Menghabiskan malam

Wu Li Mei, sang selir agung yang jahat, kini berubah bak bidadari yang turun dari langit. Topik tentang sang selir selalu menjadi bahan perbincangan selama hampir tiga bulan lamanya. Sejak insiden itu, dan sejak jiwa Marissa merasuk ke dalam raga Wu Li Mei.

Marissa pun cukup mengagumi dirinya yang sanggup bertahan untuk waktu lama disini, di negeri antah-berantah dalam novel karangan Jessica. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, wanita itu hanya ingin hidup tenang dan panjang umur. Perlahan ia mulai menerima kehidupannya sebagai Marissa Darwanti telah berakhir, kini ia hidup kembali sebagai Selir Agung Wu Li Mei.

"Yang Mulia, apa lentera ini sudah selesai?" Wu Li Mei mengangguk, Dayang Yi mengambil sebuah lentera dari kertas berbentuk bunga peony, mengumpulkannya bersama lentera lain yang sudah selesai dibuat sang selir.

Dayang Yi mengangkat sebuah lentera berwarna jingga, "Yang satu ini indah sekali, Yang Mulia."

"Akan anda buat apa ini, Yang Mulia?" tanya dayang lainnya. Para dayang sudah semakin leluasa untuk berbincang dengan Wu Li Mei, mereka semakin akrab satu sama lain, karena sering melakukan aktivitas bersama. Seperti berkebun, memasak, dan membuat kerajinan. Para dayang sangat mensyukuri perubahan sifat dan sikap dari sang junjungan, kini Wu Li Mei lebih hangat dan periang. Bertolak-belakang dengan diri sang selir agung yang dahulu, sangat jahat tanpa belas kasihan.

"Rahasia, kalian akan tahu nanti." balas Wu Li Mei.

"Saya tidak tahu jika anda sangat terampil, Yang Mulia." puji Dayang Yi.

Wu Li Mei hanya tersenyum menanggapinya, tangannya terus saja merangkai satu demi satu bagian lentera kertas agar menjadi utuh. Sejak berpindah raga, Marissa khawatir ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan Wu Li Mei, tapi semua itu salah. Mulai dari tulisan tangan, kemampuan, dan cara tutur katanya pun sama dengan sang selir. Ini terbukti dari seberapa kreatifnya Marissa saat ini, dulu ia sangat enggan membuat sebuah kreasi karena membutuhkan ketelatenan yang tinggi. Sang dokter muda lebih suka membedah cicak ataupun kodok yang berada di sekitar rumahnya, aneh memang, tapi ia menjadi dokter bedah bukan tanpa alasan, bukan.

"Dayang Yi."

"Ya, Yang Mulia."

Wu Li Mei memberikan lentera peony terakhir yang ia buat hari ini. "Tolong isilah. pelita di dalamnya, lalu letakkan di sekitar pondok ini." titahnya.

"Aku ingin melihat pondok ini bercahaya dan indah." sambungnya.

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei beranjak turun dari pondok teratai tempat ia membuat lentera, wanita itu memeluk tubuhnya saat angin malam datang berhembus, menerbangkan helaian rambut dan hanfu kuningnya. Ia sangat menyukai udara di istana ini, bersih dan sejuk, juga pemandangan dan ketenangan yang nyaman.

Dayang Yi dan beberapa dayang lain mulai menyalakan lentera peony berwarna-warni, mereka meletakkan pelita kecil di dalamnya. Seperti lilin, tapi mampu bertahan untuk waktu yang lama.

"Wahhh, indah sekali." puji wanita itu, menatap takjub pada kolam teratai di paviliunnya yang kini bergemerlap cahaya.

Wu Li Mei melangkahkan kakinya pelan, ia memerintahkan para dayang untuk meninggalkannya sendiri. Sembari memandang indah cahaya bulan, wanita itu bersenandung kecil.

...****************...

"Ada apa ini?" tanya Kaisar Zhou, sang kaisar kebingungan saat menginjakkan kaki di paviliun Wu Li Mei dan mendapati semua dayang berada di luar paviliun utama.

Dayang Yi datang menghadap, menunduk beberapa saat. "Yang Mulia selir baru saja membuat sebuah keterampilan, Yang Mulia." jawabnya.

"Apa itu?"

"Lentera peony."

"Lalu?" tanya kaisar lagi.

"Yang Mulia Selir meminta kami untuk meninggalkannya sendiri."

Sang Kaisar mengeryit, begitu pula Kasim Hao yang berdiri tak jauh darinya. Kasim Hao menggeleng kikuk saat kaisar menatapnya dengan kerutan di dahi. "Saya tidak mengerti, Yang Mulia."

"Apa dia tahu aku akan mengunjunginya?" tanya sang kaisar pelan, Kaisar Zhou berpikir mungkin ini taktik licik Wu Li Mei selanjutnya.

Kasim Hao menggeleng, "Mustahil, Yang Mulia. Anda baru saja mengunjungi Permaisuri Yang Jia Li, dan sengaja berbelok kemari."

Kaisar Zhou mengangguk.

"Apa Wu Li Mei ada di dalam?" tanyanya. pada Dayang Yi.

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Selir Agung berada di pondok teratai dan tidak ingin diganggu siapapun." Sang dayang menyampaikan pesan dari Wu Li Mei, bahwa wanita itu ingin sendirian menikmati lentera indahnya.

"Kalau begitu aku akan masuk." putus kaisar, "Kalian bisa pergi, aku akan bermalam bersama Mei-er." ujarnya.

Kasim Hao, para dayang, dan prajurit menunduk patuh. Mereka mengerti dan mulai menutup segala akses menuju ke dalam paviliunnya, para prajurit pun berjaga dari luar.

Saat menginjakkan kaki ke dalam paviliun sang selir agung, Kaisar Zhou lagi-lagi dibuat terheran. Kemana perginya semua tirai merah dan segala ornamen kesayangan Wu Li Mei yang berwarna merah. Paviliun ini kini sudah berganti warna, terlihat lebih elegan dan nyaman.

Kaisar kembali takjub, benar kata para dayang, kolam teratai di tengah paviliun ini tampak begitu indah. Berhias banyak lentera berbentuk bunga disana, mereka sangat indah saat menyala terang oleh pelita di dalamnya.

Kaisar Zhou menenangkan langkahnya, bergerak tanpa suara menghampiri Wu Li Mei. Disini sangat hening dan tidak ada seorang pun kecuali wanita berhanfu kuning itu, tapi Wu Li Mei tidak menyadari kedatangan Kaisar Zhou. Wanita itu tetap pada posisinya, memejamkan mata sambil menikmati hembusan angin malam.

Wu Li Mei sedikit tersentak saat merasakan ada sepasang tangan melilit pinggang rampingnya, wanita itu segera membuka mata dan mengalihkan pandangannya ke bawah.

"Tidakkah angin ini menusuk tulangmu, Mei-er?"

Wu Li Mei menahan napasnya, saat dagu Kaisar Zhou bertengger di bahu kanannya.

"Yang Mulia?" cicitnya. Wanita itu merutuki dirinya yang terlihat sangat gugup saat ini.

"Mengapa kau meminta para dayangmu untuk pergi?" tanya kaisar.

"Saya..... saya ingin... sendiri." jawab Wu Li Mei terbata, posisi mereka membuat detak jantungnya semakin menggila. Merasakan sensasi pelukan hangat di punggungnya, mustahil jika wanita itu tidak menikmatinya.

Kaisar semakin mengeratkan pelukannya, mengurung tubuh sang selir dalam dekapannya. "Lalu, apa aku mengganggumu, Mei-er?"

Wu Li Mei menggeleng cepat, wanita itu tersenyum kikuk. "Tentu saja tidak, tidak masalah."

Bohong jika wanita itu tidak menikmati kehangatan yang tercipta antara keduanya. Sebagai Wu Li Mei, ia jelas sangat mendambakan hal itu, selir yang haus akan cinta itu akan sangat senang diperlakukan demikian. Tapi sebagai Risa, bolehkah ia menikmatinya? Risa jelas bukan pemilik raga ini. Munafik jika diusianya yang menginjak 28 tahun, Risa tidak pernah disentuh laki-laki.

Wu Li Mei membulatkan matanya saat Kaisar Zhou mencium pipinya, menariknya dari lamunan.

"Ada apa Mei-er? Apa yang sedang kau pikirkan?"

Wu Li Mei menoleh pada sang kaisar sambil mengerjap lucu, wanita itu mengulum bibirnya yang terasa kering. "Tidak, Yang Mulia." jawabnya lirih.

Kaisar sedikit geram dengan tingkah Wu Li Mei yang aneh, biasanya wanita itu sangat agresif dan penuh inisiatif untuk menggodanya. Tapi kini justru kaisarlah yang tengah menggodanya, Wu Li Mei terlihat seperti gadis muda yang enggan untuk disentuh, beberapa kali ia coba melepas pelukan kaisar di pinggangnya.

Kaisar melepas pelukannya, beralih membalik tubuh Wu Li Mei untuk menatapnya. "Ada apa Mei-er? Mengapa kau menolakku?"

"Me-menolak?" Wu Li Mei menggeleng cepat, "Tidak, saya tidak mungkin menolak anda, Yang Mulia." sanggahnya.

Kaisar menarik dagu Wu Li Mei untuk lebih dekat padanya. Menatap iris cerah sang selir tepat di maniknya. "Lalu mengapa kau enggan menatapku, Li Mei?"

Wu Li Mei terperanjat, apakah sang dewa di langit merasa adil, memberika segala keberkahan pada Kaisar Zhou. Dari jarak sedekat ini, sang kaisar benar-benar sangat tampan, garis wajah dan komposisi yang mendekati sempurna. Alis dan mata setajam elang, hidung mancung, bibir tipis, dan berperawakan tinggi gagah. Sangat sempurna sebagai seorang kaisar.

Jemari lentik wanita itu tanpa sadar merambat naik membelai rahang tegas Kaisar Zhou, mengelusnya pelan dan ragu-ragu, seperti kaca yang rapuh jika terlalu kuat disentuh.

Kaisar menggeram tertahan, Wu Li Mei dan angin malam yang dingin. Pria itu berusaha keras mengusir nafsunya yang mulai menyelubungi pikiran.

"Kau sedang menggodaku, Mei-er?"

Wu Li Mei menatap manik sang kaisar, tangannya terhenti di udara. Pipinya merona menyadari mata dan tangannya telah bergerak lancang pada Kaisar Zhou. Wanita itu menarik tangannya cepat, melangkah mundur tapi Kaisar menahan pinggangnya.

"Ya-Yang Mulia." Wu Li Mei berucap dengan napas tertahan, tubuhnya ditarik untuk lebih dekat pada Kaisar Zhou.

Wu Li Mei bergerak gelisah, menatap iris hitam itu yang kian menggelap. Li Mei menahan dengan kedua tangannya saat Kaisar Zhou semakin menepis jarak. Tangan kasar pria itu mengelus pipinya, lalu turun ke bibirnya.

Wanita itu tahu apa yang kaisar inginkan saat menatap bibirnya dengan napas memburu. Ia memutuskan untuk diam, menunggu apa yang akan pria itu lakukan.

Perlahan tangan kaisar turun membelai leher Wu Li Mei, lalu berakhir di tengkuknya. Menciptakan desiran aneh pada diri sang selir.

"Malam ini kau milikku, Wu Li Mei." ujarnya parau.

"Aku ingin menghabiskan malam yang panjang denganmu."

"Kau tidak akan bisa lolos."

"Berhati-hatilah, Mei-er."

Kaisar mengakhiri ucapannya dengan seringai dan tatapan yang sulit diartikan. Detik selanjutnya, Kaisar Zhou menarik tengkuk Wu Li Mei dan menyatukan bibirnya. ******* pelan semakin menuntut. Sang selir merasakan kedua lututnya melemas karena ciuman lembut Kaisar Zhou. Wanita itu memejamkan mata dan mulai mengalungkam kedua tangannya di bahu kokok sang kaisar, menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka.

Kaisar Zhou tersenyum tipis disela-sela ciuman panas mereka, melihat Wu Li Mei membalas ciumannya, sang kaisar seolah mendapat persetujuan untuk melakukan lebih.

Kaisar mengangkat tubuh ramping sang selir, menggendongnya untuk masuk ke dalam paviliun tanpa melepas ciuman mereka yang kian menuntut.

...****************...

"APA!!!"

Permaisuri Yang Jia Li menggebrak meja, dengan penuh amarah ia menatap tajam sang dayang. "Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau ucapkan, Dayang Yue?!" sentaknya.

Dayang Yue semakin menunduk takut, "I-itu kabar yang saya dengar dari paviliun selir agung, Yang Mulia." jawabnya jujur.

"Sialan Wu Li Mei, ia pasti memberikan guna-guna pada kaisar. Lihat saja Li Mei, aku akan menghancurkanmu!"

Yang Jia Li melempar semua hidangan makan paginya dari meja, beberapa piring porselen itu hancur hingga menimbulkan suara bising. Kabar tentang kaisar yang menghabiskan malam bersama Wu Li Mei terdengar di telinganya pagi ini, sang permaisuri menjadi kalut dan sangat marah.

Terpopuler

Comments

pecahan_misteri

pecahan_misteri

apaan sih ga asik banget gampang baper inget d
itu kaisar tutup mata atas kecelakaan pemilik jiwa asli

2024-10-26

2

☆chika

☆chika

sayang sekali novel ini masih sedikit orang yang tau.
padahal bagus alur cerita nya

2024-10-26

1

Awind Widayanti

Awind Widayanti

kenapa harus Marah

2024-09-12

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!