Ditinggal

Matahari mulai menampakkan sinarnya, semakin meninggi diiring kokok ayam jantan saling bersahutan. Kabut tebal pagi hari berangsur menghilang, digantikan sorot lembut matahari musim semi.

Wu Li Mei melenguh, mengerjap matanya berulang kali guna menyesuaikan cahaya yang masuk. Wanita itu meringis saat **** ************* terasa perih, ia mengeryit heran. Ini jelas bukan pertama kalinya wanita itu melakukan hubungan, tapi bagaimana bisa sesakit ini.

Wanita itu terduduk, ia mengerutkan kening saat tal mendapati Kaisar Zhou di sisinya. Dengan susah payah Wu Li Mei bangkit, ia meraih hanfu satinnya untuk membalut tubuh polos tanpa busana. Melihat dirinya sendiri ia jadi malu.

"Dayang Yi!"

Dayang Yi masuk bersama lima dayang lain, mereka menunduk hormat menghadap sang junjungan. Para dayang nampak menahan senyum, mencuri lihat pada Wu Li Mei.

Bagaimana tidak, selir agung itu tampak acak-acakan lebih dari biasanya.

"Emm...... Dayang Yi." Wu Li Mei menggaruk pelipisnya, bingung harus bertanya seperti apa.

"Dimana........ kai.. sar?"

"Kaisar sudah pergi sejak pagi, Yang Mulia." jawab Dayang Yi.

Wu Li Mei mengerutkan keningnya, "Bukankah ini masih pagi?"

"Kaisar harus segera pergi karena hari ini ada rapat di aula utama." jelas sang dayang. "Tapi, kaisar meninggalkan ini untuk anda."

Dayang Yi memberikan selembar kertas yang dilipat rapi kepada Wu Li Mei, surat titipan dari Kaisar Zhou sebelum pergi beberapa saat lalu.

Sang selir menerimanya dengan cepat, "Pergilah Dayang Yi, siapkan aku air untuk membasuh tubuh."

"Baik, Yang Mulia."

Selembar kertas itu dibuka perlahan, tulisan yang sangat rapi di dalamnya berhasil menyentuh hati sang selir, dalam hati wanita itu membenarkan Kaisar Zhou sebagai seorang raja yang berpendidikan tinggi. Dilihat dari tulisannya saja sudah menggambarkan segalanya.

Wu Li Mei tersenyum melihat tulisan indah itu, tapi setelah membaca isinya. Senyum itu langsung luntur.

'Terima kasih'

Sang selir membolak-balikkan lembaran kertas itu, tidak ada apapun selain tulisan itu di dalamnya.

Wu Li Mei meremas selembar kertas itu menjadi bola, lalu melemparnya ke sembarangan arah. Apa-apaan ini? Sang selir merasa kesal tentu saja. Setelah apa yang ia berikan tadi malam, yang ia dapatkan hanya ucapan terima kasih, itu pun melalui selembar kertas.

"Kurasa kaisar ingin bermain-main denganku ya."

"Oh, Li Mei, kau harusnya tidak terbuai begitu saja dengan rayuan pria itu."

"Lihatlah sekarang," Wu Li Mei asik bermonolog, ia berjalan pelan menuju cermin sambil merutuki dirinya.

Wu Li Mei mendesah pelan saat melihat cermin, pantas saja para dayang menatapnya aneh. "Lihatlah sekarang!" tunjuk wanita itu pada cermin.

"Kau tak ubahnya wanita malam di club jalan kenanga."

Club malam di jalan kenanga, salah satu tempat yang sering dikunjungi Jessy ketika wanita itu haus belaian. Risa pernah beberapa kali menginjakkan kaki di tempat terkutuk seperti itu, itu pun terpaksa karena harus menjemput Jessica yang mabuk berat.

Disana, seperti namanya, club malam yang banyak menghadirkan wanita-wanita cantik yang siap menjadi penghibur. Sebenarnya bukan hanya wanita, ada pria juga, salah satunya sudah menjadi langganan Jessy.

Setiap kali berpapasan, di leher dan dada wanita-wanita itu terdapat banyak sekali tanda merah keunguan. Sama seperti miliknya saat ini, Kaisar Zhou benar-benar gila. Apa yang harus ia lakukan dengan semua ini, membubuhkan bedak yang banyak. Percuma, ini tak akan hilang dalam hitungan jam.

"Ahh!! Sialan pria gila itu."

"Lain kali, aku harus memberinya sedikit pelajaran."

"Inikah yang dilakukan pria sejati? Meninggalkan wanita sendirian, setelah habis dimanfaatkan."

"Setidaknya, berikan aku sesuatu yang lebih berharga dari selembar kertas bertuliskan terima kasih."

...****************...

Pertemuan dengan para utusan kekaisaran berlangsung di aula utama, Ibu Suri Yang Agung turut hadir dalam pertemuan tersebut. Para utusan menunduk saat kaisar memasuki aula utama bersama Panglima Hao, mereka sudah mendengar berita tentang kaisar dan selir agung. Dilihat dari raut wajahnya yang begitu cerah dan hidup, mereka meyakini berita itu benar.

Kaisar Zhou selalu menampilkan wajah dingin tanpa ekspresi, pribadinya yang kaku, bagai batu es yang amat beku. Para petinggi kekaisaran dan yang lainnya bahkan tidak pernah mendapati sang kaisar tersenyum. Kaisar Zhou irit bicara dan terkenal kejam dan beringas membasmi musuh. Hal ini karena didikkan langsung dari sang ayah, kaisar terdahulu, yang menjadikannya prajurit terlatih di usia belia. Dibesarkan di medan pertempuran tanpa belas kasihan.

Pertemuan di aula utama pun sering kali terasa mencekam karena Kaisar Zhou selalu menciptakan suasana yang menakutkan dengan segala pertanyaan sulit dan amarahnya yang sering kali keluar.

"Apakah itu benar?" tanya Ibu Suri, pertemuan telah berakhir dan wanita itu. memutuskan untuk tinggal lebih lama.

"Apa yang ibu maksud?" Kaisar Zhou membalas dengan pertanyaan, matanya sibuk membaca laporan-laporan yang masuk ke istana.

"Kau bermalam dengan Mei Mei."

Kaisar Zhou mendongak, menatap sang ibu di hadapannya. "Ya, itu benar."

"Kau sudah berdamai dengannya?"

Kaisar Zhou tersenyum miring, "Bukahkah kalian yang berseteru?"

Ibu Suri menghela napas, "Ya, tapi itu dulu."

"Sekarang?"

"Sekarang sudah tidak." balas Ibu Suri, "Aku mendengar Mei Mei terjatuh dari danau utara dan kehilangan ingatannya."

Kaisar Zhou diam dan mendengarkan.

"Ku rasa selir licik itu benar-benar kehilangan ingatannya." sambung Ibu Suri.

"Bagaimana ibu bisa seyakin itu." Kaisar Zhou mengusap dagunya, menggulung kembalu laporan hasil panen dari negeri selatan, pria itu lebih memilih menatap sang ibu. Bagaimana pun, dari semua orang di istana ini. Sang ibu lah yang paling bijak ketika berdiskusi.

"Ini bisa saja hanya tipu muslihatnya, mengingat dia sangat licik." Kaisar Zhou menaruh curiga.

Ibu Suri tersenyum, "Kau tahu ibu punya banyak mata dan telinga di segala penjuru istana, termasuk di paviliun selir agung." tuturnya. "Ibu sudah beberapa kali berbincang dengan Mei-Mei, dan sifat serta sikap benar-benar jauh lebih baik."

"Bukankah ia tak lagi mengganggumu?" tanya Ibu Suri, "Malahan kau yang tadi malam mengganggunya."

Ibu Suri terkekeh pelan, wanita tua itu bangkit dan berjalan pergi. "Ku pikir kau sudah tak lagi tertarik pada wanita," ujarnya diambang pintu, "Ternyata aku salah."

"Jangan menutup mata pada insiden itu." ujar Ibu Suri lagi. "Kita sama-sama tahu siapa orangnya."

"Dan satu lagi." Ibu Suri kembali berbalik sebelum benar-benar melangkah pergi, "Ibu tak sabar mendengar tangisan bayi di paviliunnya selir agung."

...****************...

"Perayaan panen tahunan?"

"Iya, Yang Mulia."

Zhou Ming Hao terdiam, memainkan pedangnya ke kanan dan kiri. "Kapan?"

"Sekitar satu bulan lagi, Yang Mulia. Kaisar sudah memberikan pengumuman setelah melakukan rapat dengan para petinggi kekaisaran."

"Oh, benarkah?" Zhou Ming Hao meletakkan pedangnya ke dalam tempat penyimpanan pedang. "Apakah ada pertunjukan pedang untuk kali ini?"

Kasim pengawal sang putra mahkota mengangguk, "Sepertinya ada, Yang Mulia. Pertunjukkannya pun akan kembali diadakan di dalam istana."

Perayaan panen tahunan dilaksanakan satu bulan lagi, sebagai acara pembuka, kaisar akan memilih prajurit terbaik untuk melakukan pertunjukan pedang. Sebelum akhirnya melakukan iring-iringan keluar istana.

Sekalipun negeri timur sempat mengalami kekeringan dan gagal panen, tapi untuk panen kali ini cukup melimpah dan hasilnya bagus. Jadi, perayaan panen tahunan tetap harus dilaksanakan. Sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa yang telah memberikan keberkahan.

"Apa kau hendak menyusup lagi, Putra Mahkota."

Zhou Ming Hao tersentak, ia segera menoleh pada sang guru. "Guru, bagaimana kau..."

"Aku mengenalmu sejak belia, Zhou Ming Hao. Bagaimana bisa aku tidak bisa membedakanmu diantara segelintir prajurit itu." balas Guru Zhang.

Sang putra mahkota menunduk, "Itu hanya pertunjukan berpedang, tidak berbahaya guru."

"Pertunjukan itu memang tidak berbahaya." Guru Zhang membenarkan, Ming Hao tersenyum cerah mendengarnya. Tapi jawaban sang guru selanjutnya membuatnya murung. "....Akan menjadi berbahaya jika Permaisuri tahu."

"Tapi aku berjanji tidak akan ketahuan, Guru."

"Tidak perlu mengambil resiko, Yang Mulia." balas Guru Zhang, mencoba meyakinkan muridnya untuk tidak mengulang insiden tahun lalu. Saat perayaan panen, dan Zhou Ming Hao menyusup sebagai salah satu prajurit. Karena kurang persiapan, sang putra mahkota akhirnya ketahuan. Ia dihadiahi 100 kali hukuman cambuk oleh Permaisuri Yang Jia Li. Tapi pada akhirnya, ia hanya mendapat 25 kali hukuman cambuk karena pengaruh Wu Li Mei.

Guru Zhang mendekat pada muridnya, "Kali ini, mungkin Wu Li Mei tak akan bisa menyelamatkanmu lagi."

"Biarlah, dia tidak menyelamatkanku." ujar Zhou Ming Hao. "Lagipula apa pedulinya dia padaku."

"Kau tak mengerti, Putra Mahkota."

"Apa yang tidak aku mengerti?"

Zhou Ming Hao menghela napas berat, semua yang ia tahu adalah Wu Li Mei tidak pernah menyayanginya. Tidak ada yang benar-benar menyayanginya, termasuk Permaisuri Yang.

Zhou Ming Hao membuang napas kasar, ia tidak akan berharap dilahirkan sebagai putra mahkota jika hanya menjadi alat pemerintahan seperti ini.

Terpopuler

Comments

Cherry🍒

Cherry🍒

bangke sumpah aku ngakak hahahahha

2024-03-21

2

Susilawati

Susilawati

kasihan anak2 nya Li mei jadi salah paham sama ibu kandungnya sendiri

2024-02-04

0

Nur

Nur

makin penasaran

2021-11-13

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!