Jalan-jalan

"Yang Mulia."

"Ya, Dayang Yi." jawab Wu Li Mei.

"Apa yang anda.......lakukan." tanya Dayang Yi, melihat sang junjungan sudah bersiap dengan beberapa alat di tangannya.

Wu Li Mei tersenyum cerah, "Apalagi menurutmu?"

"Tapi, taman mana lagi yang akan anda kerjakan kali ini? Semua taman di paviliun anda dan paviliun putri sudah sangat indah. Biar para penjaga saja yang mengurusnya." ujar Dayang Yi. "Saya khawatir anda akan jatuh sakit jika terlalu memaksakan diri."

Wu Li Mei memutar bola matanya, "Kau tenang saja, justru aku akan jatuh sakit jika tidak melakukan apapun."

"Tapi, Yang Mulia. Anda baru saja pulih."

"Kau benar!" sang selir menjentikkan jarinya. "Karena aku baru pulih, maka aku perlu mengembalikan stamina bukan." Wu Li Mei mengepalkan tangannya ke udara.

Wu Li Mei mengangguk-angguk, tubuh ini sangat loyo sekalipun sangat cantik. Ketahanannya tak bisa dibanggakan, baru beberapa kali saja dia sudah sangat kelelahan. Kali ini Wu Li Mei harus menambah stamina, ia tidak bisa terus menerus kalah dari sang Kaisar.

"Lain kali, akan ku buat dia yang lebih dulu menyerah." gumam Wu Li Mei.

Para dayang hanya diam melihat tingkah aneh sang selir akhir-akhir ini, seperti sekarang, Wu Li Mei malah sibuk berbicara dengan dirinya sendiri. Beberapa kosakata bahwa tak para dayang ketahui maknanya.

Wu Li Mei tak punya pekerjaan apapun disini, selain melayani Kaisar Zhou dan mengurus pengobatan Xiao Ling. Jiwa dokter Risa perlahan meronta meminta kesibukan, dan yang ia lakukan hanya berkebun dan berkebun.

Wu Li Mei meletakkan peralatan berkebun di tangannya. Sang selir menghela napas jengah, "Lalu, apa yang bisa kulakukan? Aku tak punya kesibukan apapun disini. Oh! Aku merindukan pasien kecilku dan hiruk pikuk rumah sakit." keluhnya.

"Pas...pasien? Maksud anda?"

"Lupakan, Dayang Yi." balas Wu Li Mei, wanita itu duduk menopang dagu di pelataran paviliun selir agung.

Dayang Yi dan beberapa dayang lainnya saling tatap, bagi mereka, memang seperti inilah tugas seorang selir. Hanya bersolek dan melayani kaisar, tapi sepertinya Wu Li Mei ingin pekerjaan lain.

Hari ini adalah penghujung minggu, keluarga kekaisaran boleh pergi kemana pun yang mereka mau. Dayang Yi tersenyum cerah saat sebuah ide terbesit di otaknya.

"Yang Mulia, ada sesuatu yang bisa anda lakukan di penghujung minggu."

"Apa?"

Dayang Yi membisikkan beberapa kalimat di telinga Wu Li Mei, sang selir menanggapinya dengan baik.

"Apa hal semacam itu diperbolehkan?"

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Penghujung minggu biasanya keluarga kekaisaran boleh pergi kemana pun."

Wu Li Mei tersenyum cerah, ia bangkit dan menghapiri para dayang. "Aku ingin pergi ke.......pasar."

...****************...

Pasar adalah pilihan yang tepat, Wu Li Mei dapat merasakan kehidupan disini. Jauh lebih hidup dan sibuk daripada istana. Banyak orang berlalu-lalang, saling menjual dan membeli, serta banyak hanfu dan tusuk konde yang sangat menyilaukan mata.

"Dayang Yi." panggil Wu Li Mei lirih. Ia pergi tanpa pengawal dan para dayang, hanya bersama Dayang Yi dan dayang kecil bernama Lu Yan.

Dayang Yi mendekat, "Ya, Yang Mulia."

"Kau membawakan yang ku minta?"

Dayang Yi mengangguk, ia menyerahkan sebuah kantung kecil pada Wu Li Mei.

"Terima kasih." ucap Wu Li Mei, wanita istana itu menerima beberapa keping uang logam yang dimasukkan ke dalam kantung. Ia lalu menyimpannya di saku hanfunya. Kali ini Wu Li Mei memilih hanfu berwarna jingga sederhana, dengan satu tusuk konde berbentuk bangau.

Wu Li Mei sibuk berkeliling, ia memilih beberapa potong hanfu dan tusuk konde untuknya. Wanita itu juga membelikan sepasang hanfu untuk Dayang Yi dan Lu Yan.

"Terima kasih, Yang Mulia." Lu Yan tak henti-hentinya menatap hanfu berwarna biru pemberian Wu Li Mei, Lu Yan datang ke istana sejak belia, ia berasal dari keluarga miskin di ujung negeri selatan yang gersang. Membeli sebuah hanfu, sangat tidak terbesit di benaknya. Tapi Wu Li Mei memberikan dengan sukarela.

"Sama-sama, Xiao Lu." ujar Wu Li Mei.

Wu Li Mei masih sibuk memilih helaian hanfu sutra berbagai motif.

"Dayang Yi?" panggil Wu Li Mei, "Apa aku punya hanfu berwarna ungu?" tanyanya.

Dayang Yi menggeleng, "Saya rasa tidak, Yang Mulia."

"Kalau begitu, aku beli yang ini." tunjuk Li Mei pada beberapa hanfu berwarna ungu. Pelayan toko itu segera mengambil hanfu yang dipilih Wu Li Mei, mengemasnya lalu menunggu pembayaran.

"Nyonya, ini koleksi terbaru kami." tunjuk salah seorang wanita berpenampilan mewah dengan riasan tebal. Sepertinya ia adalah pemilik toko, berulang kali ia menunjukkan beberapa hanfu indah pada Li Mei.

Wu Li Mei menggeleng, "Ku rasa sudah cukup, aku sudah membeli banyak hari ini. Lain kali saja." tolaknya.

"Baiklah, Nyonya. Terima kasih, semoga perjalanan anda menyenangkan."

"Terima kasih." ucap Wu Li Mei.

Wu Li Mei memimpin jalan untuk pergi, matanya bergerilya mencari sesuatu yang bagus untuk dibeli. Ia tak harus berhemat bukan, oh, ayolah, harta sang selir tidak akan habis untuk membeli seisi pasar.

"Yang Mulia, apa anda ingin membeli tusuk konde baru?" tawar Lu Yan.

Sang selir menghentikan langkahnya, "Haruskah?"

"Jika anda ingin membeli tusuk konde baru, toko ini tempatnya." ujar Dayang Yi. "Barang-barang yang mereka miliki sangat berkualitas, Yang Mulia."

Wu Li Mei melihat isi kantungnya, masih tersisa beberapa keping, "Baiklah kalau begitu, ayo kita lihat." sang selir berapi-api.

Pelayan toko langsung menyambut kedatangan Wu Li Mei, seorang laki-laki tua dengan kumis panjang.

"Selamat datang, Nyonya." sambutnya, melihat pakaian Wu Li Mei dan ada dua orang lagi yang mengikutinya. Pria itu berpikir Wu Li Mei pasti sangat kaya.

"Aku ingin melihat tusuk konde giok." ujarnya.

"Baiklah, lewat sini, Nyonya." Pria itu memandu Wu Li Mei untuk melihat beberapa perhiasan giok yang ia miliki.

Sepasang tusuk konde berwarna putih begitu menarik perhatian Wu Li Mei, sepasang angsa diujungnya terbang indah. Memberikan kesan elegan bagi pemakainya.

"Selera anda sangat bagus, Nyonya." puji pria pemilik toko. "Ini giok sepasang angsa dari Dinasti Hansuo, baru datang kemarin, Nyonya." jelasnya.

Wu Li Mei mengangguk-angguk, "Bukankah ini indah, Dayang Yi."

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Yang Mulia."

"Baiklah, aku mengambilnya." ujar Wu Li Mei, pria itu tersenyum cerah dan menyebutkan harganya. "Tambah dengan itu." tunjuk sang selir pada dua tusuk konde sederhana berwarna putih.

"Baik, Nyonya."

Pria pemilik toko itu memanggil pelayannya, membungkus tusuk konde milik Wu Li Mei dengan rapi.

"Yang dua ini," Wu Li Mei memberikan tusuk konde putih itu pada Dayang Yi dan Lu Yan. "Untuk kalian."

Kedua dayang itu saling tatap, tapi tak urung menerimanya. "Terima kasih, Yang Mulia." ucap keduanya.

"Sama-sama." balasnya. "Ayo kita pulang, kurasa ini cukup." balas Wu Li Mei.

...****************...

Pemuda berbaju biru melesat, melompat dan tendangannya telak mengenai pemuda baju merah. Darah segar mengucur saat pemuda itu terbatuk hebat, akibat kuatnya tendangan tadi.

Sudah babak belur, tapi pemuda baju biru belum mau menyudahi pertarungan. Ia kembali melayangkan tinju ke wajah pemuda baju merah yang sudah tak berbentuk.

Para penonton pun bersorak di sisi lapangan, melingkar membingkai area pertarungan. Pertarungan semacam ini sudah biasa dilakukan, tanpa sepengetahuan para prajurit penjaga. Pemenangnya akan mendapatkan uang hasil bertaruh beberapa orang kaya yang menyaksikannya.

"Yang Mulia, bagaimana kalau kita pergi saja." ujar Lu Yan takut.

"Tunggu dulu, Xiao Lu. Sebentar lagi pemuda biru itu menang." balas Wu Li Mei.

"Tapi ini terlalu berbahaya, Yang Mulia." sanggah Dayang Yi. Dia menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang mengenal mereka.

Wu Li Mei mengibaskan tangannya, "Sudahlah, Dayang Yi. Lagipula ini hanya sebentar." jawabnya selir agung, ia berdiri di barisan paling depan untuk menonton.

"Whoooooooooooaaahh!!!!"

"Ayoo hajar lagi!!" sorak Wu Li Mei.

Pemuda baju biru mengambil ancang-ancang, seringai tercetak diwajahnya yang tertutup kain sampai sebatas hidung dan mulut. Pemuda itu berlari dan melompat, ia berputar di udara dan kakinya menendang kepala lawannya dengan keras. Bersamaan dengan kakinya mendarat di tanah, sang lawan tumbang tak sadarkan diri.

Pemuda baju biru itu bersorak, mengepalkan kedua telapaknya tinggi-tinggi. Wasit dari pertarungan itu menghampiri pemuda berbaju biru, mengangkat tangan kanannya tinggi. Menjadi simbol kemenangan.

Semua orang bersorak sorai, menyerukan pemuda berbaju biru itu. Ia pun dengan bangga berputar-putar arena sambil melepas penutup wajahnya. Pemuda itu. melihat satu demi satu orang disana, dan terpaku pada satu titik.

Wu Li Mei pun terpaku, Dayang Yi dan Lu Yan menutup mulutnya.

"Ibu...." cicit pemuda berbaju biru itu.

"Ming Hao."

Zhou Ming Hao menggaruk lehernya, ingin kabur pun rasanya tidak akan bisa. Ia tidak pernah terpikir bahwa sang ibu akan memergokinya tengah berkelahi.

Wu Li Mei melangkah maju, tatapannya dingin dan menusuk. Bahkan hanya berjalan saja, ia sanggup membius orang-orang untuk diam.

"Zhou Ming Hao, kau berada dalam masalah." bisiknya tepat di telinga putra mahkota.

Wu Li Mei menatap sang wasit, ia menengadahkan tangan. "Dimana bayaran anak ini? Bukankah dia menang."

"Anda siapa, Nyonya?"

"Saya ibunya." jawab Wu Li Mei lantang, Zhou Ming Hao menatapnya dengan tatapan tak percaya. Sang ibu baru saja mengakuinya di hadapan semua orang, sungguh sebuah berkah.

Wasit segera memberikan beberapa keping uang logam pada Wu Li Mei. "Hanya ini? Apa kau bercanda, lihatlah anakku sampai babak belur seperti ini." ujarnya tidak terima. Wu Li Mei membingkai wajah tampan Zhou Ming Hao dengan tangannya.

"Tapi...ini taruhannya, Nyonya."

"Kau gila, pertarungan hebat dengan banyak tehnik seperti tadi hanya mendapat lima keping?!" Wu Li Mei berkacak, "Tambahkan aku lima lagi."

"Sudahlah ibu, lima saja cukup." Zhou Ming Hao menengahi tapi Wu Li Mei masih bersikeras.

"Ayo tambahkan lima lagi!"

"Tambahkan lima!"

"Aku tidak akan pergi jika kau tidak menambahkan lima lagi."

"Baik, Nyonya, baik." Wasit itu akhirnya menyerah. "Ini! Aku tambahkan lima lagi."

Wu Li Mei tersenyum senang, ia mengacak puncak kepala Zhou Ming Hao. "Anak pintar!"

"Ayo, kau pasti lapar." ujar Wu Li Mei, wanita itu berlalu setelah mengucap terima kasih pada wasit.

"Kemana, bu?"

Wu Li Mei terhenti, "Tentu saja mengisi perut."

Terpopuler

Comments

☆chika

☆chika

enak nya jadi li Mei.
datang2 udah punya ank 2.
udah remaja lagi.

2024-10-26

1

Oi Min

Oi Min

sang putra sdah bertemu ibunya.tinggal putri yg satu lagi semoga dpt kesempatan

2024-04-01

6

Susilawati

Susilawati

semoga dgn pertemuan yg tak terduga ini, bisa menyadarkan putra mahkota bahwa ibunya bukan nya tak peduli tapi Krn di halangi oleh permaisuri Yang.

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!