Satria

"Assalamualaikum!" ucap Satria saat memasuki rumah nya, namun rumah itu sangatlah sepi hanya ada beberapa pekerja saja yang di sana.

"Lah Den sudah pulang?" mbok Ratih sedikit berlari tergopoh-gopoh saat mendengar suara Satria memasuki rumah.

"Mbok, jangan lari lari begitu ah!" kata Satria tidak suka.

"Hehehe iya Den, mau langsung makan atau istirahat dulu?" tanya mbok Ratih.

"Aku udah makan tadi Mbok, Aku ke kamar dulu ya," kata Satria lalu segera memasuki kamar nya.

Di dalam kamar ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia menatap beberapa pigura yang terpajang di dinding kamar nya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Mom, aku merindukan mu," ucap Satria lirih dan tanpa sadar, air matanya kembali menetes.

"Aku ingin memeluk mu seperti dulu," Satria semakin terisak kala melihat sebuah foto yang memperlihatkan seluruh keluarga kecilnya yang sedang tertawa bahagia.

Satria kembali mengingat detik detik terakhir sebelum ibunya pergi meninggalkan nya.

'Jangan lakukan apapun, cukup fokus untuk menata masa depan mu Nak. Semua akan indah pada waktu nya, dan membalas dendam hanya akan membuat hidupmu sengsara, i love you!"

Suara itu masih terus terngiang di telinga nya, wajah yang penuh luka dan air mata itu terus terbayang di pikirannya.

...🥺🥺🥺...

"Vier, ajak kita ke apartemen lo dong, gue penasaran tau!" ucap Cara memanyunkan bibirnya. Saat ini Cara Felli dan Vier tengah berada di salah satu Caffe yang tak jauh dari sekolah Cara.

"Mau ngapain lo ke sana? yang ada apartemen gue ancur sama lo," ucap Vier sambil memakan makanan nya.

"Dih, apaan sih lo! orang Felly kok yang pengen tau, iya gak Fell?" tanya Cara ke arah Felly hingga membuat Felly terkejut dan tersedak makanan nya.

Uhuuk hukk uhukk.

"Car sialan! Hukk uhukl!" Vier pun segera memberikan minumannya kepada Felly sambil mengusap tengkuk Felly.

"Makasih sayang," kata Felly tersenyum manis kepada Vier.

Cup.

Vier mengecup sekilas pipi Felly di depan Cara, hingga membuat Cara melotot tak percaya.

"Njirrr Vier lo mesum juga ya ternyata!" ucap Cara . "Di depan gue lagi sialan!" decak Cara.

"Sssttt anak kecil diem aja," kata Vier santai.

"Sialan gue di katain anak kecil, terus kalian berdua anak apaan? anak monyet!" seru Cara sebal.

"Yank, kayaknya kita yang anak kecil deh. Kita yang pacaran 2 tahun tapi cuma sebatas cium tangan dan pipi. Kamu tau gak beberapa hari yang lalu Cara di— eummmmttt," mulut Felly langsung di bungkam oleh tangan Cara.

"Mulut lo Fell, asli lemes banget dah!" ucap Cara kesal.

"Sialan lo Ra! bwah bwahhh!" kata Felly lebih kesal.

"Cara kenapa yank?" tanya Vier menatap Felly.

"Cip*kan dia di sekolah!" kata Felly dengan cepat lalu ia segera menyembunyikan dirimu di belakang Vier.

"Felly sialan sini gak lo!" kata Cara berusaha mengejar Felly karena asal bicara.

"Ra!" ucap Vier dingin. "Bener apa yang di bilang Felly?" tanya Vier datar membuat aksi Cara berhenti.

"Ya gak lah! cewek lo aja ini yang mulut ember asal fitnes aja!" sungut Cara menatap tajam ke arah Felly.

"Gak salah maksud nya ya Ra!" kata Felly lagi, lalu ia kembali bersenyunyi di belakang Vier.

"Yank, aku takut," ucap Felly manja membuat Cara begitu jengah.

"Tenang aja, selama ada aku Cara tidak akan bisa ngelukain kamu," ucap Vier lembut.

"Njirr ini anak berdua bener-bener nguji jiwa kejombloan gue!" ucap Cara marah.

"Ra, jawab jujur deh, bener yang di bilang Felly tadi?" tanya Vier sekali lagi karena merasa Felly tidak pernah berbohong padanya.

"Iks di bilang enggak kok! gue tuh di cip*k bukan cip*kan!" Ucap Cara membuat Vier dan beberapa pengunjung yang datang mendengar tak sengaja menjadi melongo tak percaya menatap Cara.

"Bedanya apa Ra? bibir lo sama bibir dia sama sama ketemu dan berduet kan?" kata Felly menahan tawa nya karena melihat wajah Cara yang sudah memerah.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***