Berita baik

"Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah!" titah Wu Li Mei, matahari mulai menyingsing dan sang selir sedang bersantai di danau timur menikmati semilir angin sore yang sejuk. Melihat Dayang Yi datang, wanita istana itu menegakkan duduknya.

Dayang Yi menunduk, lalu memberikan dua buah gulungan berukuran sedang kepada sang junjungan. Sesuai dengan yang diminta Wu Li Mei kemarin, sang dayang membawakan daftar obat herbal yang banyak beredar di masyarakat dan cara mendapatkannya.

"Ini, yang anda minta, Yang Mulia."

"Oh." Wu Li Mei meletakkan cangkir porselennya, meraih dua gulungan pemberian sang dayang. Sang selir membuka salah satu gulungan berwarna merah, ia tersenyum puas dengan isinya. "Aku akan membacanya lagi nanti, masih banyak yang harus dipersiapkan untuk rencana besarku."

"Anda ingin saya menyimpan ini?"

"Ya, tolong simpan dengan baik, ini adalah harta yang berharga."

"Baik, Yang Mulia."

Dayang Yi segera pergi menuju paviliun selir agung, menyimpan gulungan berharga itu di dalam kamar Wu Li Mei. Satu-satunya tempat yang dirasa paling aman.

Rencana besar itu adalah bagian dari mimpi Marissa Darwanti untuk kembali mengabdikan diri pada dunia kesehatan, kini menjadi Wu Li Mei pun tak membatasi langkahnya. Ini justru lebih mudah karena Wu Li Mei punya semua harta yang ia butuhkan, tak akan habis sampai sang selir tinggal nama nanti. Kekayaan semelimpah itu harus dimanfaatkan bukan, sayang sekali jika hanya dinikmati sendiri. Rissa merasa bersyukur karena ketamakkan sang selir dulu, sekarang ia jadi punya banyak harta. Dan untuk menebus dosa besar itu, Rissa akan memanfaatkannya habis-habisan.

Wu Li Mei bangkit, menumpukan tangannya di pagar pembatas aula di danau timur. Mata cerahnya terpenjam sejalan dengan angin yang kian dingin berhembus.

"Cita-citamu apa, Sa?"

Suara Jessi kembali tergiang dalam ingatannya bersama wajah sang sahabat yang muncul saat ia memejamkan mata, wanita sebaya dirinya itu selalu saja merecoki hari-hari tenangnya di rumah sakit dulu. Rissa merindukannya, sangat.

"Cita-cita?"

"Iya," Jessi mengangguk lucu, wanita yang tak lagi belia itu menyesap kopinya lagi.

"Jadi dokter." jawab Rissa acuh dan kembali fokus pada ponselnya.

Jessi merotasikan bola matanya mendengar jawaban itu, ayolah, mereka sudah jadi dokter sekarang, apa lagi. "Bukan itu......"

"Terus apa?"

"Cita-citamu setelah jadi dokter."

Marissa mematikan ponselnya, cukup jengah dengan chat para dokter muda yang minta bimbingan tesis.

Risa menerawang jauh, menatap orang-orang berlalu-lalang di cafee rumah sakit. "Rumah sakit anak."

"Rumah sakit anak?"

Rissa mengangguk yakin, "Itu adalah impian terbesarku, aku ingin membangun sebuah pusat kesehatan khusus untuk anak-anak, dan mempekerjakan dokter-dokter berbakat yang berdedikasi tinggi. Memberikan fasilitas yang mutakhir untuk operasi bedah anak, jadi akan ada banyak dokter muda yang memilih spesialis bedah anak. Kau tahu kan, Jess. Divisi ku sangat kekurangan orang."

"Gilaaa! Ini ide yang sangat gilaaa." Jessi bertepuk tangan dan menggebrak-gebrak meja, menimbulkan bising.

"Stttt! Diamlah, Jess."

"Baiklah, baiklah." Jessi menyudahi aksi gilanya. "Tapi, apa kau yakin bisa mewujudkan itu?" tanya Jessi.

"Semuanya dimulai dari nol, Jess. Tidak ada yang mudah di dunia ini."

"Lalu, apa yang kau lakukan untuk mewujudkannya?"

Rissa terdiam sejenak, lalu tersenyum manis. "Apotek."

Sepenggal percakapannya dengan Jessi berputar di kepalanya, Wu Li Mei tersenyum masam, sedang apa Jessi sekarang.

Rumah sakit anak adalah impiannya, tapi karena itu belum bisa terwujud. Rissa, lewat raga Wu Li Mei akan membuat sebuah apotek di negeri antah-berantah ini. Beberapa kali saat berkunjung di pasar, pusat keramaian itu bahkan tak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.

"Apa yang kau pikirkan, selirku."

Wu Li Mei sontak menoleh, ia menunduk hormat saat Kaisar Zhou datang menemuinya. Hanyut dalam pikirannya, membuat wanita itu tak sadar jika matahari sudah tenggelam sepenuhnya. Hari sudah gelap dan para dayang mulai menyalakan pelita, lentera berbentuk bunga peony yang dibuat Wu Li Mei dulu, turut menyala terang menyinari danau timur.

"Apa dingin ini tidak mengganggumu?" Kaisar Zhou mengamati hanfu Wu Li Mei yang tipis, wajah wanita itu memerah, saat tangan sang kaisar menyentuh pipi Wu Li Mei, wajahnya sedingin es.

Wu Li Mei menggeleng lalu tersenyum simpul, "Tidak, Yang Mulia. Dingin ini tidak akan bisa menyakitiku."

"Mengapa tidak?"

"Karena kau ada disini untuk menghangatkanku." jawab sang selir malu-malu. Jawaban yang terkesan rancu, tapi mampu membuat sang kaisar terdiam.

Kaisar Zhou mengerjap, mencoba memahami maksud dari ucapan yang cukup nakal itu. Pria itu mendekat, mencubit hidung mancung Wu Li Mei pelan. "Beraninya kau menggodaku, selir nakal." ujarnya.

"Ah!" Wu Li Mei mengusap pucuk hidungnya, berpura-pura sakit dan cemberut.

Kaisar segera menarik sang selir untuk masuk ke dalam dekapannya, memeluk tubuh ramping Wu Li Mei begitu erat. Tanpa ragu Wu Li Mei membalasnya, menyandarkan kepalanya di dada bidang Kaisar Zhou.

Wu Li Mei diam-diam tersenyum miring, melihat Permaisuri Yang Jia Li mengepalkan kedua tangannya dibalik lengan hanfunya. Sang permaisuri tak sengaja melewati danau utara saat hendak menuju perpustakaan istana, Yang Jia Li terpaksa menahan amarahnya melihat Wu Li Mei sedang bermesraan dengan kaisar. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia dapat melihatnya dengan jelas.

Ia tidak bisa tinggal diam, dengan berani, Yang Jia Li berjalan cepat menuju aula danau timur. Para dayang pengikutnya pun hanya bisa mengikuti dengan bingung.

Bagai menjawab tantangan sang permaisuri, Wu Li Mei tak mau kalah. Sebuah ide muncul di kepalanya, ide yang akan menegaskan kemenangannya.

"Kaisar, maukah menghabiskan malam bersamaku?" tanya Wu Li Mei, wanita itu mendongak tanpa melepaskan kedua tangannya dari pinggang kaisar.

Kaisar Zhou tersenyum lembut, "Tentu saja." gayung bersambut, melihat jarak permaisuri semakin dekat, Wu Li Mei meraih tengkuk sang kaisar. Dengan berani, wanita itu menyatukan bibirnya dengan bibir Kaisar Zhou.

Tak menolak, Kaisar Zhou dengan senang hati menerima tantangan sang selir agung, pria itu membalas tak kalah bergairah.

...****************...

"Sial!"

"Berani-beraninya dia!"

"Wanita sundal itu, dia pikir bisa mengalahkanku, heh!!"

"Sialan!" Permaisuri Yang Jia Li menggebrak meja dengan kuat, napasnya memburu dan wanita itu terlihat sangat marah. Penyebabnya tentu saja Wu Li Mei, sang selir yang sama liciknya dengan permaisuri.

Dayang Yue memungut pecahan cangkir porselen berharga mahal yang dibanting begitu saja oleh sang junjungan, harga cangkir itu sama dengan bayaran yang ia peroleh selama satu tahun. Sang dayang menatap nanar lima cangkir yang sudah rusak.

Usai menyaksikan percumbuan panas antara Kaisar Zhou dengan Wu Li Mei tepat di depan matanya, niat yang awalnya ingin mengganggu berubah, Yang Jia Li berganti haluan. Ia memilih pergi dan melampiaskannya kemarahannya di paviliun ratu, lebih tepatnya bukan cemburu, tapi ia marah karena merasa kalah dari Wu Li Mei. Selir itu terang-terangan menantangnya.

Yang Jia Li meremas cangkir porselen keenamnya, "Panggilkan Panglima Yang!" titahnya pada Dayang Yue.

"Ta-tapi, Yang Mulia."

"Aaaaarrrgggghhh!!" Yang Jia Li kembali membanting cangkir di tangannya, menciptakan suara gaduh. "Cepat panggilkan!"

Sang permaisuri berteriak marah, ia mendorong Dayang Yue hingga tersungkur membentur ubin.

"Dasar dayang tidak berguna!"

"Ada apa kakak?"

Seorang laki-laki berperawakan tinggi dan gagah masuk ke dalam kamar sang permaisuri, ia meletakkan pedangnya di meja dan mengibaskan tangannya, sebagai tanda agar Dayang Yue segera menyingkir. Dia adalah adik sepupu Yang Jia Li, Yang Zhe Yan, sang panglima dari timur.

Yang Zhe Yan mendapatkan pangkat sebagai panglima juga berkat dukungan dari Yang Jia Li, keluarga Yang sangat kuat dan banyak mengambil posisi pemerintahan.

Sang permaisuri tersenyum manis, kehadiran sang adik selalu berhasil membuatnya lebih tenang. Wanita itu mendekat pada Yang Zhe Yan, memeluk sang panglima erat.

"Ada apa kakak, apa yang mengganggumu?" tanya Panglima Yang, pria itu membelai surai panjang wanita dalam dekapannya itu.

Yang Jia Li mendongak, "Sudah ku bilang, kan. Jangan memanggilku kakak jika kita sedang berdua."

"Baiklah-baiklah." Zhe Yan terkekeh kecil.

Cup....

"Kakak!" Zhe Yan terbelalak dengan tindakan mengejutkan dari Permaisuri Yang, wanita itu tiba-tiba mengecup bibirnya singkat. "Kau membuatku terkejut saja." ujarnya.

"Apa aku tidak boleh melakukannya?"

"Melakukan apa?"

"Ini,"

Cup....

Yang Jia Li kembali mengecup bibir sang adik sepupu, Permaisuri Dinasti Ming itu terus menatap wajah tampan sang adik penuh damba.

Siapa yang tidak terpikat pada ketampanan Yang Zhe Yan, sang panglima itu mempunyai wajah yang rupawan dan perawakan tinggi gagah. Di usianya yang terbilang masih muda, sekitar dua puluh tujuh tahun. Ia sudah mendapat posisi sebagai panglima, dan memimpin lima ratus prajurit terlatih. Yang Zhe Yan adalah pribadi yang lembut dan penyayang, dia ramah dan hangat kepada siapapun. Hal itulah yang memikat sang permaisuri, pada sosok ramah sang adik sepupu.

Yang Jia Li enggan menolak, tak sekalipun menampik bahwa ia memilik rasa suka kepada adiknya.

Yang Jia Li semakin bersemangat, ia meraih tengkuk leher sang adik dan kembali menyatukan bibir mereka. Membawa pria muda itu ke dalam ciuman panas dan menggebu. Yang Jia Li tak tahan lagi, bayangan cumbuan Wu Li Mei dan kaisar membuatnya semakin menggila. Seolah bercampur amarah, Yang Jia Li memimpin permainan.

Meskipun apa yang ia lakukan ini salah, tapi Yang Zhe Yan tidak pernah melanggar batasannya lebih dari ini. Awalnya pun, ia enggan menjadi pemuas ***** sang permaisuri. Tapi, karena jabatan ini diraihnya berkat bantuan sang kakak, ia tak lagi bisa menolak.

Zhe Yan mendesah jengah merasakan permainan brutal dari Permaisuri Yang, ia tak tahu apa yang terjadi pada wanita ini. Zhe Yan menahan tangannya yang hendak masuk ke dalam titik pusat sang permaisuri, permainan cepat tadi membuatnya tak sadar jika Yang Jia Li sudah menanggalkan seluruh pakaiannya. Tapi, dirinya justru masih berpakaian lengkap.

"Ada apa sayangku?" tanya Yang Jia Li, ia sudah terlentang di ranjang sambil membuka kedua kakinya, tangan wanita itu meraih pergelangan Zhe Yan dan mengarahkan telunjuk pemuda itu pada milik.

"Maaf kakak, aku tak bisa melakukan ini." ujar Yang Zhe Yan, ia menarik tangannya menjauh, pemuda itu pun segera berangsur mundur.

Yang Jia Li berdecak, "Jika kau tidak bisa melakukannya, aku sendiri yang akan melakukannya."

Terpopuler

Comments

syh 03

syh 03

biasanya di novel lain selir yg jahat tp di sini..permaisurinya udh jahat jalang lagi, komplitlah sdh..jgn sampai kaisar tidur bareng lg ama permaisuri gila itu 😒😒

2024-12-09

3

Helen Nirawan

Helen Nirawan

eh sinting itu adik lu , otak lu ilang , klo pun mo selingkuh cari cowo laen , gila , waras lu ? 😖😖😳😱

2024-09-15

1

Oi Min

Oi Min

cih.....permaisuri jalang.......gila

2024-04-01

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!