Putra Putri Sang Penguasa 3
Angin pagi berhembus dengan berirama. Cahaya matahari pagi masih terasa hangat masuk ke dalam tubuh. Burung kecil berkicau riang diatas ranting pohon yang tinggi.
"Risha, kemari kamu! Jangan lari! Awas ya, aku pasti akan menangkapmu!"
"Kamu tidak akan bisa menangkapku. Weee"
Rumah keluarga Kusuma pagi-pagi sudah diramaikan dengan teriakan dan tawa anak kecil yang sedang bermain lari-larian kesana kemari. Diantara mereka terlihat seorang anak laki-laki yang sedang sibuk dengan konsol game ditangannya. Anak itu terlihat tampan dengan kulit putih bersih, rambut hitam yang tebal, matanya hitam dengan sorot mata yang dingin dan tajam
"Mih, bisakah mami membuat mereka diam dan tidak berisik? Mereka sungguh menggangguku, aku sedang ada pertandingan. Lagipula kenapa Arisha sering sekali datang kemari? Apa di negara F dia tidak punya teman?" Anak laki-laki itu bertanya dengan sikap dingin dan tenangnya, namun nada bicaranya terdengar sinis. Dia terlihat sombong dengan wajah datar tanpa ekspresi. Dia adalah Kenzo Osterin Anggara, salah satu putra kembar Lian dan Cheva
"Kenzo tidak baik berkata seperti itu. Dia itu kan saudaramu. Kenapa kamu tidak ikut bergabung dengan Kenzi dan Risha saja?" Cheva berusaha bicara dengan lembut pada salah satu putranya itu
"Tidak, aku lebih suka bermain game" Kenzo menjawab tanpa menoleh pada sang ibu dan terus fokus pada permainannya
"Kak Lian, lihatlah anakmu yang satu ini! Dia masih berusia 7 tahun, tapi kenapa dia selalu saja mengabaikan aku?!" Cheva meminta pembelaan dari Lian yang sejak tadi sibuk dengan laptop miliknya
"Kenzo, apa tidak bisa kamu bersikap lebih baik pada mamimu?" Tanya Lian dengan nada bicara yang tenang
"Pih, aku sedang sibuk. Mami. Arisha dan Kenzi terus saja berisik. Membuat konsentrasiku buyar saja!"
"Kenapa kamu tidak bermain game di tempat sepi atau mungkin di kamarmu?" Tanya Lian lagi dengan nada yang datar
"Papi tidak mungkin tidak tahu kan kalau mereka akan selalu mengikuti kita?" Ujar Kenzo dengan mata mendelik kepada sang ayah
Duk
Tiba-tiba sebuah bola melayang ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Kenzo
"Zo... Tolong lempar bolanya kemari!" Teriak Kenzi yang meminta bolanya,
"Apa kalian tidak bisa pergi ketempat lain dan tidak menggangguku? Ini sudah kesekian kalinya kalian mengikutiku pagi ini. Kalian tanpa izin masuk kekamarku dan saat aku kemari, kalian pun ikut naik kesini. Kenapa tidak main bola di halaman belakang saja! " Tanya Kenzo dengan sikap tenang dan namun terlihat sangat kesal
"Ingat ya Zo, kita ini kembar dan kemanapun kamu pergi maka aku akan mengikutimu" Jawab Kenzi dengan senyum ceria di wajahnya. Dia adalah saudara kembar Kenzo, Kenzi Lutherin Anggara. Mereka sangat mirip dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada yang bisa membedakan mereka karena mereka kembar identik. Namun mereka memiliki sifat yang sangat jauh berbeda. Jika Kenzi sangat menyenangkan dan ceria maka sebaliknya dengan Kenzo. Dia dingin dan tidak banyak bicara. Bahkan sikapnya lebih terkesan angkuh
"Papi lihat sendiri kan kalau Kenzi selalu saja mengganggu! Hah ... menyebalkan!" Kenzo bicara pada Lian kemudian melemparkan bola itu pada Kenzi
"Benar juga, mereka tidak pernah membiarkan kita tenang" Lian menyetujui perkataan Kenzo dengan sikapnya yang acuh tak acuh
Saat ini Lian dan Kenzo sedang sibuk, bahkan mereka berdua sengaja melakukan kegiatan mereka di balkon lantai atas agar tidak di ganggu. Tapi Cheva,, Arisha dan Kenzi mengikuti mereka ke lantai atas dan bermain disana. Mulai dari kejar-kejaran dan lempar tangkap bola
Arisha Nedzara Kusuma adalah putri Diaz dan Tania. Diaz selalu mengantarkannya hampir setiap 2 minggu sekali ke negara A dan membiarkannya main bersama Kenzi yang merupakan adik kembar Kenzo, sedangkan Diaz dan Tania akan bermain dengan putra mereka yang lucu Dhefin Rozlyn Kusuma yang saat ini masih berusia 2 tahun
"Ayah dan anak itu sama saja. Satu sibuk dengan laptopnya dan satunya lagi sibuk dengan konsol game miliknya. Padahal dia itu masih kecil, kenapa bisa sangat pintar main game?" Cheva yang kesal pergi keruang keluarga sambil menggerutu dengan sikap Lian dan Kenzo yang sama-sama cuek.
"Kenapa kamu menggerutu begitu? Wajahmu semakin jelek saat kamu sedang marah-marah seperti orang tua!" Diaz yang melihat Cheva menekuk wajahnya bertanya karena penasaran
"Itu kak, Aku kesal dengan sikap kak Lian dan Kenzo. Mereka selalu asyik dengan dunianya sendiri kalau sedang bersama Laptop dan konsol game. Bahkan Kenzo mengatakan kalau aku selalu berisik dan mengganggu konsentrasi mereka" Cheva mengadu pada Diaz dan mengungkapkan isi hatinya
"Jangan diambil hati. Bukankah itu memang kenyataan kalau kamu selalu berisik di depannya?" Diaz berkata dengan acuh tak acuh seakan itu bukanlah masalah besar Seketika Cheva langsung menatap Diaz dengan sorot mata yang tajam
"Apa maksudnya itu? Kakak malah mendukung suami dan anakku? Bisa-bisanya kakak tidak mendukung adik sendiri" Cheva bicara dengan nada yang sinis dan manja kepada Diaz
"Aku bukannya tidak mendukungmu, tapi aku mengatakan hal yang sebenarnya. Lagipula, Kenzo adalah keponakanku dan Lian adalah sahabatku. Bagaimana mungkin aku tidak mendukung mereka berdua?"
"Terserah. Aku tidak peduli kak Diaz mau mendukung siapa" Cheva berjalan pergi meninggalkan Diaz yang sedang duduk di ruang keluarga, kemudian dia beranjak ke ruang lain dimana ada Tania dan juga Dhefin
"Ada apa denganmu? Kenapa terlihat sangat kesal sekali?" Kini Tania yang bertanya pada Cheva mengenai raut wajahnya yang Kusut
"Semua laki-laki dirumah ini menyebalkan. Rasanya aku ingin mencekik mereka satu persatu" Kini Cheva mengeluh pada Tania, berharap dia mau membelanya
"Yang kamu maksud itu siapa? Dirumah ini banyak sekali pria" Tania bertanya dengan senyum tipis dan nada bicara yang tenang
"Itu, anak dan suamiku, ditambah lagi dengan kak Diaz. Mereka sama menyebalkannya"
"Anakmu yang mana? Kamu lupa jika kamu sudah punya 2 anak?" Tania bertanya dengan senyum menggoda Cheva
"Kak Tania tidak usah pura-pura tidak tahu. Kakak tahu sendiri kan kalau Kenzo dan Kenzi memiliki sifat yang bertolak belakang. Meskipun mereka memiliki kesamaan dari ujung rambut hingga ujung kaki, tapi sifat mereka seperti langit dan bumi" Cheva sedang mengeluh pada Tania yang sedang menggendong Dhefin
"Ya, mau bagaimana lagi. Yang satu mirip denganmu dan yang satu lagi mirip dengan Lian, kurasa itu adil karena kalian berdua tidak akan iri satu sama lain mengenai sifat anak kalian" Tania menjawab dengan mengangkat kedua bahunya bersamaan disertai senyum tipis yang membuat Cheva mengerutkan dahi
"Ini tidak adil untukku, karena aku seperti harus menghadapi 2 muka spon dalam hidupku. Beruntung kak Lian tidak bersikap dingin padaku. Seandainya anakku tidak memiliki sifat kak Lian yang menyebalkan ... mungkin aku akan merasa tenang"
"Kak Cheva ... harusnya kamu merasa beruntung karena langsung memiliki 2 anak. Jika tidak kamu hanya akan memiliki 1 anak saja yang entah akan mewarisi sifat siapa karena kak Lian dan om Ed tidak mengizinkanmu untuk hamil lagi" Radit yang bersiap ke kampus menyela perbincangan antara Cheva dan Tania
"Kamu benar Dit. Jika aku hanya memiliki 1 anak dan itu mirip sekali dengan kak Lian, maka sudah pasti aku akan cepat tua karena selalu kesal setiap hari padanya"
"Punya 2 anak pun kakak cepat tua karena selalu marah-marah" Gumam Radit dan sedikit di dengar Cheva
"Apa katamu?!"
"Tidak, tidak apa-apa"
"Dasar sepupu kurang ajar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
Devia Ratna
mampir
2022-12-30
0
Dede Aiv
koq ceritx lngg ceva nikh n punya ank..cerita remajax dimn..apa q salh bc ya
2022-12-05
0
Raffi Rosadi
baru baca....😭😭😭
2021-12-24
0