Hari perayaan

Istana bersuka-cita, pesta panen tahunan akhirnya diselenggarakan. Penduduk sudah menduga bahwa panen tahun ini tidak ada perayaan mengingat negeri timur yang mengalami kekeringan di awal musim tanam. Negeri timur pun terlambat menanam hingga mereka hanya mendapat hasil yang sedikit dibandingkan tahun lalu. Tapi, penduduk negeri timur merasa itu sudah lebih dari cukup. Sehingga perwakilan negeri itu meminta pada kaisar untuk tetap merayakan panen seperti tahun-tahun sebelumnya.

Dan, Kaisar Zhou menyanggupinya. Pagi ini di istana, sebagai serangkaian acara yang akan terselenggara, salah satunya adalah pertarungan prajurit muda terbaik. Pertarungan ini hanya dengan tangan kosong, dan tanpa senjata apapun. Pemenangnya akan mendapatkan banyak keping logam dan jabatan di prajurit kekaisaran.

"Mari kita mulai pertarungan prajurit terbaik."

Gong dibunyikan bersahut-sahutan setelah Kaisar Zhou memukul Gong terbesar. Ini juga menjadi tanda perayaan panen tahunan resmi digelar selama seminggu ke depan. Pihak kekaisaran akan membagikan beberapa hasil panen pada penduduk miskin di berbagai penjuru negeri, itulah mengapa rakyat Dinasti ini begitu antusias.

"Bagaimana, paman?"

Pria paruh baya yang dipanggil paman itu menoleh, "Sudah siap, Yang Mulia."

"Anda diurutan ke lima." tambahnya.

"Baik, paman. Kalau begitu aku akan bersiap."

"Tapi, Yang Mulia." tahan pria tua itu. "Bagaimana kalau kaisar tahu."

"Kaisar tidak akan tahu kalau kau tidak. membagi informasi." orang yang dipanggil Yang Mulia itu memberikan beberapa keping logam pada pria itu, setelahnya ia pergi entah kemana.

Pertandingan pertama, kedua, dan ketiga berlangsung cukup mudah. Karena para prajurit muda memiliki ketimpangan keahlian bertarung. Kaisar Zhou bertepuk tangan ketika pertandingan keempat dimenangkan oleh prajurit berbaju kuning.

"Sudah ku duga dia pemenangnya." Ibu Suri berbisik pada kaisar.

"Ya, Ibu." balas kaisar.

Ibu Suri mengedarkan pandangannya, Permaisuri Yang Jia Li tampil mempesona dengan hanfu semerah darah, ketiga selir memakai hanfu sederhana dan, "Dimana, Mei Mei?" tanya Ibu Suri.

Kaisar Zhou menoleh, "Tadi, selir agung berada di sisi kiri permaisuri."

"Kemana ia sekarang?"

Panglima Hao membisikkan sesuatu di telinga kaisar.

"Kau yakin?"

Panglima Hao mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Baju biru." balas Panglima Hao.

"Ada apa?"

"Tidak Ibu." Kaisar Zhou menggeleng, "Aku rasa Mei-er sedang tidak enak badan saja."

Ibu Suri mengangguk, "Kalau begitu aku harus mengunjunginya."

Kaisar gelagapan karena berbohong tentang Wu Li Mei, pria itu menggeleng tegas. "Sebaiknya tidak perlu, ia akan kembali sebentar lagi. Sekarang biarkan dia istirahat dulu."

"Salam, Yang Mulia. Semoga Kaisar hidup. seribu tahun."

Kaisar menatap ke arena pertarungan, dua orang pemuda memberi hormat padanya.

"Bangkitlah." titah Kaisar Zhou. Kaisar menyipitkan matanya, guna melihat dua pemuda itu. Satu berbaju biru, dan satu lagi berbaju hijau. Kaisar tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup cadar.

Seperti itulah aturan dalam pertarungan ini, pesertanya harus memakai cadar agar tidak terjadi kecurangan. Atau justru sebaliknya.

Kaisar mengamati dengan teliti pemuda berbaju biru, pemuda itu berulang kali melayangkan pukulan pada pemuda baju hijau. Ia melompat dan menendang rahang musuhnya dengan tendangan salto.

"Baju biru itu pemenangnya." celetuk Ibu Suri, ia meletakkan cangkir teh melatinya dan mengamati pertarungan. "Dia unggul."

"Kita masih belum tahu pasti." jawab kaisar. "Masih ada peluang dia kalah."

Pertarungan berlangsung sengit, kedua kubu sama-sama kuat dan sama-sama terluka. Baju hijau berlari maju, memberikan tiga pukulan yang masih sanggup ditangkis. Baju biru terlihat kualahan, tapi jangan remehkan ketahanannya. Dia menangkap tangan baju hijau yang hendak memberikan bogem mentah kembali, melintir ke belakang hingga terdengar bunyi retakan.

Baju hijau tak tinggal diam, ia menjegal kaki baju biru sebagai upaya terakhirnya. Baju biru berhasil tumbang, tapi ia cepat bangki dan memanfaatkan keadaan lawannya yang sudah cedera. Ia melompat dan berputar untuk tendangan salto, memberikan satu bogem mentah terakhirnya.

Darah mengucur di sudut bibir pemuda baju hijau, ia tumbang saat itu juga. Wasit menghitung sampai lima dan ia tak kunjung bangun.

...****************...

Permaisuri Yang Jia Li meminum tehnya dengan gusar, wanita cantik itu memainkan cangkir tehnya sambil melirik tajam ke arena.

Permaisuri melepas satu tusuk kondenya sebagai tanda, dan pengikutnya yang berada di seberang segera melaksanakan tugas.

"Satu!"

"Dua!"

"Tiga!"

"Empat!" Wasit pertarungan menghitung, tapi pemuda baju hijau tidak kunjung bangkit.

Permaisuri Yang Jia Li menoleh ke sisi kiri, dimana Wu Li Mei baru saja bergabung. "Darimana saja Mei Mei?" tanyanya.

"Putri Zhou Xie Ling mendadak tidak sadarkan diri, jadi saya pergi untuk melihatnya."

"Ah, anak penyakitan itu." Permaisuri Yang tersenyum culas. "Lalu, bagaimana keadaannya sekarang."

"Dia sudah baik-baik saja." jawab Wu Li Mei dingin. "Oh, ku harap aku tidak tertinggal sesuatu yang menarik."

Permaisuri Yang tersenyum miring, "Sesuatu yang menarik akan segera dimulai.

"Apa?" tanya Wu Li Mei. "Apa anda mengatakan sesuatu?"

"Tidak." Yang Jia Li menggeleng, "Tidak, aku tidak mengatakan sesuatu."

"AWAS!!!!" seseorang memekik di tengah arena pertarungan, sesaat setelah wasit mengangkat tangan pemuda baju biru tanda kemenangan.

Pilar pembatas arena pertarungan mendadak roboh, karena antara satu pilar dengan pilar lainnya saling terhubung. Keempat pilar ia tumbang bersamaan, para peserta dan penonton yang berada di dekat pilar berhamburan menyelamatkan diri.

Tapi tidak untuk wasit dan pemuda baju biru yang keluar sebagai pemenang. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri karena pilar itu tumbang dengan cepat, beruntung pemuda itu tidak tertimpa pilan besar secara utuh, hanya betis kanannya. Pemuda itu jatuh di tengah arena, cadarnya terlepas dan ia menjerit kuat merasakan sakit luar biasa di betisnya.

"Zhou Ming Hao!" teriak Ibu Suri.

Waktu seolah berhenti bagi Wu Li Mei, wanita berhanfu biru itu terhenyak sepersekian menit. Pikirannya bercampur melihat tragedi yang berlangsung sangat cepat.

Wu Li Mei mengangkat hanfunya tinggi-tinggi, wanita itu berlari menghampiri sang putra tanpa menghiraukan Ibu Suri dan orang-orang yang memanggil namanya.

Wu Li Mei sampai di arena, dan semua orang yang ingin menyelamatkan pangeran berhenti saat itu juga. Wanita itu menghampiri sang putra bersama dengan Zhou Fang Yin.

"Xiao Ming?" panggilnya, wanita itu membelai pipi Zhou Ming Hao yang kesakitan.

"Ibu!" Zhou Ming Hao meremas lengan hanfu sang ibu untuk menyalurkan rasa sakit. "Ini sakit sekali, Bu. Kakiku."

"Bertahanlah sayang."

Wu Li Mei menggulung lengan hanfunya, mencari posisinya yang nyaman untuk Zhou Ming Hao tanpa memindahkan betis kanannya.

Wu Li Mei melepaskan sepatu Zhou Ming Hao perlahan, menyobek celana yang tengah dikenakannya. Tidak ada luka fisik yang terlihat, Wu Li Mei menempelkan telinganya pada tulang kering sang putra. Terdengar suara berderik dari dalamnya, tidak salah lagi. Faktur Tibia, Zhou Ming Hao diduga mengalami patah tulang pada tulang kering kaki kanannya. Tidak ada luka fisik yang terlihat, Wu Li Mei menduga ini hanya retak.

Wu Li Mei memanggil beberapa tabib yang menjaga pertarungan, "Apa kau membawa kotak P3K?"

"Maaf, Yang Mulia. Apa itu P3K? Apa sejenis obat?"

Li Mei menghembuskan napas berat, "Turunkan tasmu!" titahnya.

Wu Li Mei mengobrak-abrik isi tas yang dibawa tabib. Dan ia tak menemukan apa yang ia cara, bahkan bidai dan mitela saja tidak ia temukan, hanya ada kain kecil dan obat herbal.

Wu Li Mei menyobek bagian bawah hanfu yang ia kenakan. Wanita itu segera membalut tulang kering Zhou Ming Hao. "Carikan aku bidai, dan tandu."

"Bidai?" tanya tabib itu lagi. "Maksud, Yang Mulia?"

Wu Li Mei menatap para tabib frustasi, "Carikan aku dua bilang papan yang panjang," wanita itu merentangkan kedua tangannya. "Dan lebarnya." Ia lalu menunjukkan lebar bidai dengan jengkalnya.

"Baik, Yang Mulia." Kedua tabib itu segera mencari balok kayu di sekitar arena bertarung. Mereka menemukan papan dari kayu dan membelahnya menjadi dua.

"Ini, Yang Mulia."

"Terima kasih." jawab Wu Li Mei. Ia kembali merobek hanfunya dan membalutnya pada kaki Zhou Ming Hao.

Para tabib tak tinggal diam, mereka meletakkan balok kayu itu di kedua sisi kaki sang putra mahkota, sesuai arahan Wu Li Mei. Zhou Fang Yin pun turut menyobek hanfunya dan memberikannya pada sang ibu.

"Terima kasih sayang." ujar Wu Li Mei pada Putri Zhou Fang Yin.

"Sama-sama, Ibu." Zhou Fang Yin ingin menangis saat Wu Li Mei menyempatkan diri mengusap puncak kepalanya. Tapi mengingat keadaan sang kakak yang terus merintih, membuatnya kembali fokus.

"Ibuuu." rintih Zhou Ming Hao. "Ini sakit, bu."

"Tenanglah sayang, ini tidak akan sakit lagi." jawab Wu Li Mei.

Sang Selir Agung membalut bidai pada kaki Zhou Ming Hao dari pinggang hingga mata kaki, memastikan kaki sang pangeran tidak bergerak sedikitpun.

Banyak orang yang menyaksikannya dibuat melongo dengan Wu Li Mei, sejujurnya mereka tidak tahu apa yang sedang sang selir kerjakan. Tapi dari caranya memberikan pertolongan pada sang putra mahkota, membuat orang-orang kagum sekaligus tersentuh.

"Tabib, mari pindahkan putra mahkota ke tandu, tolong lakukan dengan hati-hati." titah Wu Li Mei.

"Bawa dia kembali ke paviliunnya, dan pindahkan dengan hati-hati."

Wu Li Mei bernapas lega saat para tabib membawakan tandu yang tepat kali ini. Ia menghampiri Zhou Ming Hao sebelum dibawa pergi oleh tabib, "Apa masih terasa sangat sakit?" tanyanya. Tangan wanita itu mengusap peluh yang membanjiri dahi sang putra mahkota.

Zhou Ming Hao menggeleng pelan, "Sedikit lebih baik, bu."

"Kau tunggulah di paviliunmu, ibu akan kembali membawa racikan herbal." ujar Wu Li Mei.

Para tabib segera membawa putra mahkota kembali ke kediamannya, diikuti banyak penjaga dan dayang lainnya. Wu Li Mei berbalik, ia menyadari tatapan semua orang mengarah padanya.

"Kerja bagus, sayang." Wu Li Mei merangkul bahu Zhou Fang Yin tanpa mempedulikan tatapan orang-orang padanya.

"Terima kasih, ibu." Zhou Fang Yin memberanikan diri untuk memeluk tubuh ramping Wu Li Mei.

Tak ada balasan, sang putri segera melepaskan pelukannya. "Kembalilah ke paviliunmu, bersihkan tubuhmu dan istirahat."

"Baik, bu."

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

permaisuri jluk dikirim sentot iki

2024-04-01

1

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

kok enggak di balas sih pelukan anaknya..

2024-03-01

0

X'tine

X'tine

💚💚💚💚💚💚

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!