Mulai membaik

Setelah insiden itu dan berminggu-minggu berlalu, Zhou Fang Yin masih sering mengalami mimpi buruk dalam tidurnya. Hal itu semakin lama semakin merubah kepribadian sang putri mahkota, ia menjadi lebih pendiam dan murung, bahkan sang putri masih takut mengunjungi danau.

Perubahannya membuat Kaisar Zhou kian cemas, belum lagi menatap wajah kosong tak berseri Zhou Fang Yin, membuat hatinya teriris.

Wu Li Mei pun demikian, sebagai ibu kandung, tentu ia meratapi nasib yang sama. Tak sehari pun sejak insiden itu, ia absen mengunjungi Zhou Fang Yin. Wanita itu mengatur berbagai obat dan makanan yang diberikan untuk putrinya, rutin mengajaknya berjalan-jalan dan selalu mendampinginya disetiap kesempatan. Wu Li Mei menutup akses untuk permaisuri Yang Jia Li mengunjungi sang putri, jika pun boleh, minimal harus ada dirinya dan banyak dayang disana.

"Sayang, mau kah menemani Ibu memetik bunga?" tanya Wu Li Mei pelan, wanita itu mengusap pipi pucat Zhou Fang Yin. Ia baru saja tiba di paviliun putri mahkota, dan mendapati putrinya sedang duduk di pondok sambil melamun.

"Xiao Yin, kau mendengar ibu?"

Zhou Fang Yin tampak kacau, mimpi buruk itu terjadi lagi semalam. Tak setiap hari memang, tapi setiap kali terjadi, itu sangat mengguncang kejiwaan Zhou Fang Yin. Kasus trauma pasca tenggelam adalah suatu hal yang wajar, dan bisa dialami oleh banyak orang. Hal ini meliputi takut melihat danau, kolam, sungai, bahkan lautan. Beberapa penderita mengalami sesak napas dan gangguan kecemasan saat mengingat peristiwa tenggelam. Terutama untuk anak-anak, mereka lebih rentan mengalami trauma dan jika tidak segera diatasi, akan mengganggu tumbuh-kembang mereka.

Sang selir sering mengajak putri mahkota berjalan-jalan mencari udara segar, meskipun Zhou Fang Yin sangat takut melihat danau. Tapi perlahan, Wu Li Mei tetap mengajaknya berjalan di sekitar danau.

"Iya, bu." Zhou Fang Yin mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu Ibu akan mengajak kakak dan adikmu untuk ikut serta." ujar Wu Li Mei bersemangat.

"Iya."

Wu Li Mei merapikan tatapan rambut sang putri, dan sekali lagi menatap pedih. Lingkaran hitam di sekitar mata putrinya menandakan bahwa ia pasti terjaga sepanjang malam, setelah mengalami mimpi buruk itu.

Wu Li Mei menggenggam tangan Zhou Fang Yin yang dingin, dan menariknya untuk bangkit. Mereka berjalan santai menuju taman bunga di kebun istana, tempat sang putri biasa berlatih menunggang kuda. Disana, ada padang peony bermekaran indah. Wu Li Mei mendapat cerita dari Zhou Ming Hao, tentang kebiasaan Fang Yin memetik bunga peony untuk sang selir, namun tak pernah dihargai.

Entah apa, sekalipun ia hanya meminjam raga Wu Li Mei, Risa merasa bersalah pada gadis muda itu. Bagaimana pun, ia hanya menginginkan kasih sayang dari seorang ibu.

"Sayang?" panggil Wu Li Mei, tinggal beberapa meter lagi, mereka akan sampai di padang peony.

Zhou Fang Yin mendongak, menatap sang ibu dengan sorot mata kosong.

"Apa kau baik-baik saja? Kita bisa kembali jika kau merasa tak enak badan." Wu Li Mei sedari tadi mengamati setiap gerak-gerik putrinya, ia tampak kosong dan tak bersemangat.

"Aku baik-baik saja, Bu."

"Apa kau yakin?"

"Ya." Zhou Fang Yin mengangguk, melihat gadis muda itu, rasanya seperti melihat Wu Li Mei saat kecil. Ia benar-benar mirip dengan sang selir agung.

Wu Li Mei tersenyum lembut, mengusap surai panjang sang putri dan mengecup keningnya singkat. Zhou Fang Yin harusnya senang, mengingat kasih sayang berlimpah yang diberikan sang ibu untuknya, tapi jiwa dalam dirinya terus menerus merasa cemas dan takut. Hingga untuk membalas senyum Wu Li Mei saja ia tak punya tenaga.

Di padang bunga, Zhou Ming Hao dan Zhou Xie Ling sudah menunggu kedatangan mereka. Ditemani dayang dan pengawal masing-masing, mereka membawa serta keranjang rotan untuk memetik bunga.

"Salam, Ibu." sapa kedua anak itu, Ming Hao sudah sembuh dari cedera patah tulangnya, bahkan sudah bisa berlari, tapi Wu Li Mei masih melarangnya untuk berlatih bela diri. Zhou Xie Ling pun sudah tampak lebih baik, ia harus rutin meminum obatnya dan tidak boleh terlalu lelah.

"Bangkitlah!" titah Wu Li Mei.

Semilir angin sejuk menerbangkan helaian rambut Zhou Fang Yin, gadis itu merasa damai. Ini adalah tempat kesukaannya di seluruh istana, padang bunga peony.

Zhou Fang Yin meraih setangkai peony berwarna merah muda, sama dengan warna hanfunya. Gadis itu memetiknya, lalu mencium aromanya.

"Letakkan disini, kakak." ujar Zhou Xie Ling, ia menyodorkan keranjang rotan yang sudah terisi beberapa tangkai peony.

Zhou Fang Yin diam.

"Ayo, letakkan kakak."

Melihat sang kakak hanya diam dengan tatapan tak terbaca, Zhou Xie Ling menarik kembali keranjangnya, anak itu tak pernah dekat dengan sang putri mahkota, karena sang kakak selalu menghindar.

Xie Ling menghembuskan napasnya pelan, menatap murung keranjang rotan berisi beberapa tangkai peony yang ia petik bersama Zhou Ming Hao. Tapi, setangkai peony merah muda tiba-tiba bergabung di dalamnya, ia segera mendongak. Tersenyum lebar ke arah Zhou Fang Yin, saat senyum itu perlahan berbalas. Tanpa ragu ia meraih tangan sang kakak, menariknya untuk memetik bunga bersama.

Tak salah memang, mengajak Zhou Xie Ling bergabung bersama mereka. Anak itu membawa keceriaan lewat tingkah jenakanya, dan yang terpenting dari semua itu. Zhou Fang Yin perlahan mulai merasa nyaman.

"Aku benar kan, Ibu!"

Wu Li Mei menoleh, mengerutkan keningnya pada seorang anak laki-laki dengan hanfu biru tua. Anak itu menepuk dadanya dengan bangga.

"Saranku memang selalu tepat. Lihatlah, Bu, Zhou Fang Yin lebih berseri." tunjuknya pada dua gadis kecil yang tengah asik memetik bunga.

Wu Li Mei mengangguk, "Ya, kau benar."

"Jadi?"

"Jadi?" ulang Wu Li Mei.

"Jadi, apa imbalanku?" tanya Zhou Ming Hao.

Imbalan, seingat selir itu ia tak pernah menjanjikan imbalan untuk sang putra.

"Maksudmu?"

"Oh, ayolah, Ibu." Zhou Ming Hao mendesah berat, "Aku sudah membantumu merawat adik untuk beberapa minggu, dan sekarang ide ku berhasil membuatnya tersenyum kembali." jelas pria muda itu.

Wu Li Mei mengangguk-angguk, ia tentu paham kemana arah pembicaraan mereka. Tapi, mengingat anak itu cukup berguna dan bisa diandalkan akhir-akhir ini. Sang selir sedikit bersimpati, "Apa yang kau inginkan?"

"Katakan ibu akan mengabulkan semua permintaanku."

"Tidak semua, hanya permintaan yang masuk akal saja."

"Baiklah-baiklah, Ibu." Zhou Ming Hao menjeda kalimatnya, memang cukup sulit berdebat dengan sang ibu.

Zhou Ming Hao menghela napas dalam, ia menyatukan telapak tangannya tanda memohon. "Izinkan aku kembali berlatih bela diri." ujarnya dengan satu tarikan napas.

"Tidak!"

"Ku mohon ibu, aku sudah sembuh, percayalah." rengek sang putra mahkota. "Aku tidak bisa hanya diam di perpustakaan istana dan belajar, aku sudah sangat pusing dengan pelajaran etika, hukum, dan sebagainya itu."

"Percayalah ibu." Zhou Ming Hao mengguncang lengan sang ibu, ia berjingkit-jingkit seperti anak kecil. "Aku sudah sembuh, dan ini tidak akan terlalu berat, hanya bela diri dasar saja. Bersama Guru Zhang, dia akan menjagaku."

Wu Li Mei goyah, sang putra memang sudah sembuh, lagi pula cedera patah tulang untuk anak seusia Zhou Ming Hao memang cepat membaik.

"Baiklah."

"Yheeeeee--"

"Tapi!"

"Kalau sampai aku melihatmu bertarung di pasar lagi, kau akan terkena masalah Zhou Ming Hao."

"Siap, Ibu!"

...****************...

Lama memetik bunga, kini matahari sudah tepat di atas kepala. Wu Li Mei memanggil anak-anaknya untuk berteduh di bawah pohon rindang.

Para pengawal sudah menyiapkan sebuah tenda untuk berteduh, Wu Li Mei duduk. bersimpuh di rerumputan beralas tikar dari daun pandan. Bersama para dayang dan pengawal lainnya, mereka duduk melingkar atas permintaan Wu Li Mei. Dayang Yi sibuk membagikan sebuah kotak persegi kecil berisi makanan dan sebotol minuman.

"Ayo nak, kemarilah, duduk disini!" suruh sang selir, melihat anak-anaknya mulai duduk melingkar dengan kening berkerut.

"Emh, ibu?"

"Ya!" jawab Wu Li Mei, wanita itu sibuk memberikan kotak persegi lebih besar kepada anak-anaknya. "Ayo, cuci tanganmu dulu." ujarnya pada Zhou Xie Ling, putri Fang Yin pun mengikuti.

"Kita sedang apa?" tanya Zhou Ming Hao.

"Kita sedang makan, apalagi, matahari sudah di atas kepala, jadi ini waktunya makan bukan."

Zhou Ming Hao menatap kotak persegi yang diberikan sang ibu, pria muda itu juga sudah mencuci tangannya.

"Tidak ada hidangan?" tanya Xie Ling.

"Kita akan makan bersama para dayang dan pengawal?"

Wu Li Mei tersenyum, menatap satu persatu anaknya dengan tatapan lembut. Sang selir sudah menduga reaksi semacam ini akan terjadi. Mengingat mereka dibesarkan di lingkungan istana yang menjunjung tinggi sistem kasta, pasti mereka merasa aneh duduk bersebelahan dengan dayang dan pengawal.

Wu Li Mei juga menyadari gerak-gerik para dayang dan pengawal yang merasa canggung, terlebih setelah pertanyaan beruntun dari anak-anak.

Sang selir mengambil napas pelan, "Ini namanya kotak bekal." wanita itu menyentuh kotak persegi berisi makanan. "Akan jauh lebih mudah untuk dibawa bepergian, lagi pula kita hanya pergi untuk beberapa saat saja. Kasihan para dayang dan pengawal jika mereka harus membawa banyak perbekalan seperti menyediakan hidangan."

"Kotak bekal ini akan mempermudah semuanya, bukalah."

Ketiga anak itu mulai membuka kotak bekal mereka, isinya sama dengan milik pada dayang dan pengawal. Zhou Ming Hao melirik ketus, "Apa punyaku tertukar, Ibu?"

"Maksudmu?"

"Mengapa punyaku sama dengan milik dayang dan pengawal."

"Itu karena kita sama, kita sama dengan mereka." jawab Wu Li Mei. "Tidak ada perbedaan antara kita dengan mereka, kita sama-sama manusia. Bahkan, kita lebih membutuhkan mereka."

"Tak masalah bukan, duduk bersama para dayang dan pengawal."

Ketiga anak itu mulai mengangguk.

"Ibu ingin kalian menghargai para dayang dan pengawal, seperti kalian menghargai ibu."

Semua orang menatap bingung ke arah sang selir agung, pantaskan dayang dan pengawal disamakan dengannya.

"Menghargai dan menghormati, serta bersikap santun dan baik hati. Tidak berbatas pada siapa ia, dan apa kedudukannya di istana, kalian mengerti?"

"Iya, Ibu."

Terpopuler

Comments

X'tine

X'tine

sama permaisuri salah didik,, sama ibu sendiri didik dengan kasih sayang dan lembut hati.. 💚

2024-02-04

5

Erna Ladi Yanti

Erna Ladi Yanti

aku jatuh cinta sama ceritanya thor

2023-07-03

5

Septi Verawati

Septi Verawati

keren 🥰🥰👍👍💪💪

2022-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!