11. Menyendiri

Gadis itu terkejut ketika suara teriakan Yang Pou Han terdengar berisik di telinganya. Dia menutup kepalanya dengan selimut tebal, mencoba bersembunyi dari amukan Yang Pou Han.

Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Dia merasa lebih nyaman ketika netranya tak menangkap sosok lelaki itu. Hingga dia memilih berlindung dengan bersembunyi di balik selimut.

Sampai suara Yang Pou Han mendekat ke arahnya, gadis itu masih bergeming tak berani keluar dari dalam selimut.

"Hai, Gadis pemalas. Cepat bangun! Kau tidak bisa menipuku lagi." Yang Pou Han seketika membuka selimut Nindy dengan paksa.

Terjadi tarik-menarik selimut antara Nindy dan Yang Pou Han. Lelaki itu nampak geram melihat tingkah pembantunya itu, berani sekali melawan perintahnya.

Hingga akhirnya selimut itu terlepas dari tubuh Nindy. Gadis itu menunjukkan ekspresi kesakitan seraya menekan tangannya di bagian perut.

"Tuan, perut saya sangat sakit."

Nampak Yang Pou Han mendesah kasar, dia sudah tidak bisa ditipu dengan drama yang seperti itu.

"Cepat siapkan makan, sekarang juga!"

Ekspresi Nindy seketika berubah kesal. Sepertinya drama sudah berakhir, dia sudah tidak bisa mengelabuhi lelaki pemarah itu. Dengan berat hati dia beranjak dari ranjang, menapakkan kaki di karpet bulu yang membentang hampir menutupi separuh ruangan itu, melangkah keluar dari kamar Yang Pou Han.

**********

"Ayo yang bersih!" Suara itu kembali memanaskan telinga Nindy.

"Yang ini masih kotor. Kau bisa kerja tidak?" ucapnya sembari menunjuk ke dalam lubang engsel jendela.

Nindy hanya bisa menatap kesal ke arah Yang Pou Han. Dia bilang ada rapat penting, mengapa malah betah di rumah? Apakah lelaki itu sengaja di rumah hanya untuk menyiksa Nindy?

Dengan berat hati Nindy mengerjakan apa yang diperintahkan Yang Pou Han kepadanya. Selesai membersihkan perabotan rumah, Nindy berhenti sejenak. Memutar pinggangnya ke kiri dan ke kanan sekadar melemaskan ototnya yang menegang.

"Nindy. Kau bisa kerja tidak? Ini apa? Kenapa masih kotor?" Suara laknat itu membuat Nindy ingin mencekik si pemiliknya. Boleh, 'kan?

Jika ada jin pemberi satu permintaan, mungkin Nindy lebih memilih bisa membalas perbuatan Yang Pou Han, menyiksa lelaki itu hingga puas daripada harus menjadi kaya.

Dia benar-benar kesal.

Seketika bayangan Yang Pou Han berubah menjadi upik abu tergambar di pikirannya.

"Hei, bodoh! Setrikaan numpuk. Kamu bisa kerja gak?" Nindy berkacak pinggang sembari menuding wajah Yang Pou Han.

Lelaki itu dengan pakaian lusuhnya mengangguk patuh.

"Maaf, Nona muda."

"Maaf-maaf. Kau pikir dengan maaf bisa kenyang! Kerja yang bener. Jangan jadi pemalas!" Gadis itu masih memarahi Yang seraya tertawa jahat.

"Piring banyak yang kotor. Bisa kupecat kau nanti!"

"Ampun, Nona. Saya butuh pekerjaan. Saya butuh makan. Kasihanilah saya!" Lelaki itu membungkuk, bersujud di kaki Nindy. Memohon ampun untuk mendapatkan belas kasihan dari Nindy.

Gadis itu hanya tersenyum puas. Akhirnya dendam terbalaskan.

"Hei, selain bodoh kau juga gila, ya? Kenapa itu senyum-senyum. Cepat kerja!" Seketika itu juga lamunan membahagiakan Nindy segera tertarik ke permukaan.

Bahkan menyiksa Yang Pou Han dalam lamunan pun masih bisa terganggu. Mungkin dia akan menyiksa Yang Pou Han di alam mimpi saja. Ya, jadwal malam nanti adalah bermimpi menyiksa Yang Pou Han sepuasnya.

"Masih diam? Cepat kerjakan!" Suara Yang Pou Han terdengar bertambah menyebalkan, lelaki itu bahkan tak mengizinkan Nindy hanya untuk bersantai sejenak.

Come on, Nindy. Back to real life!

Jangan berhayal lagi!

"Itu cucian juga menumpuk. Kerjamu hanya malas-malasan. Lelet seperti kura-kura!"

Oh, tidak. Mungkin sebaiknya tadi Nindy tidak perlu libur bekerja.

Libur justru membuatnya tersiksa.

Nindy segera mengambil cucian kotor di ranjang loundry untuk ia letakkan di dekat mesin cuci.

"Jangan gunakan mesin cuci. Listrik mahal."

Oh, no. What now?

Pelit Yang Pou Han sudah kelewat batas.

Nindy mengentakkan keranjang loundry itu dengan kasar ke lantai. Mengungkapkan kekesalan kepada si pria pelit dan tidak tahu diri itu. "Hai, kau. Kapan kau musnah dari peradaban?" gumam Nindy dalam hati.

Dia berdecih kemudian. Memindahkan cucian kotor itu ke tempat yang lebih rendah di dekat kamar mandi. Mulai menyalakan kran air untuk membasahi cucian itu, Nindy sekedar menghela napas, lelah.

Lengannya dilipat hingga siku. Mulai menuangkan detergen ke cucian dan mencuci semuanya menggunakan tangan. Peluh mengucur didahinya, sementara perut Nindy sudah mulai lapar lagi.

Mengapa ketika penyiksaan terjadi dia tidak pingsan, ya?

Ayolah tubuh, pingsanlah!

Sayangnya pingsan memang tidak bisa direncanakan. Niat hati ingin pingsan, tetapi tubuh masih kuat. Sungguh pikiran dan tubuh tidak bisa diajak sejalan.

Hingga sampailah lelaki itu muncul kembali di saat Nindy memeras cucian. Yang Pou Han menyandarkan punggungnya sembari bersedekap dada, netranya menatap lurus ke arah gadis di depannya yang sedang berjuang menyelesaikan pekerjaan.

"Jika sudah, siram bunga yang ada di taman!"

Bola mata Nindy seketika melotot, kesal dengan perintah sang majikan yang tidak tahu diri. Ayolah, dia tidak dibayar di sini. Mengapa pekerjaan yang dikerjakannya tidak habis-habis. Apakah Yang Pou Han punya niatan membunuhnya secara perlahan?

"Kau punya tangan, sebaiknya kau siram bunga-bungamu sendiri!" Tak peduli dengan tatapan tajam lelaki itu, Nindy masih menyelesaikan pekerjaannya yang hampir tuntas.

Ingin sekali dia berbaring di ranjangnya. Merelekskan tubuhnya dari penat akan pekerjaan yang menumpuk.

Lelaki itu berjalan mendekat, menghampiri Nindy yang sudah selesai dengan perasan terakhirnya.

"Kau mulai berani, ya?"

"Apa?" Nindy membalas tatapan marah Yang kepadanya.

Dasar sipit! Mau melotot pun masih besar mataku! Nindy tertawa sinis dalam hati.

"Sudah, minggir sana! Saya mau menjemur cucian." Tanpa peduli dengan Yang Pou Han, Nindy mengangkat keranjang berisi cucian basah itu dengan sedikit mendorong tubuh Yang Pou Han menggunakan keranjang tersebut.

"Hei, kau berani sekali!"

Nindy tak peduli. Dia masih saja berjalan meninggalkan Yang Pou Han yang uring-uringan.

Wajahnya sangat tidak enak dipandang. Gadis itu menggembungkan pipi, menjemur pakaian dengan serampangan, bahkan sengaja tidak menatanya dengan baik. Hal itu tak luput dari pandangan Yang Pou Han yang mengamati hasil pekerjaan Nindy dari jauh.

"Kerjakan dengan benar! Apakah kau ingin dipecat!" teriak Yang kepada Nindy.

Dia melotot, meletakkan pakaian basah itu dengan asal, lalu menoleh ke arah Yang Pou Han. "Pecat saja kalau kau mau. Aku tidak peduli. Bukankah kau tidak membayarku!"

"Kau tidak boleh banyak membantah. Ingat, kau itu dalam masa hukuman. Harusnya kau diam dan kerjakan pekerjaanmu dengan benar." Yang Pou Han berkata sembari terus berjalan ke arah Nindy.

Genangan air bekas cucian itu membuat permukaan lantai menjadi licin. Dan tepat ketika Yang Pou Han melangkah mendekat, ingin melanjutkan aktivitas memarahi Nindy lagi, kaki telanjangnya terpeleset lantai licin itu hingga dirinya tak mampu untuk menyeimbangkan tubuhnya.

Tangannya sempat menggapai sesuatu, dan ....

"Eeehhhhhh ...!"

BUUUGGGH!

Yang terjatuh, bersamaan dengan Nindy yang tertarik tangannya oleh ulah Yang Pou Han. Keduanya terjatuh dengan posisi tumpang tindih. Yang Pou Han jatuh tepat di atas tubuh Nindy.

Warna merah merona seketika saja membias di kedua pipi Nindy, ketika tanpa sengaja pipi keduanya saling bersentuhan. Hingga pada akhirnya kesadaran mulai merasuk dalam pikirannya, dia membulatkan mata.

Sepersekian detik Yang Pou Han sempat merasakan sesuatu yang berdesir di hatinya. Namun, belum sempat rasa itu tumbuh dan berkembang, suara cempreng Nindy membuyarkan semuanya.

"Menyingkir dari tubuhku, Yang!" teriaknya seraya mendorong kuat tubuh lelaki itu.

Yang Pou Han segera berguling dari tubuh gadis itu, tetapi hal yang kemudian terjadi, membuat Nindy ingin pingsan saja. Tanpa sengaja, ketika Yang Pou Han berguling dari posisinya, kaki lelaki itu menendang rak jemuran baju.

BRUUKK!

Nindy ternganga. Pekerjaannya yang menguras tenaga sia-sia dengan melihat cuciannya terjatuh begitu saja bercampur genangan air kotor.

"Yaaaang! Kau sangat keterlaluan! Aku membencimu!"

***

Di atas roof top, gadis itu menjulurkan kakinya. Menatap langit malam yang nampak cerah. Bulan purnama yang terlihat memesona dengan pancaran cahayanya menyinari langit dengan sentimental. Gemerlap bintang yang bertabur di angkasa, menghiasi cakrawala dengan cara mereka sendiri.

Angin malam di atas ketinggian seperti itu terasa lebih dingin. Namun, tak menyurutkan niat Nindy untuk menikmati indahnya langit malam tanpa penghalang apa pun.

Kedua tangannya menopang di belakang tubuh. Wajahnya menengadah dengan semilir angin yang membelai lembut permukaan wajahnya.

Damai.

Nindy selalu merasa damai di dalam kesendirian seperti ini. Tiada hiruk pikuk manusia yang selalu membuatnya kesal atau pun tersiksa. Nindy sangat menikmatinya.

Tangannya mengambil ear piece untuk ia sematkan di kedua telinga. Memutar satu lagu romantis yang bisa membawanya dalam ketenangan dan kedamaian.

Dia memejamkan mata, menikmati setiap alunan melodi yang terdengar di telinga. Hingga senandung-senandung kecil terdengar merdu dari bibir Nindy.

Cukup lama dia melakukannya, hingga sampai sebuah suara menyapanya.

"Hai!" Suara itu mengusik ketenangan Nindy, membuat gadis itu membuka mata.

Sebuah ice cream cone berada tepat di depan wajahnya. Ia menengadah, melihat siapa yang sedang berbaik hati menyodorkan es krim itu kepadanya.

Dia memutar bola mata, masih kesal dengan lelaki yang sedang membungkuk di sampingnya sambil memegang es krim di tangan.

Namun, dia juga ingin makan es krim. Sudah lama sekali dia tidak makan es krim. Ah, apa harga dirinya hanya sebesar es krim. Tidak, dia harus kuat akan godaan.

Ayolah, Nindy. Harga dirimu itu sangat besar.

Nindy memalingkan muka, tidak sudi melihat Yang Pou Han. Tidak, mungkin lebih tepatnya "jual mahal".

"Baiklah, aku habiskan sendiri!" ucap Yang Pou Han membuat Nindy semakin jengkel.

Hei, bujuk sedikit kenapa?

Lelaki itu dengan tidak tahu malu membuka bungkus es krim, lalu dengan mulut terbuka ingin melahap es krim lezat itu.

Dan sebelum es krim itu masuk ke mulutnya, Nindy segera merenggutnya. "Ini milikku. Dasar tidak tahu malu!"

Lelaki itu terkekeh, sedikit memutar bola matanya lalu ikut duduk di samping Nindy.

Dia menatap Nindy sejenak yang saat ini sedang menikmati es krim dengan lahapnya lalu beralih ke depan.

"Jadi kau suka bersembunyi di sini?"

"Aku tidak bersembunyi. Aku hanya sedang menyendiri," ucapnya tanpa melepas mulutnya dari es krim itu.

Hanya dalam hitungan menit, es krim itu tandas tak bersisa. Yang Pou Han hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat perilaku gadis aneh itu.

Tangannya mengambil sapu tangan di saku celana, lalu tanpa berkata dia mengusapkan sapu tangan itu di bibir Nindy. Menghapus bekas es krim yang belepotan di bibir juga pipi.

Deg.

Deg.

Pergerakan Yang begitu cepat, hingga Nindy belum sempat mengatur napas.

Segera ia mengambil paksa sapu tangan itu dari tangan Yang Pou Han, lalu mengusapkan di pipinya. "Sini biar aku sendiri. Jangan mencari kesempatan, ya!"

"Cih, kau bukan seleraku." kilah lelaki itu.

"Jangan sombong! Jatuh cinta baru tahu."

Kembali terdengar kekehan dari bibir Yang Pou Han, netranya menatap ke arah Nindy.

"Aku menyukai gadis pintar dan anggun. Sementara kau ... sangat jauh dari kata itu."

Tidak menanggapi hinaan Yang Pou Han, gadis itu memilih untuk mengangsurkan sapu tangan kepada lelaki itu. "Ini, terima kasih!" ucap Nindy seraya mengembalikan sapu tangan itu kepada Yang Pou Han. Namun, lelaki itu menolaknya.

"Untukmu saja. Kau lebih membutuhkannya."

Nindy menarik kembali tangannya yang terulur, meletakkan sapu tangan itu di sakunya. "Jangan terlalu baik kepadaku. Kau jadi terlihat aneh."

Lelaki itu tertawa kemudian. Entahlah, hari ini sudah beberapa kali dia tertawa. Bahkan dia tidak sempat menghitungnya. Sangat aneh bukan, jika dia tertawa hanya karena mendengar hal kecil dari bibir seorang Nindy?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

kau tahu yang bahagia tidak harus mahal dan istimewa cukup dengan sesuatu yg sederhana, contohnya kau bisa tertawa dengan celotehan nindy..

2023-04-30

1

玫瑰

玫瑰

Adeh

2022-05-01

0

Qiza Khumaeroh

Qiza Khumaeroh

udh mulai tumbuh2 nihh

2022-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 01. Awal Pertemuan
2 02. Hukuman
3 03. Menahan Lapar
4 04. Orang Kaya Pelit
5 05. Diusir dari Kontrakan
6 06. Sang Penyelamat
7 07. Kesepakatan Baru
8 08. Surat Perjanjian
9 09. Mencari Alasan
10 10. Sakit Membawa Berkah
11 11. Menyendiri
12 12. Salah Paham
13 Keputusan Yang Adil
14 14. Sudah Diputuskan
15 15. Conferensi Pers
16 16. Saling Bicara
17 17. Penghinaan
18 18. Perjanjian Sakral
19 19. Malam Menyebalkan
20 20. Apakah Sakit?
21 21. Harus Lebih Bersabar
22 22. Pengalaman Pertama
23 23. Makanan Sampah
24 24. Pesta Pernikahan
25 25. Hampir Ternoda
26 26. Akhirnya Terjadi
27 27. Perasaan Asing
28 28. Seperti Medan Magnet
29 29. Panggilan Yang Terabaikan
30 30. Merasa Nyaman
31 31. Ikatan Yang Ternodai
32 32. Menyerah Dengan Perasaan
33 33. Memulai Dari Awal
34 34. Pilihan Yang Sulit
35 35. Mantan Suami Terbaik
36 36. Penampilan Yang Menarik Perhatian
37 37. Cemburu
38 38. Harga Diri Senilai Es Krim
39 39. Perubahan Sikap
40 40. Honeymoon Part 1
41 41. Honeymoon Part 2
42 42. Tidak Sanggup Lagi
43 43. Kematian
44 44. Kau Tak Datang
45 45. Aku Mencintainya
46 46. Menghilangnya Si Pemilik Hati
47 47. Meminta Bantuan
48 48. Jiwa Kesepian
49 49. Ketekadan Jiwa
50 50. Mencari Nindy
51 51. Dia Istriku
52 52. Sakit Demam
53 53. I love You
54 54. Rasa Syukur
55 55. Janji Setia Selamanya
56 Ucapan Terima Kasih Author dan Pengumuman
57 Pemberitahuan
58 56. Kencan Rakyat Jelata
59 57. Lelaki Yang Tak Dikenal
60 58. Berita Gembira
61 59. Rasa Bahagia
62 60. Kenyataan Pahit
63 61. Kehidupan Baru
64 62. Keikhlasan Seorang Ibu
65 63. Wanita Pesakitan
66 64. Dukungan Seorang Terkasih
67 65. Berpacu Dengan Waktu
68 66. Taubatnya Seorang Pendosa
69 67. Kuasa Tuhan
70 68. Pendonor Yang Tak Disangka-Sangka
71 69. Ayah Yang Kejam
72 70. Bahagia Itu Sederhana
73 71. Keluarga Kecil Bahagia
74 72. Malam Istimewa
75 73. Pertemuan Terakhir
76 74. Berkumpulnya Keluarga Besar
77 Promo Kisah Baru.
78 75. Ekstra Chapter 1
79 76. Ekstra Chapter 2
80 77. Ekstra Chapter 3
81 74. Ekstra Chapter 4 ~End~
82 Pengumuman Novel Baru
83 Hallo!
Episodes

Updated 83 Episodes

1
01. Awal Pertemuan
2
02. Hukuman
3
03. Menahan Lapar
4
04. Orang Kaya Pelit
5
05. Diusir dari Kontrakan
6
06. Sang Penyelamat
7
07. Kesepakatan Baru
8
08. Surat Perjanjian
9
09. Mencari Alasan
10
10. Sakit Membawa Berkah
11
11. Menyendiri
12
12. Salah Paham
13
Keputusan Yang Adil
14
14. Sudah Diputuskan
15
15. Conferensi Pers
16
16. Saling Bicara
17
17. Penghinaan
18
18. Perjanjian Sakral
19
19. Malam Menyebalkan
20
20. Apakah Sakit?
21
21. Harus Lebih Bersabar
22
22. Pengalaman Pertama
23
23. Makanan Sampah
24
24. Pesta Pernikahan
25
25. Hampir Ternoda
26
26. Akhirnya Terjadi
27
27. Perasaan Asing
28
28. Seperti Medan Magnet
29
29. Panggilan Yang Terabaikan
30
30. Merasa Nyaman
31
31. Ikatan Yang Ternodai
32
32. Menyerah Dengan Perasaan
33
33. Memulai Dari Awal
34
34. Pilihan Yang Sulit
35
35. Mantan Suami Terbaik
36
36. Penampilan Yang Menarik Perhatian
37
37. Cemburu
38
38. Harga Diri Senilai Es Krim
39
39. Perubahan Sikap
40
40. Honeymoon Part 1
41
41. Honeymoon Part 2
42
42. Tidak Sanggup Lagi
43
43. Kematian
44
44. Kau Tak Datang
45
45. Aku Mencintainya
46
46. Menghilangnya Si Pemilik Hati
47
47. Meminta Bantuan
48
48. Jiwa Kesepian
49
49. Ketekadan Jiwa
50
50. Mencari Nindy
51
51. Dia Istriku
52
52. Sakit Demam
53
53. I love You
54
54. Rasa Syukur
55
55. Janji Setia Selamanya
56
Ucapan Terima Kasih Author dan Pengumuman
57
Pemberitahuan
58
56. Kencan Rakyat Jelata
59
57. Lelaki Yang Tak Dikenal
60
58. Berita Gembira
61
59. Rasa Bahagia
62
60. Kenyataan Pahit
63
61. Kehidupan Baru
64
62. Keikhlasan Seorang Ibu
65
63. Wanita Pesakitan
66
64. Dukungan Seorang Terkasih
67
65. Berpacu Dengan Waktu
68
66. Taubatnya Seorang Pendosa
69
67. Kuasa Tuhan
70
68. Pendonor Yang Tak Disangka-Sangka
71
69. Ayah Yang Kejam
72
70. Bahagia Itu Sederhana
73
71. Keluarga Kecil Bahagia
74
72. Malam Istimewa
75
73. Pertemuan Terakhir
76
74. Berkumpulnya Keluarga Besar
77
Promo Kisah Baru.
78
75. Ekstra Chapter 1
79
76. Ekstra Chapter 2
80
77. Ekstra Chapter 3
81
74. Ekstra Chapter 4 ~End~
82
Pengumuman Novel Baru
83
Hallo!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!