Ancaman sang selir

Permaisuri Yang Jia Li tersenyum puas mendengar berita yang disampaikan oleh dayangnya. Wanita itu menyesap teh hijau chamomile sambil tersenyum miring, tak sia-sia ia membayar mahal beberapa dayang dan kasim yang berjaga di sekitar danau untuk membelanya.

Perihal insiden Zhou Fang Yin terjatuh ke danau, Kaisar Zhou menetapkan masalah itu sebagai kecelakaan tak disengaja. Karena kebanyakan yang dilihat oleh saksi adalah sang permaisuri mencoba menyelamatkan Zhou Fang Yin.

Sang putri pun tidak berargumen apa-apa, tentu saja tidak, atau Zhou Fang Yin akan mendapat masalah dari Permaisuri Yang.

"Baguslah kalau begitu." ujarnya.

"Berikan lagi masing-masing dari mereka dua keping logam emas." Yang Jia Li bangkit dari duduknya, berjalan pelan menyusuri paviliunnya.

"Apa, Zhou Fang Yin sudah sembuh?"

Dayang di sebelahnya menggeleng, "Belum, Yang Mulia. Sang putri masih demam tinggi, ia tidak mau memakan makanannya jika tidak ada Selir Agung Wu." jelas dayang itu.

Lagi-lagi Wu Li Mei, Permaisuri Yang menghembuskan napas kasar, ia masih menyimpan dendam pada wanita licik itu. Dan ia bertekad keras untuk segera memusnahkannya, Yang Jia Li sudah menyusun rencana-rencana jahat bersama klannya untuk mengalahkan Wu Li Mei. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.

Yang Jia Li bersama rombongannya berjalan menuju paviliun putri mahkota, sang permaisuri bahkan memakai riasan agar terlihat pucat. Dengan wajah sayu dan sedih, Permaisuri Yang berjalan sambil menunduk. Ia sesekali menyeka matanya dengan sapu tangan, agar para dayang dan penjaga istana yang lewat bersimpati dengannya.

Begitulah sifat asli Yang Jia Li, wanita yang gemar mengoleksi perhiasan itu selalu berbuat licik dibalik topeng baiknya. Yang Jia Li bersama klannya, selalu bergerak hati-hati dan terencana. Selalu mengkambing-hitamkan orang lain untuk melancarkan aksinya. Permaisuri Yang juga mempunyai dukungan kuat dari para pengikutnya, oleh karena itu dirinya menjadi kuat dan sulit dikalahkan.

Yang Jia Li membuat benteng khusus untuk melatih prajurit miliknya diam-diam, di lereng gunung selatan yang tandus. Banyak yang menganggap wilayah itu tidak menguntungkan untuk pertanian sehingga tidak banyak penduduk yang tinggal di wilayah itu. Para prajuritnya tinggal di sebuah rimba luas di delta sungai besar. Mereka membuat mitos dan menakut-nakuti penduduk yang datang kesana. Oleh sebab itu, wilayah selatan sangat sedikit berpenduduk.

"Salam, Yang Mulia." sapa para dayang di luar kamar paviliun, disana juga ada Dayang Yi dan Luo Yan.

"Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah!" balas Yang Jia Li, terlihat lesuh dan tak bersemangat.

"Apa putri ada di dalam?" tanyanya. "Oh, Fang Yin putriku, alangkah malang nasibmu." ujarnya penuh drama.

Dayang pendamping Zhou Fang Yin mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Putri ada di dalam bersama Selir Agung Wu da--"

"Umumkan kedatanganku!" titahnya. Permaisuri Yang berdecih dalam hatinya, belakangan ia sering mendengar tentang banyaknya simpati para penghuni istana untuk Wu Li Mei.

Dayang itu segera mengangguk, membukakan pintu untuk sang permaisuri. "Permaisuri Yang Jia Li, datang."

Yang Jia Li masuk perlahan, ruang kamar Zhou Fang Yin temaram diterangi pelita dengan banyak penghangat.

Zhou Fang Yin tampak damai dengan mata terpejam, napas yang teratur di ranjangnya. Putri kecil itu mungkin sedang tidur, pikir Permaisuri Yang. Ruangan ini pun tampak kosong, dimana Wu Li Mei. Bukankah dayang tadi mengatakan wanita itu ada di dalam, kemana perginya sang selir agung?

Permaisuri Yang mendekat, ia duduk di pinggir ranjang. Tangannya bergerak mengusap pipi pucat sang putri sambung. Sedari putri itu kecil, Yang Jia Li sudah sangat membencinya. Terlepas dari parasnya yang sangat mirip dengan Wu Li Mei. Zhou Fang Yin amat sangat menyebalkan baginya, karena gadis kecil itu mengingatkannya pada bayinya yang mati sepuluh tahun silam. Bayi perempuan yang belum genap satu hari harus meninggal karena umur kelahiran yang masih sangat dini.

Yang Jia Li tidak membutuhkan Zhou Fang Yin untuk menguasai tahta, awalnya ia meminta Zhou Ming Hao saja, tapi kaisar malah memberikan keduanya.

Tangan wanita itu tidak lagi mengusap pipi, melainkan turun ke rahang dan berhenti tepat di leher Zhou Fang Yin. Gadis kecil itu tak terganggu sama sekali, ia tetap tidur seperti bayi.

Yang Jia Li menatap dingin, mengapa ia tak bisa melenyapkan putri kecil ini, padahal moment itu sudah sangat tepat.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Yang Jia Li sontak menoleh, ia melepas cengkraman tangannya dari leher Zhou Fang Yin dengan anggun. Seolah tak melakukan apa-apa.

"Apa tidak cukup kau mencelakaiku, hingga kau harus mencelakai putriku?"

"Apa yang kau maksud selir agung? Aku tak mengerti." Yang Jia Li bangkit, berjalan menghampiri seoranh wanita dengan hanfu biru.

Wu Li Mei tersenyum miring, "Tidakkah kau muak permaisuri? Dengan topeng palsumu itu."

"Jaga bicaramu, Selir Wu."

"Kau lah yang harus menjaga sikapmu!" Wu Li Mei maju selangkah. "Kau hampir saja mencekik putri ku bukan?"

"Apa yang kau bicarakan? Aku hanya merapikan kerah hanfu Zhou Fang Yin."

"Merapikan kerah, kau yang mendorongnya kala itu ke dalam danau bukan?!"

Sialan, Yang Jia Li merutuki dalam hati, ternyata niat jahatnya tertangkap oleh Wu Li Mei.

"Tidak mungkin seorang ibu tega mendorong anaknya ke dalam danau." bela Yang Jia Li.

"Ibu?" Wu Li Mei mengulang dengan senyum miring. "Kau sebut dirimu ibu? Disaat kau ingin membunuh anakmu dengan kedua tanganmu!"

Permaisuri Yang mengibak hanfunya, mengangkat dagu tinggi. "Kau berani memfitnahku, Wu Li Mei!" ancamnya.

"Fitnah?"

"Itu bukan fitnah, tapi itu kebenaran akan dirimu wahai Permaisuri Dinasti Ming. Kau yang mendorongku di paviliun danau utara malam itu, dan di danau yang lain, kau mendorong putri kecilku. Tidakkah kau merasa bersalah atas tindakanmu?"

"Dan sekarang, kau ingin mencekiknya juga."

Wu Li Mei berkilat marah, ia maju selangkah demi selangkah untuk mendekati sang permaisuri yang berangsur mundur. Kedua wanita itu sama-sama menampilkan raut dingin penuh kebencian, terutama Wu Li Mei yang dikuasai amarah.

Permaisuri Yang tak bisa mundur lagi, ia terhalang dinding, sang permaisuri tersenyum miring. "Apapun kebenarannya, aku tetap dinyatakan tidak bersalah, Li Mei." ujarnya percaya diri.

"Tidak ada satu pun bukti bahwa aku bersalah!"

"Bahkan, Kaisar Zhou tidak akan bisa menghukumku."

Permaisuri Yang tersenyum dengan wajah menantang, bersedekap sambil menatap remeh Wu Li Mei. Kemenangan memang sedari awal adalah miliknya, jadi ia berpikir dirinya lah yang akan selalu menjadi pemenang. Hanya putri kecil itu, tidak ada apa-apanya bagi Yang Jia Li, ia pun akan melenyapkannya saat waktunya tiba.

"Jika kaisar tidak bisa, maka aku yang akan menghukummu."

...****************...

Usapan lembut di bahu Wu Li Mei membuat wanita itu tersadar dari lamunannya, Kaisar Zhou menatapnya lembut.

"Kau akan membalasnya, Mei-er?"

"Tentu saja, Yang Mulia."

"Bagaiamana caranya?"

"Entahlah." Wu Li Mei menggeleng, "Aku masih belum memikirkannya."

Kaisar memeluk sang selir dari belakang, menyandarkan dagunya pada bahu Wu Li Mei. "Aku akan membantumu."

Wu Li Mei sontak menoleh, netranya langsung bertemu iris hitam kelam Kaisar Zhou. "Bagaimana caranya?" tanya Wu Li Mei.

Kaisar Zhou membisikkan sebuah rencana untuk membalas perbuatan Permaisuri Yang di telinga sang selir, akan sangat menguntungkan jika Wu Li Mei bergabung dipihaknya. Mengingat wanita itu punya banyak kuasa.

Satu hal yang sering membuat Wu Li Mei risih adalah tangan Kaisar Zhou yang tidak bisa diam. Tangan nakal itu meraba seluruh tubuhnya, membuat wanita itu kesulitan berkonsentrasi atas rencananya.

"Tapi," Kaisar Zhou menjeda kalimatnya. Ia menyusuri telinga Wu Li Mei dan berbisik sensual, "Kau harus membayar mahal untuk rencana itu."

Mengerti arti dari ucapan itu, Wu Li Mei segera melepaskan lilitan tangan kaisar di pinggangnya. Sialnya, Kaisar Zhou jauh lebih kuat. Pria itu mencumbu lehernya sambil meremas dada sang selir dari balik hanfu, "Tidak, jangan disini." tolak Wu Li Mei.

"Aku mohon, aku tidak ingin anak-anak melihat kita."

Kaisar Zhou tersenyum tipis, "Sayangnya, aku tidak peduli." pria itu mendekat, untuk mencium bibir Wu Li Mei.

"Tapi, aku peduli." tolak sang selir, ia menahan bahu Kaisar Zhou sekuat tenaga. "Aku akan menunggumu di paviliunku, malam nanti."

Malam nanti, sungguh penawaran yang menarik. Mengingat hari sudah beranjak senja, menunggu hingga malam nanti tak menjadi masalah. Kaisar Zhou melirik ke arah jendela, matahari sudah tenggelam. "Baiklah, tapi kau harus membayar dua kali lipat."

"Dua kali lipat? Apa maksudmu?" Wu Li Mei menatap tak percaya pada Kaisar Zhou.

"Kau harus menciu----"

"Tolongg!! Tolong!!"

Suara rintihan seorang gadis kecil terdengar, siapa lagi jika bukan Zhou Fang Yin. Wu Li Mei dan Kaisar Zhou segera menghampiri sang putri yang masih tertidur, tapi peluh membanjiri kening dan lehernya. Zhou Fang Yin mengigau dalam tidurnya, tangannya bergerak seolah sedang menyibak air.

"Tolong....selamatkan aku."

"Tolongg..ibu...selamatkan aku."

Wu Li Mei mengguncang bahu sang putri kasar, ia mencubit lengan Zhou Fang Yin untuk mengembalikan kesadarannya.

Zhou Fang Yin membuka mata, ia langsung terduduk dengan napas tersengal. Kepalanya pusing hingga rasanya ingin pecah, mimpi itu datang lagi, mimpi dimana ia tenggelam dan tak seorang pun datang menolong.

"Sayang, kau tak apa?" Wu Li Mei membelai wajah pucat sang putri, dayang pendamping Zhou Fang Yin langsung memberikan secangkir air untuk menenangkan sang putri.

Dayang dan beberapa pengawal yang berjaga segera masuk setelah mendengar keributan, mereka khawatir terjadi sesuatu pada sang putri. Kaisar memang menugaskan banyak dayang dan pengawal di paviliun putri mahkota, mengingat Zhou Fang Yin sering bermimpi buruk.

"Ibu?"

"Iya, ibu disini nak." Wu Li Mei duduk di ranjang sang putri, ia terus mengusap punggung kecil itu agar tenang.

"Aku takut, bu. Aku sangat takut, aku tenggelam dan tidak ada seorang pun yang menyelamatkanku." racau Zhou Fang Yin, air mata sudah membanjiri pipi pucatnya. Gadis kecil itu mencengkeram lengan hanfu Wu Li Mei.

Wu Li Mei segera merengkuh sang putri, mendekapnya dengan pelukan hangat. "Jangan takut, ibu ada disini."

Wu Li Mei sudah menduga ini akan terjadi, beberapa kasus trauma pasca tenggelam sangat sering terjadi. Dulu, Risa pernah menjalin asmara dengan seorang dokter psikiatri, dan ia banyak tahu tentang kejiwaan karena membaca jurnal milik sang mantan kekasih.

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

kaisar apaan lu , itu bini lu , klo dia jahat lu gk bs hukum dia , malah nyuruh selir , dah gt minta imbalan , lu kaisar gk ada kuasa ny sama sekali , preett , anak lu itu yg di jahatin bkn org laen , oon isshh

2024-09-15

3

Susilawati

Susilawati

menurut ku kaisar nya bodoh dan egois, masa utk membantu selir agung agar dpt membalas perbuatan permaisuri pakai acara minta imbalan segala. bukan nya itu memang tugas seorang kaisar utk mencari dan menegak kan keadilan terlebih lagi dia juga seorang ayah. bahkan di saat anaknya sedang sakit perlu perhatian dia malah memikirkan kesenangan nya sendiri, benar2 seorang ayah dan kaisar yg egois.

2024-02-04

3

Nur

Nur

smangatt

2021-11-13

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!