dengan Kakek Darma, Rani dan Paman Sidiq berangkat ke kota naik mobil milik Paman Sidiq.
Setelah melewati jalan berbatuan dan juga berkelok-kelok, akhirnya mereka melewati jalan yang ada di pedesaan.
"Kita istirahat terlebih dulu, sambil mencari makan dulu ya, kamu pasti sudah lapar kan?" tanya Paman Sidiq seraya melirik ke arah Rani.
"Iya paman" jawab Rani yang menoleh ke arah pamannya.
Paman sidiq terus melajukan mobilnya dan kemudian Paman Sidiq menepikan mobilnya ketika melihat ada sebuah warung makan yang berada di tepi jalan.
"Rani, kamu nggak apa-apa kan kalau kita makan di warung makan ini?" tanya Paman Sidiq yang sudah menghentikan laju mobilnya dan terparkir dengan rapi bersama mobil lainnya.
"Nggak apa-apa paman, asalkan enak dan perut bisa kenyang." jawab Rani sembari mengulas senyum.
Paman sidiq membalas senyuman Rani dan kemudian keduanya melepaskan sabuk pengaman dan demikian juga dengan Rani yang juga melepaskan sabuk pengamannya.
Setelah itu mereka segera turun dari mobil dan kemudian mereka segera melangkahkan kaki masuk ke Warung makan itu. Sesampainya dibPaman Sidiq segera memesan makanan dan minuman sesuai selera mereka yang terdapat di menu rumah makan.
Semenrara itu Rani melangkahkan kakinya masuk ke warung makan dan memilih tempat duduk yang berada di pojok warung.
Setelah mendapatkan tempat duduk di bangku yang masih kosong. Rani segera duduk dan dihadapannya terdapat buah pisang, dan macam-macam gorengan di atas piring yang ada di meja dihadapan Rani.
Rani mengambil buah pisang dan kemudian mengupasnya, secara perlahan-lahan dia memakannya. Sementara itu Paman Sidiq yang selesai memesan makanan dan minuman, kemudian melangkahkan kaki menyusul Rani dan dia segera duduk disamping Rani, kemudian dia mengambil pisang untuk mengganjal perutnya yang sedari tadi minta untuk diisi.
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang mengharukan dan memilikan. Dimana ada rombongan laki-laki yangmenjadi pusat perhatian semua orang yang sedang makan di warung makan itu.
"Tuan! Jangan pergi dulu. Tolong bayar dulu makanannya!" seru salah seorang pelayan warung dengan memohon pada rombongan laki-laki yang hendak meninggalkan warung makan itu, setelah dia menghabiskan banyak makanan yang telah mereka mereka pesan.
."Apa kamu bilang? aku suruh bayar? Anggap saja itu uang keamanan! Kalau tidak, apa mau aku rusak lapak kalian ini ha..!" seru salah satu orang diantara tiga orang laki-laki yang bertubuh tegap itu dengan wajah garangnya
"Ampun Tuan, baiklah saya tidak akan meminta bayaran lagi. Asalkan kalian warung makan asalkan warung makan ini jangan dirusak!" kata pelayan itu dengan nada ketakutan.
"Nah begitu! Jadi setiap kami makan disini, jangan pernah berharap bayaran dari kami.Ingat itu...!" bentak salah seorang preman itu,byang sepertinya dia adalah pemimpin dari tiga laki-laki itu.
Pelayan itu dengan wajah ketakutan dan dia mundur beberapa langkah.
"Ha...ha..ha...!"
Preman-preman itu kemudian keluar warung makan dengan gembiranya, akan tetapi sebelum mereka sampai di luar warung makan, Toba - tiba terdengar suara orang yang berjatuhan.
"Bugh....! Gedebugh...bruk.... !" preman-preman itu terpeleset kulit pisang dan berjatuhan ke lantai.
"Ha ..ha...ha...!"
Sontak saja orang-orang yang makan di warung makan itu dan juga pelayan yang semula ketakutan itu jadi tertawa.
"Jangan ada yang tertawa atau... huk...!" seru pemimpin preman itu yang tiba-tiba tidak bisa bersuara. Dia merasakan ada yang melempar sesuatu dilehernya.
Tak ayal kembali orang-orang yang makan di warung makan dan juga pelayan yang tadi ketakutan, melihat hal itu dan mereka menahan tawa mereka.
"Bos..bos.. kenapa bos?" tanya salah satu orang preman itu.Yang ditanya hanya menggerakkan mulutnya saja tanpa ada suara dan juga mengibaskan tangannya yang mengisyaratkan mereka yang mengisyaratkan mereka untuk pergi meninggalkan warung makan itu.
Mereka pun melangkah pergi dengan wajah yang kesal.
"Bugh...!"
Tiba ada yang menabrak mereka dan mereka terjatuh kembali.
"Maaf-maaf nggak sengaja!" seru seorang gadis yang menabrak preman itu, yang tak lain adalah Rani.
Gadis itu menundukkan kepalanya dan mundur beberapa langkah, seolah mempersilahkan para preman itu untuk jalan lebih dahulu.
Setelah para preman itu pergi dan hilang dari pandangan mata. Rani kembali ke warung makan itu dan langsung menuju ke pelayan yang melayani preman tadi.
"Maaf Bu, preman-preman tadi habisnya berapa ya?apa segini cukup?" tanya Rani setelah membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang yang ada di dompet Bos preman yang tadi dia tabrak.
"I...ini sudah lebih dari cukup nona, terima kasih Nona!"jawab pelayan itu yang sedikit gugup, sambil menundukkan kepalanya dan tersenyum pada Rani.
Rani pun kembali ketempat duduknya, dan suasana di warung makan itu kembali normal seperti tak terjadi keributan lagi. Seolah tidak terjadi apa-apa, semuanya melanjutkan makan hidangan mereka.
"Dasar pencopet kecil...!" bisik Paman Sidiq pada Rani yang kembali melanjutkan makannya.
"He...he...! Hanya memberi sedikit kenang-kenangan pada ketiga preman itu paman!" balas Rani sambil tersenyum dan paman Sidiq juga mengnereka pun melanjutkan menyantap hidangan mereka.
Setelah selesai makan dan minum, paman sidiq segera melangkahkan kaki menuju ke pemilik warung untuk membayar makanan dan minuman yang mereka makan.
Kemudian Rani dan Paman Sidiq melangkahkan kaki menuju ke mobil mereka yang terparkir didepan warung makan itu dan mereka segera masuk ke dalam mobil. Setelah sebelumnya membayar uang parkir pada petugas parkir, dan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kota.
Saat di dalam mobil, Rani membuka dompet si preman tadi.
"Apa yang kamu cari Ran?"tanya Paman Sidiq yang penasaran.
"Siapa tahu ada informasi tentang geng Kobra, paman!" Jawab Rani sambil membaca beberapa kartu didalamnya.
"Betul juga,kenapa tak terpikirkan olehku ya? Cerdik juga kamu Ran!" seru Paman Sidiq yang masih mengemudi dan sesekali melirik Rani dan Rani mengulas senyum ya dan melanjutkan memeriksa isi dompet tersebut.
"Ketemu paman! benar dia anggota geng. Tapi bukan geng Kobra Paman." kata Rani seraya menunjukkan rasa senang dan kemudian sedikit kecewa.
Paman Sidiq menoleh dan dia dengan perlahan-lahan segera menepikan mobilnya, kemudian menghentikan laju mobilnya.
"Coba lihat!" seru paman sidiq yang mengambil kartu identitas dari tangan Rani. Kemudian dia membacanya dan mengenal logo kartu identitas itu, yaitu bergambar musang yang berwarna hitam.
"Ini kartu identitas geng Musang Hitam! Ini termasuk geng kecil, karena anggotanya seperempatnya anggota geng Kobra. Tapi geng ini sangat berpengaruh di kota ini." jelas Paman Sidiq."
O...jadi begitu ya" kata Rani yang sedikit sudah mengerti.
"Lantas mau kamu apakan dompet beserta isinya itu?" tanya Paman Sidiq penuh selidik.
"Pokoknya disimpan dulu,suatu saat pasti berguna, paman." jawab Rani sambil memasukkan dompet preman itu dalam tasnya.
Paman Sidiq pun menganggukkan kepalanya walaupun belum mengerti apa yang nantinya akan dilakukan oleh keponakannya itu, dia kembali melajukan mobilnya.
Selang berapa lama, akhirnya mereka sampai di perbatasan kota.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments
Kardi Kardi
never give uppp
2023-10-01
1
marcel
gadis yg cerdas
2021-11-06
4
Neyna 🎭🖌️
next thor semangat lanjut 💕💕💕
2021-10-05
2