Kehebohan di pasar

Pagi yang cerah di penghujung minggu, Wu Li Mei bangun pagi-pagi sekali. Wanita itu sudah bersiap dengan hanfu sederhana berwarna biru dan putih, mengenakan dua tusuk konde motif angsa, dan berputar-putar di depan cermin untuk melihat kembali tampilannya hari ini.

Wu Li Mei enggan mengenakan pakaian mahalnya karena ia akan mengunjungi tempat yang ramai, dan sang selir memilih tampil sederhana. Itu juga salah satu alasan agar dirinya tidak terlihat mencolok dan dikenali.

Sang selir agung memang sangatlah menawan, wajahnya rupawan dan tubuhnya pun bagus. Jika ia berada di era modern, mungkin ia adalah seorang aktris yang digilai banyak orang.

Puas bercermin dan mengagumi parasnya, wanita itu berjalan pelan menuju meja rias. Sekalipun berpenampilan sederhana, tapi ia harus tetap cantik bukan.

"Salam, Yang Mulia." sapa Dayang Yi dan Lu Yan.

"Bangkitlah!" titah Wu Li Mei, selir agung itu meratakan bedak di wajah cantiknya. Entah apa namanya, berbentuk serbuk halus, dan memiliki fungsi yang sama seperti bedak tabur di masa modern.

"Dimana tempat yang ingin anda kunjungi hari ini, Yang Mulia?" tanya Dayang Yi.

"Emh...... nanti kalian akan tahu."

"Beri kami petunjuk, Yang Mulia." ujar Lu Yan. Dayang kecil yang sering mendampingi Wu Li Mei keluar istana, bersama Dayang Yi, ia juga sangat setia kepada Wu Li Mei.

"Sebuah tempat yang sering aku kunjungi." balas sang selir.

"Kebun peony?"

Wu Li Mei menggeleng, "Aa, kurang tepat."

"Apakah sebuah tempat yang ramai?" tebak Dayang Yi.

"Bisa jadi."

"Oh, aku tahu jawabannya." Lu Yan bersorak saat satu tempat terlintas di pikirannya.

"Apa?" tanya Dayang Yi.

"Jawabannya pasti pas-----"

"Salam, Ibu."

Dayang Yi dan Lu Yan segera menunduk, mereka melangkah mundur dan berdiri di belakang Wu Li Mei.

"Bangkitlah, Xiao Ming!"

"Ada apa?" tanya Wu Li Mei, karena tidak biasanya sang putra mahkota datang mengunjunginya sepagi ini.

Zhou Ming Hao mengamati penampilan sang ibu, hanfu sederhana dan sepatu tinggi untuk bepergian. Pria muda itu tersenyum dalam hati, tebakannya tidak meleset sama sekali. Ia memang sengaja datang pagi ini, untuk mengikuti sang ibu berakhir-pekan.

"Aku akan ikut kemana pun ibu pergi."

Wu Li Mei mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"

"Ibu akan pergi bukan, aku ikut." Zhou Ming Hao mendekat, memegang lengan sang ibu dengan tatapan memohon.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Lalu?"

Wu Li Mei menghela napas dalam, "Kau bisa melakukan hal lain untuk mengisi waktu luangmu, lagi pula, ibu hanya pergi untuk beberapa saat saja."

Zhou Ming Hao tetap pada pendiriannya, anak itu mengekor pada sang ibu, mengikuti Wu Li Mei kemana pun ia pergi.

"Ayolah bu, izinkan aku ikut."

"Bu, ayolah, sekali ini saja."

"Aku janji akan bersikap baik."

"Bu......"

"Ibu........"

Wu Li Mei menggosok telinganya, Zhou Ming Hao terus saja merengek di dekatnya.

Hari ini, sang selir akan menemui seseorang untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting. Ini menyangkut hidup dan mati, juga perannya di dunia yang fana ini.

"Baiklah-baiklah." Wu Li Mei menyerah.

Zhou Ming Hao tersenyum lebar, menatap sang ibu penuh harap.

"Tapi kau harus berjanji satu hal."

...****************...

Seperti biasa, suasana pasar sangat ramai dan sibuk. Dan empat orang itu, siapa lagi jika bukan Wu Li Mei, kedua dayangnya, dan Zhou Ming Hao yang memaksa untuk ikut.

Wu Li Mei memimpin jalan, dengan sang putra di sampingnya. Wanita itu menuju ke salah satu bangunan seperti pertokoan yang tidak terlalu besar tapi cukup nyaman, letaknya pun cukup strategis karena berada di pusat pasar itu sendiri.

Wu Li Mei melangkah masuk melalui salah satu pintu di dalam rumah itu. Di dalamnya, sang selir sudah disambut oleh banyak lima orang laki-laki, mereka terkejut melihat Zhou Ming Hao turut hadir.

"Salam, Yang Mulia." sapa mereka.

"Salam, Yang Mulia Putra Mahkota."

Wu Li Mei hanya mengangguk, ia lalu duduk bersimpuh di tikar, Dayang Yi, Lu Yan dan kelima pria tadi mengikuti.

Zhou Ming Hao masih belum memahami untuk apa sang ibu melakukan pembicaraan rahasia bersama Tabib Zhong, dua tabib istana, dan dua orang lagi yang tidak ia kenali. Sang putra mahkota mengikuti Wu Li Mei untuk duduk di tikar, tikar daun pandan tempo hari di padang peony.

Saat mengamati dari luar, bangunan ini tampak sederhana seperti pertokoan biasa. Tapi saat masuk di dalamnya, bangunan ini cukup luas. Ada dua ruangan yang diberi sekat, dan sebuah kamar mandi kecil di sudut.

Zhou Ming Hao hanya diam dan mendengarkan, sesuai dengan pesan Wu Li Mei sebelum mereka berangkat, sang pangeran tidak boleh banyak bertanya apa lagi membocorkan isi pembicaraan kepada siapapun.

"Bagaimana, Panglima He, sudah sampai dimana persiapannya?"

"Bahan herbal dikirim hari ini melalui kapal, Yang Mulia. Jika tidak ada kendala, diperkirakan akan sampai disini sepekan lagi." jawab seorang pria berpakaian serba hitam.

"Tapi, beberapa bahan mengalami kelangkaan, Yang Mulia." ujar salah seorang pria, berpakaian hitam dengan sebilah pedang di pinggangnya. Ia membuka sebuah kertas yang disimpan di dalam amplop, lalu memberikannya pada Wu Li Mei.

Wu Li Mei mengangguk paham, "Tidak masalah, beberapa bahan bisa kita ganti dengan bahan lain."

"Tapi, pastikan untuk tetap mendatangkan bahan-bahan itu secepatnya."

"Baik, Yang Mulia."

Tabib Zhong memberikan tiga buku tebal yang tampak usang pada Wu Li Mei, "Ini catatan herbal dan kegunaannya, Yang Mulai. Ditulis turun temurun dari berbagai dinasti."

"Dan ini." Tabib Zhong memberikan sebuah buku baru. "Saya sudah menyelesaikan apa yang anda minta."

"Terima kasih, Tabib Zhong."

"Jadi, kita butuh seseorang yang akan menjaga tempat ini, bukan?" ujar Wu Li Mei. "Tabib Zhong, apa kau punya rekomendasi?"

Tabib Zhong mengerutkan kening, "Rekom.....rekoo...."

"Ah, maksudku seseorang yang bisa menjaga tempat ini, saran, iya saran, siapa saranmu?"

Tabib Zhong menggeleng, "Saya belum tahu, Yang Mulia. Para tabib di istana pun hanya sedikit."

"Panglima He?"

"Maaf, saya tidak tahu, Yang Mulia."

Wu Li Mei menghela napas pelan, "Baiklah, kita cari saja nanti, saat tempat ini siap, maka pasti Tuhan akan memberikan karunia-Nya."

"Tuhan?"

"Siapa itu Tuhan bu?" tanya Zhou Ming Hao, yang lainnya pun menatap ke arah Wu Li Mei.

Sang selir memutar bola matanya, apa mereka tidak mengenal konsep Tuhan. Negeri antah-berantah ini, apa yang mereka sembah di kehidupan ini.

"Dewa." ujar Wu Li Mei.

"Ooooo"

Mereka sama-sama mengangguk, "Jadi Tuhan adalah Dewa, Yang Mulia?" tanya Lu Yan.

"Kurasa mereka... berbeda."

"Jadi, Tuhan lebih tinggi dari Dewa?"

"Mungkin mereka sama, hanya namanya saja yang berbeda." jelas Wu Li Mei, yang sebenarnya terdengar kurang jelas.

Wu Li Mei segera bangkit, ia mengakhiri pertemuan mereka dan segera pergu dari bangunan itu. Tapi mengingat waktu yang masih banyak tersisa, Wu Li Mei berjalan-jalan di pasar beberapa saat. Sambil mencari penjual makanan yang belum pernah ia coba sebelumnya, matahari sudah tinggi, berarti sudah waktunya mengisi perut.

"Bu, aku tahu tempat makan yang enak." ujar Zhou Ming Hao, pangeran itu tahu betul seluk beluk pasar karena sudah sering berkunjung.

"Dimana?"

"Ikuti aku, letaknya sedikit tersembunyi tapi masakannya sangat enak."

Wu Li Mei mengikuti petunjuk arah sang putra, sambil menikmati cerita-cerita yang datang darinya. Di pertemuan awal mereka, Zhou Ming Hao tak tampak seperti pribadi yang ceria dan suka bercerita. Dan kini, ia menemukan sisi yang lain dari sang putra.

"Toloooongg!!! Tolonggggg!!!"

"Toloooonggg!!"

Suara orang meminta tolong datang dari sisi kiri pasar, tak cukup jauh dari tempat Wu Li Mei berdiri saat ini. Seorang pemuda kurus berpakaian compang-campingnya tengah berteriak histeris, ia duduk bersimpuh sambil memegang seorang pemuda lagi yang terbaring kejang.

Wu Li Mei segera menghampiri kedua orang tersebut, mereka sudah dikerumuni banyak orang sehingga sang selir kesulitan mendekat. Untuk saja ada Zhou Ming Hao, anak laki-laki itu siap pasang badan untuk sang ibu.

"Ada apa, apa yang terjadi?" tanya Wu Li Mei.

Pemuda itu menggeleng, "Saya tidak tahu, Nyonya. Teman saya tiba-tiba terjatuh dan kejang-kejang."

Wu Li Mei menggulung lengan hanfunya, memeriksa jalan napas dari pemuda yang sedang kejang itu. Wu Li Mei membaringkan pemuda itu di tempat yang lebih lapang, lalu memiringkan kepalanya. Kejang memang masih berlangsung, tapi sudah tidak separah sebelumnya.

"Cepat hubungi tabib!" titah Wu Li Mei.

"Tabib?"

"Iya, tabib."

"Maaf, Yang Mulia, disini tidak ada tabib. Tabib hanya ada di istana saja." jelas Dayang Yi dan Wu Li Mei membulatkan mata karenanya, bagaimana mungkin tidak ada tabib di pasar.

"Meng Suo! Meng Suo!"

Pemuda yang mengalami kejang tadi sudah berangsur membaik, kejangnya sudah hilang dan kesadarannya mulai kembali.

Wu Li Mei memiringkan badan Meng Suo dibantu oleh Zhou Ming Hao, sang selir memeriksa denyut nadi, jalan napas, dan respon gerakan Meng Suo.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Wu Li Mei.

"Ada yang sakit? Dimana?"

Meng Suo menggeleng pelan, pemuda itu berusia sekitar dua tahun di atas Zhou Ming Hao. Dan pemuda berpakaian compang-camping itu berusia sekitar empat tahun di atas sang putra mahkota.

"Terima kasih, Nyonya." ucapnya tulus. "Terima kasih sudah menyelamatkan adik saya, saya berhutang pada Nyonya."

"Kami tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan, Nyonya."

"Siapa namamu?" tanya Wu Li Mei.

Kedua pemuda itu mendongak, namun tak berani menatap wajah Wu Li Mei.

"Saya Lan Suo, dan ini Meng Suo, adik saya."

"Dimana rumahmu?"

"Kami tidak punya rumah, Nyonya. Kami adalah gelandangan yang hidup di pasar ini."

"Lalu, kemana kedua orang tuamu?"

"Mereka meninggal dunia karena wabah, kami sudah ditinggal sejak kecil."

Wu Li Mei mengamati kedua pemuda itu, dan satu ide terlintas dipikirannya. "Aku tahu cara kalian untuk membayar hutang budi itu."

"Bagaimana, Nyonya?"

Terpopuler

Comments

monkey D Luffy

monkey D Luffy

raja pastinya, perkataannya mutlak dan semua org harus tunduk sma dia

2024-02-21

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!