"Dalam melakukan hal yang baik, jangan dengan emosi. Karena hal itu akan berakibat buruk!"
Dengan tiba-tiba saja Rani teringat nasehat kakeknya jika mereka sedang berlatih.
"Seeet......!"
"Takk....takkk...takkk.....!"
Tiba-tiba ada sesuatu yang melesat cepat kearah Rani, gadis itu sangat terkejut dan dia menyadari akan hal itu.
"Set...set...set...!"
Dengan segera Rani menghindarinya dan sekali-kali menangkap benda itu yang tak lain batu kerikil yang terus menghujaninya.
"Siapa yang melakukannya" batin Rani.
Beberapa saat kemudian, ada sesosok laki-laki paruh baya yang memakai topeng mulai menyerang Rani secara bertubi-tubi.
"Wut...wuut....wuutt ..!"
Gadis itu meladeninya dengan jurus-jurus yang telah diajarkan kakek dan pamannya. Kadang kala Rani terpojok, tapi dengan sigap dia biasa membalik keadaan.
"Hop hiaaat....!"
"Bagh ..bugh...bagh...bugh....!"
Karena penasaran dengan yang menyerangnya yang tiba-tiba itu, Rani penasaran dengan laki-laki itu dan berusaha membuka topeng penyerangnya.
"Bagh ..bugh...bagh...bugh....!"
"Bagh ..bugh...bagh...bugh....!"
Serangan demi serangan dapat ditangkis oleh Rani dan ketika ada kesempatan, Rani gunakan untuk menyerang bagian wajah laki-laki itu.
Rani pun melompat diatas laki-laki itu dengan tangan kanannya meraih topeng pria itu.
"Happ.!!"
Rani menginjakkan kakinya ke tanah membelakangi pria itu, dengan sebuah topeng ditangan kanannya.
Rani segera membalikan badannya, tiba-tiba laki-laki itu menyerangnya dengan beberapa kali tendangan.
"Set...set ...set....!"
Karena tangan kirinya menutupi wajahnya,Rani belum bisa melihat wajah penyerangnya. Gadis itu pun mengelak dan sesekali mundur beberapa langkah.
Beberapa detik kemudian, Rani melancarkan serangannya. Gadis itu membuat gerakan berputar dengan kakinya mendang siku tangan lawan yang digunakan menutupi wajahnya.
Tak ayal pria itu terpelanting kebelakang dan jatuh, darah menetes dari sisi bibir pria itu. Dan secara otomatis,wajah pria itu tidak tertutupi lagi.
"Paman Sidiq...!! maaf paman, Rani tidak bermaksud lancang!" seru Rani yang langsung tahu siapa penyerang tiba-tiba itu, yang tak lain paman sekaligus guru keduanya.
"Wah, kemajuanmu pesat sekali Rani! Tak heran Ayah menyayangimu!" balas seru Paman Sidiq sambil bangkit dari jatuhnya dan menyeka darah di sudut bibirnya.
Laki-laki itu segera mengusap dengan kasar, kepala Rani yang sudah menghampirinya.
"Mari masuk ke rumah paman, Rani obati luka paman" ajak Rani denga mengulas senyumnya.
"Boleh, ayo!" balas Paman sidiq yang melangkahkan kakinya terlebih dahulu, sementara Rani mengikutinya dari belakang.
Mereka segera masuk ke rumah, Paman sidiq duduk di kursi yang berada di ruang tamu, sedangkan Rani segera mengambil baskom, kain dan air es yang ada di dapur.
Tak menunggu lama, Rani keluar dari dapur dan membawa baskom, kain dan juga air es. Kemudian dia menghampiri Pamannya di ruang tamu dan mulai mengompres luka-luka kebiruan di wajah pamannya itu.
"Aku nggak menyangka kalau akan dikalahkan anak kemarin sore! ha....ha..ha...!" kata Paman Sidiq yang tertawa seraya meringis karena menahan sakit.
"Ah paman, itukan berkat bimbingan paman dan Kakek" kata Rani yang merendah.
"Iya, ada murid pasti ada guru. Seorang guru tak akan menjadi guru terbaik kalau tak memiliki murid yang pandai dan cerdas seperti kamu Ran. Kamu bisa menangkap ilmu dari dua guru sekaligus, dan kamu bisa mengalahkan guru kamu dengan jurus yang diajarkan oleh guru kamu!" terang paman Rani.
"Iya paman." kata Rani yang menyimak apa yang dikatakan oleh paman Sidiq.
"Bagus!" sahut paman Sidiq dan kini keduanya berada di dalam kamar tamu, setelah mengobati pamannya,
Rani melangkahkan kakinya menuju ke jendela dan menikmati semilir angin sore hari dan bias jingga di langit yang biru. Yang menandakan waktu menjelang sore.
"Paman kata kakek,Rani harus menagih janji pada seseorang" kata Rani yang menatap ke arah paman Sodiq.
"Nagih janji? kakek bilang begitu?" tanya Paman Sidiq yang penasaran.
"Iya, janjinya Baskoro pada kakek!" r jawab kakek Darma yang tiba-tiba keluar dari kamarnya dan terus melangkahkan kakinya secara tertatih melangkahkan kakinya free
"Kakek... kakek kan harus istirahat" kata Rani yang segera menghampiri kakeknya dan menuntun kakeknya itu untuk duduk di kursi yang ada dikamar itu.
"Aku bosan tidur terus,ingin cari udara segar. Dan kebetulan kakek mendengar suara kalian." terang kakek Darma.
"Ayah, apakah ayah sudah yakin memberi Rani tugas yang berat ini?" tanya Paman Sidiq yang penasaran.
"Yakinlah, apalagi tadi gurunya saja kalah" kata Kakek Darma sambil melirik Paman Sidiq.
"He...he...he...!" si kakek yang terkekeh.
"Hukk...hukk....!"
Yang dilirik pun terbatuk-batuk, dan merasa yang dikatakan ayahnya itu benar adanya.
Kemudian kakek Darma mengacungkan jempol ke arah cucunya. Rani pun tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya ,tanda hormat.
"Rani, buatkan minum untuk kakek dan pamanmu" pinta Kakek Darma.
"Baik kakek" kata Rani, yang kemudian bergegas melangkahkan kakinya menuju ke dapur sambil membawa baskom dan kain bekas ya f eeh rtmengompres luka Paman Sidiq.
"Aku yakin Rani mampu melakukan tugas ini. Lagi pula kalau Rani disini terus, tak akan ada perkembangannya. Biar sekalian cari pengalaman. Nanti kau antarkan dia ke keluarga Wibowo. Biar kakaknya bisa menjaganya." kata Kakek Darma.
"Tapi yah, Baskoro itu orangnya licin sekali. Anak buahnya banyak, dan rata-rata setia. Jadi mencari informasi tentang Baskoro itu sulit sekali" kata Paman Sidiq.
"Aku mau mengerjakan tugas itu Paman.Lagi pula aku kangen sama kak Radit." kata Rani saat keluar dari dapur dengan membawa minuman dan makanan kecil.
"Paman sarankan,kamu harus bermain cantik, kalau perlu menyamar. Dan apabila si Baskoro itu tetap tidak mau menepati janjinya, carilah anaknya yang memakai kalung berupa kunci. Nah kunci itu untuk membuka kalung ini." kata Paman Sidiq seraya memberi Rani kalung berliontin bambu seukuran gagang sapu lantai dengan panjang kurang lebih lima belas centimeter.
Rani pun menerima kalung itu, dan mengamati kalung tersebut.
"Kalung itu bisa dikatakan kalung pusaka, selain bisa menyimpan rahasia juga bisa jadi senjata" kata Paman Sidiq yang mengambil air minum yang Ira buatkan tadi
"Kalung pusaka?" gumam Rani yang kemudian memakai kalung tersebut dan dia sangat penasaran.
"Iya, selain bisa menyimpan rahasia bisa juga buat senjata." jawab Paman Sidiq yang menjelaskan.
Kakek Darma dan Rani yang penasaran, mereka saling pandang dan tak sabar mendengar penjelasan dari Paman Sidiq selanjutnya.
Paman Sidiq mengambil minumannya dan meminumnya. Setelah meletakkan gelasnya, laki-laki setengah baya itu menghela napasnya dan mulailah dia bercerita.
Namun sebelumnya dia menatap Rani dan juga ayahnya satu persatu, kemudian mengulas senyumnya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Gadis Tiga Karakter ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana Wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 319 Episodes
Comments
Osie
widih kalau anak baskoro laki laki bakal runyam bila terjadi yg namanya jatuh cinta..huuffttt
2022-10-31
1
auliasiamatir
jodohnya pasti anak baskoro
2021-12-17
1
marcel
rani bakalan jatuh cinta sama anaknya baskoro....
2021-11-06
2