Percaya

Zhou Ming Hao merintih pelan, merasakan ngilu di tulang keringnya, saat sang ibu mengganti balok kayu yang menahan kakinya untuk bergerak. Sang putra mahkota pun tak terlalu memperhatikan apa yang Wu Li Mei lakukan, ia sibuk menggigit bibirnya menahan nyeri.

"Bertahanlah Xiao Ming, ini akan terasa lebih menyakitkan jika kau terus bergerak gelisah." ujar Wu Li Mei.

Setelah insiden yang menimpa sang putra sepekan yang lalu, wanita itu segera menyiapkan bidai baru yang lebih manusiawi sehingga tidak menyakiti sang anak. Wu Li Mei juga menyiapkan banyak kain sebagai mitela atau pembalut luka. Untuk pengobatan patah tulang sendiri, ia tidak banyak melakukan apapun.

Wu Li Mei tidak melihat adanya luka fisik, hanya lebam di tengah tulang kering Zhou Ming Hao. Tabib Zhong sudah mengoleskan tumbukan daun dengan bau menyengat, mungkin itu semacam analgesik di era modern.

Untuk mengganti bidai, Wu Li Mei melakukannya sendiri. Ia tidak mengizinkan para tabib sembarangan menyentuh kaki Zhou Ming Hao. Mengingat mereka bahkan tidak mempunyai peralatan patah tulang, Wu Li Mei yakin bahwa mereka juga tidak mengerti cara kerja bidai. Sepertinya jiwa Marissa merasuk pada Wu Li Mei adalah untuk memperbaiki tatanan dalam dunia kesehatan di negeri antah-berantah ini. Wanita itu tidak habis pikir dengan Jessica, mengapa ia harus membuat novel dengan latar masa lalu, disaat semua kemajuan dalam bidang kesehatan belum banyak ditemukan. Masyarakat masih setia pada pengobatan herbal, bahkan beberapa dari mereka lebih percaya pada orang pintar atau, sebut saja dukun.

"Apa ada keluhan lain?" tanya Wu Li Mei.

Zhou Ming Hao bingung, "Maksud, Ibu?"

"Apa kau merasakan sakit berlebih di kaki yang patah?"

Zhou Ming Hao menggeleng, "Hari ini tidak lebih sakit dari beberapa hari lalu. Kurasa, memakai balok kayu ini membuat kakiku menjadi lebih baik."

Wu Li Mei mengangguk paham, "Apa Tabib Zhong sudah memberimu obat lagi?"

"Belum."

"Baiklah, Ibu akan meninggalkanmu untuk beristirahat."

Wu Li Mei mengemasi barang-barangnya, dibantu oleh Dayang Yi dan seorang tabib muda, bernama Yong Luo, yang berjaga di kamar Zhou Ming Hao. Tabib itu adalah orang kepercayaan Wu Li Mei, wanita itu menjadi sangat waspada dan teliti pada orang-orang yang berinteraksi langsung dengan sang putra.

"Bu?" panggil Zhou Ming Hao.

"Kau harus segera memakan makananmu." ujar Wu Li Mei, melihat hidangan sang putra mahkota yang tak tersentuh.

Ming Hao menghela napas pelan, "Bolehkah kita bicara?"

Wu Li Mei menghentikan langkahnya, ia memberi kode lewat tatapan mata kepada para pelayan, agar meninggalkan mereka berdua.

Selama hampir dua pekan, sejak pertemuan mereka di pasar dan pertengkaran kecil di kebun istana. Zhou Ming Hao terus saja bersikap dingin pada sang ibu, ia enggan bicara jika tidak ditanya, dan selalu menghindari bertatapan mata.

Wu Li Mei tidak ambil pusing dengan sang putra, menurutnya wajar saja jika ia berpikir demikian. Mengingat perangai sang ibu sebelumnya, siapapun pasti akan menaruh curiga. Wu Li Mei berjalan pelan menuju ranjang sang putra mahkota, wanita itu duduk dengan tenang di kursi rotan.

"Katakan." suruhnya. Tapi Zhou Ming Hao enggan membuka suara, anak itu terus menunduk.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya sang selir lagi.

Hening, Zhou Ming Hao masih diam.

"Baiklah, ku pikir tidak ada yang ingin kau katakan, jadi aku akan per---"

"Aku minta maaf." sela sang putra mahkota cepat, ia mendongak menatap sang ibu yang tengah berdiri sambil menatapnya. "Aku minta maaf atas sikap burukku, Ibu." ujarnya tulus.

Wu Li Mei hanya diam, menunggu apa yang akan sang putra katakan lagi.

"Awalnya aku tidak bisa percaya jika kau menunjukkan rasa sayangmu, karena biasanya kau tidak menunjukkannya."

"Aku senang, aku bahagia." Zhou Ming Hao menatap penuh kesungguhan pada sang ibu. "Tapi, aku juga takut."

"Aku takut Ibu Permaisuri akan menyiksaku jika aku ketahuan berinteraksi denganmu." cicitnya pelan.

Zhou Ming Hao menunduk, mengedipkan kelopak mata berkali-kali agar air matanya tidak jatuh. Jika tempo hari ia bisa berlari menjauh dari kebun istana, kali ini ia hanya bisa duduk di ranjang. "Maafkan aku karena tidak mempercayaimu, maafkan aku karena meragukanmu."

Zhou Ming Hao mulai merubah pikiran buruknya pada sang ibu sejak insiden itu. Wu Li Mei terang-terangan menunjukkan kasih sayangnya, dan ia merasa tersentuh. Selama sepekan ini, tak satu hari pun sang selir tidak mengunjunginya. Di hari pertama dan kedua, Wu Li Mei sampai menginap karena Zhou Ming Hao terus merengek dan merintih kesakitan. Sang putra mahkota juga tidak mau makan, alhasil, Wu Li Mei harus kembali turun tangan.

"Aku tidak peduli."

Zhou Ming Hao mendongak, dengan air mata yang tak terbendung. Terlebih saat Wu Li Mei menatapnya datar, ada rasa perih di hati kecilnya.

"Aku tidak peduli jika kau tidak mempercayaiku." ujar Wu Li Mei, wanita itu mendekat dan menangkup pipi sang putra, menghapus air mata yang mengalir deras. "Aku menyayangimu dengan ketulusan, dan aku tidak membutuhkan kepercayaan atau pun balasan."

"Jika kau tidak ingin mempercayaiku, itu tidak menjadi masalah."

"Apapun yang terjadi, Ibu tetap menyayangimu." pungkas Wu Li Mei.

Zhou Ming Hao tidak dapat menahan isak tangisnya lagi, anak itu segera menenggelamkan wajahnya di pelukan hangat Wu Li Mei. Ia menangis sejadi-jadinya diiringi usapan pelan di punggungnya.

...****************...

"Apa yang sedang kau lihat, Zhou Fang Yin?"

Sang putri mahkota tersentak, ia segera menoleh dan menunduk. Menahan malu karena ketahuan mengintip dari balik pohon.

"Salam, Ibu Permaisuri."

"Bangkitlah." titah Yang Jia Li.

Yang Jia Li mendekat, turut mengintip dari balik pohon. Wanita dengan hanfu coklat itu menyeringai melihat pemandangan jauh di hadapannya. Disana, di seberang danau yang indah dekat aula barat. Wu Li Mei tengah asik memetik bunga lavender bersama putri angkatnya, Zhou Xie Ling. Disana juga ada Zhou Ming Hao yang tengah duduk di paviliun karena kakinya belum sepenuhnya sembuh.

Terbesit sebuah ide licik di kepala sang permaisuri, wanita itu tersenyum miring ke arah Zhou Fang Yin.

"Oh, rupanya selir agung lebih menyayangi kakakmu ya." ujarnya.

Zhou Fang Yin mendongak, menatap permaisuri penuh tanya.

"Ah ya, setelah insiden di perayaan, kurasa Wu Li Mei lebih memperhatikan Zhou Ming Hao." lanjutnya, wanita itu mendekat ke arah sang putri. "Sepertinya, Wu Li Mei tidak menyayangimu?"

"Maksud, Ibu Permaisuri?"

Yang Jia Li mengendikkan bahu, ia menunjuk ke seberang danau. "Kurasa selir agung tidak membutuhkan seorang putri lagi, dia sangat mengasihi Zhou Xie Ling."

Zhou Fang Yin menghela napas berat, menunduk dengan tatapan sayu. Apa yang dikatakan oleh permaisuri benar-benar mempengaruhinya.

"Semua ibu pasti menyayangi anak-anaknya." sanggahnya.

"Oh ya?" Yang Jia Li tersenyum remeh, "Kurasa dia tidak menyayangimu, dia tidak memperhatikanmu sedikit pun, dia... tidak menganggapmu..... ada." tekannya di akhir kalimat.

Zhou Fang Yin menggeleng, berusaha mengusir pikiran buruk tentang Wu Li Mei.

"Yaa, lagi pula apa yang bisa ia banggakan darimu. Jelas dia lebih memilih putra mahkota, bukan?"

"Mengapa ibu berbicara sejahat itu?"

"Tidak... tidak... aku tidak jahat." sanggah Yang Jia Li. "Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran, Zhou Fang Yin."

Zhou Fang Yin mengusap air matanya, ia menjadi sangat cengeng jika menyangkut sang ibu. Permaisuri Yang Jia Li dengan sengaja menabur kebencian dalah hati Fang Yin, karena ia tahu, seberapa putri kecil itu menyayangi Wu Li Mei dan mengharap kasihnya.

"Apakah ini terasa adil bagimu, putri?"

"Maksud, Ibu?"

"Wu Li Mei lebih menyayangi anak penyakitan itu daripada kau, putri kandungnya sendiri." Yang Jia Li meraih bahu sang putri dan mengarahkan ke seberang danau. "Kau yang seharusnya berada disana, bukan?" Permaisuri Yang berbisik tepat di telingan kanan Zhou Fang Yin.

Yang Jia Li tersenyum puas saat putri kecil itu berhasil ia manipulasi.

"Tidak!" tolak Zhou Fang Yin. "Tidak, Ibu Selir tidak seperti yang anda katakan."

"Kau masih belum sadar juga ya?"

"Ibu Selir juga menyayangiku." putri mahkota mengepalkan tangannya kuat-kuat, sambil menahan sesak dan air mata yang berlomba untuk keluar. "Anda, salah, Ibu Selir tidak seper---."

"Yang Mulia Kaisar Zhou, datang!"

Zhou Fang Yin dan Permaisuri Yang dibuat menatap ke satu arah, saat rombongan kaisar memasuki kawasan aula barat. Kaisar Zhou tampak sangat gagah dengan hanfu bermotif gagak berwarna hitam, wajahnya tampak cerah saat berhadapan dengan Wu Li Mei.

"Kurasa aku melewatkan kegiatan yang menyenangkan." ujar Kaisar Zhou.

"Salam, Yang Mulia. Semoga kaisar hidup seribu tahun." salam Wu Li Mei, Ming Hao dan Xie Ling ikut menunduk.

"Bangkitlah."

Kaisar Zhou menatap sang putra, "Apa kau sudah sembuh, putra mahkota."

Zhou Ming Hao mengangguk, "Sudah lebih baik, Yang Mulia. Ibu membuatkanku tongkat untuk berjalan, ini sangat membantu."

"Wah, benarkan, itu sangat bagus."

"Ibu juga memetik beberapa bunga lavender, Yang Mulia." tambah Zhou Xie Ling, sambil menunjukkan keranjang bunga berisi beberapa tangkai lavender. "Ibu akan menyimpannya di wadah kaca, Yang Mulia. bisa mengambil beberapa. Benarkan, bu?"

Wu Li Mei tersenyum, melihat tingkah jenaka sang putri. "Tentu."

"Kasim Hong!" panggil Kaisar Zhou.

Kasim Hong segera berlari mendekat, "Ya, Yang Mulia?"

"Kau bisa kembali, aku ingin menghabiskan hari bersama selir agung disini." ujarnya, Kaisar Zhou mengedipkan sebelah matanya pada Wu Li Mei. Wanita itu hanya bisa tersenyum.

Rombongan kaisar undur diri, mereka menyisakan separuhnya untuk berjaga di aula barat.

"Pergilah." Yang Jia Li mendorong bahu Zhou Fang Yin ke arah danau untuk melampiaskan rasa kesalnya. "Lihatlah, keluarga bahagia itu." tunjuknya.

"Buktikan jika kau bagian dari mereka!"

Zhou Fang Yin panik, jaraknya dengan pinggiran danau hanya tinggal selangkah. "Ibu, hentikan! Aku bisa jatuh." ujarnya.

"Ibu, tolonglah!" Zhou Fang Yin meronta ingin lepas.

"Ibu!"

"AAAAAAAAAAAAAAAAARGH!!!!"

"ZHOU FANG YIN!"

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

permaisuri minta di lempar ke antartika

2024-03-16

1

X'tine

X'tine

jahat bangett nie permaisuri 😡😡😡 nanti aku balas baru tau rasa... mampus loe kena penggal kepala loe permaisuri..

2024-02-04

0

Susilawati

Susilawati

ku rasa kaisar nya nggak tegas dan bodoh, mulai dari tragedi selir agung jatuh ke danau, tragedi putra mahkota masa nggak di selidiki sedikit pun.. sekarang putri mahkota yg celaka, apa kaisar akan terus2an diam aja. atau jgn2 dia udah tahu pelakunya tapi takut sama permaisuri.

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!