Namun sebelumnya dia menatap Rani dan juga ayahnya satu persatu, kemudian mengulas senyumnya.
"Iya,.bila kamu sudah menemukan kuncinya yang dibawa anak laki-laki Baskoro. Selain membuka penyimpanan dalam bambu ini, jika kamu putar sebelah kiri akan menjadi tombak kecil dan jika diputar kekanan akan muncul belati. Dan dalam penyimpanan bambu ini, terdapat surat pernyataan bermaterai yang ditanda tangani Baskoro dan juga flashdisk rekaman Cctv kejadian kecelakaan Ayah dan ibumu. Jadi bawa bukti-bukti ini ke pihak berwajib. Tapi kamu juga hati-hati tidak semua orang itu jujur." jelas Paman Sidiq.
"Begitukah paman? kalau begitu, Rani akan menjaga kalung ini dan menyeret Baskoro ke penjara." kata Rani penuh semangat.
"Memang harus begitu Ran!" Seru kakek Darma dengan suara lirih.
"Iya kakek, lantas bagaimana dengan kuncinya paman?" tanya Rani yang penasaran.
"Dulu pada saat paman mengejar Baskoro, Paman sempat membuntutinya sampai Rumah sakit. Dan ternyata istrinya sedang kritis karena overdosis. Maka dari itu, Kakek dan Paman masih ada empati. Baskoro kami suruh buat pernyataan. Dan dia sanggup malah menulis sendiri pernyataannya itu. Bahwa setelah pulihnya kondisi istrinya, dia bersedia dipenjara." cerita paman Sidiq
"Setelah menulis surat pernyataan itu, Baskoro di panggil ke ruang dokter dan Paman melihat ada anak yang bersama Baskoro menangis di kursi depan ruangan istri Baskoro dirawat. Lalu Paman mencoba membuatnya tersenyum. Karena yang ada cuma kunci itu, maka kunci itu aku berikan padanya" lanjut cerita paman Sidiq.
"Seandainya kunci itu sudah tidak ada pada anak itu bagaimana paman? Kita tidak bisa ambil bukti-buktinya?" tanya Rani khawatir.
"Paman yakin masih ada pada anak itu, karena Paman membisikan sesuatu pada anak itu." kata Paman Sidiq sambil makan makanan yang dibawa Rani tadi.
"Membisikan sesuatu, membisikkan tentang apa Paman?" tanya Rani dengan kedua alisnya saling berkernyit.
"Jaga kunci ini, kunci ini akan membawamu ketemu Bidadari Surgawi." jawab Paman Sidiq dengan apa adanya.
Kakek Darma yang mendengarnya tertawa terpingkal-pingkal.
"Ha....ha....ha...! Bisa-bisanya kamu ha...ha..ha....!" seru kakek Darma yang terus tertawa.
Rani semakin bingung dengan maksud pamannya dan kenapa kakeknya tertawa terpingkal-pingkal itu.
"Bidadari Surgawi? maksud paman apa sih?" tanya Rani yang penasaran.
"Aduh kesayangan Ayah ini nggak jelas-jelas juga ha...ha..!" ejek paman Sidiq yang ikut tertawa dengan riangnya
"Begini ya,besok kalau kamu mengambil kunci kalung bambu ini dari anak laki-laki itu ,maka dia akan menganggap kamulah jodoh dia ha...ha.." jawab kakek Darma yang terpingkal-pingkal dan seolah tak lagi merasakan sakit ditubuhnya.
"Astaga...jadi begitu? tak bisa kubayangkan apa yang terjadi besok kalau aku bertemu dengan dia!" seru Rani sambil menutup pipi kanan dan kirinya dengan kedua telapak tangannya.
"Rani, jadi apakah kamu sudah paham maksud dari paman kamu?" tanya Kakek Darma yang mengulas senyumnya.
"Sedikit paham sih, Kek!"jawab Rani sambil ikut minum minumannya.
"Sudah-sudah, kamu kan baru saja lulus SMP. Nah kamu harus menyiapkan diri sekolah di kota dan mencari Baskoro." kata paman Sidiq yang mengingatkan.
"Iya paman." balas Rani sembari mengulas senyumnya.
"Tunggu apa lagi, ayo cepat kamu persiapkan semua keperluan kamu. Besok pagi kita berangkat ke kota!" perintah paman Sidiq yang membuat Rani membelalakkan kedua matanya.
"Kok cepat banget paman!" tanya Rani yang penasaran.
.
"Kalo nggak cepat-cepat, keburu telat pendaftarannya, Rani!" jawab paman Sidiq dengan sedikit berseru.
"O...begitu ya? Baiklah Paman, Rani mau siap-siap dulu ya paman!" kata Rani yang kemudian bangkit dari duduknya.
"Iya cepat sana! Jangan sampai nanti ada barang yang ketinggalan! Seru paman Sidiq yang menatap Rani.
"Iya paman, Rani mengerti! balas Rani sembari mengulas senyumnya, dan dengan segera, melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Paman Sidiq beserta kakek Darma, lantas. keduanya saling pandang dan menghela napasnya
"Jadi besok kamu berangkat ke kota?" tanya Kakek Darma yang menatap putranya, paman Sidiq.
"Iya Yah! Tadi aku sempat juga sudah ambil cuti. Bulan depan aku sudah pensiun. Jadi nanti istri dan anak-anakku akan aku boyong kemari. Ya sekalian menjaga ayah juga meramaikan padepokan" kata Paman Sidiq.
"Kalau begitu, aku setuju saja dan semoga anak dan istrimu betah disini" kata kakek Darma.
"Aku juga sudah tidak sekuat dulu, kalau ada kamu kan lain ceritanya" lanjut Kakek Darma.
"Iya Yah! walaupun murid kita semakin sedikit, tapi lulusan dari sini bisa berguna menunjang pekerjaank mereka. Yang mulai dari Hansip, Satpam, sampai menjadi Polisi" jelas Paman Sidiq.
"Iya dan kamu juga harus banyak berlatih lagi. Agar tidak memalukan, masak guru kalah sama muridnya? Apa karena muridnya yang terlalu pintar, apa karena Gurunya yang kurang latihan? ha..ha..!" seru Kakek Darma yang tertawa sambil melirik putra bungsunya.
"Ah, ayah! Janganlah membuatku malu! Memang Rani itu sudah ayah gembleng dengan kepandaian ayah, ayah kan yang mengistimewakan Rani!" balas seru Paman Sidiq yang mengakui kekalahannya.
Matahari perlahan-lahan beranjak ke peraduan, dan suasana di padepokan lereng gunung sudah sunyi senyap. Tak ada murid-murid yang sedang berlatih, tapi terdengar suara seperti orang melempar kerikil.
"Takk....takk...takk...!"
"Takk....takk...takk...!"
Dan suara itu berulang kali terjadi, rupanya Rani sedang mengasah kemampuanbya melempar kerikil. Demikian pula dengan paman sidihq yang juga melatih kembali kemampuannya agar bisa mengalah Rani, seperti tadi siang yang diucapkan oleh Ayahnya.
"Rani, nampaknya kita perlu kembali beradu kesaktian kembali! Paman masih penasaran dengan kemampuan kamu yang bisa mengalahkan paman!" seru paman Sidiq yang menatap ke arah Rani.
"Wah, boleh saja paman! Silahkan paman duluan yang menyerang!" seru Rani dan paman Sidiq mulai menyerang Rani terlebih dahulu.
"Bersiaplah Rani..!" seru paman Sidiq dan Rani pun bersiap menangkis setiap pukulan dari Paman sidiq yang rupanya sangat cepat dan dahsyat itu.
"Bagh ...bugh....bagh...bugh...!"
"Bagh ...bugh....bagh...bugh...!"
Pukulan yang mengarah ke tubuh bagian kanan Rani, mampu dia mengelaknya dan demikian pula dengan pukulan di sebelah kiri secara berulang-ulang.
Pukulan Paman Sidiq itu sangat cepat dan butuh konsentrasi yang kuat dalam menangkis disetiap serangan paman Sidiq.
Dan kali ini hasilnya seri, dengan tubuh yang kelelahan mereka duduk diatas rumput seraya mengatur pernapasan mereka.
Setelah pernapasan mereka lancar kembali, mereka kemudian masuk ke rumah untuk beristirahat, dengan sebelumnya membersihkan diri dari keringat dan debu.
Kemudian Rani masuk ke kamarnya untuk beristirahat dan demikian pula dengan paman Sidiq yang juga menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
Keadaan di perguruan lereng gunung kembali sunyi senyap.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments
Kardi Kardi
berkahhhh. amin ya ALLAHHHHH
2023-09-29
1
🍾⃝🐇ωεɪıɑ xɪɑи⍣⃝కꫝ 🎸
aku sudah mampir kak maaf terlambat yaa
jangan lupa baca karya terbaru ku yang berjudul Pangeran dingin dan siluman rubah
2022-10-06
2
Li Permana
Mampir lagi kak author
2021-11-01
1