Setangkai bunga

"Sedang apa Mei-er?"

Wu Li Mei berbalik, "Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah."

Kaisar Zhou mendekat, berdiri di samping Wu Li Mei. Pemimpin Dinasti Ming itu, melihat ke arah danau. Bunga-bunga mulai bermekaran dan angin hangat berhembus pelan.

"Saya hanya merasa bosan." ujar Wu Li Mei.

Kaisar menoleh, menatap wajah cantik sang selir agung dalam diam. Wu Li Mei menjadi jauh lebih cantik setelah insiden di danau. Wanita itu merias tipis wajahnya dan meninggalkan hanfu merah yang selalu ia kenakan.

Tidak ada tempat di istana ini yang lebih nyaman dari paviliunnya, tapi Wu Li Mei cukup sering menghabiskan hari-harinya menatap danau, dimana banyak bunga teratai dan lotus bermekaran.

"Mendengar gemericik air danau membuatku tenang, Yang Mulia."

"Tenang seperti air." Wu Li Mei menerawang, memejamkan matanya saat angin hangat kembali menerpa wajahnya.

Kaisar Zhou tersenyum miring, ia tidak boleh lengah pada tipu daya Wu Li Mei kali ini. "Air yang tenang, bisa jadi itu berbahaya Mei-er."

"Ya." Wu Li Mei mengangguk. "Jika ia tenang, maka ia pasti dalam."

Wu Li Mei mengalihkan pandangannya dari air danau, "Bukankah, kita harus berhati-hati pada air yang tenang?"

"Tentu saja, siapa yang tahu jika ada buaya lapar disana."

Kaisar Zhou tersenyum tipis saat Wu Li Mei sangat enggan untuk menatapnya, wanita itu memilih melihat ke arah lain atau menunduk.

Sang kaisar berjalan pelan menyusuri pinggiran danau, tangannya bergerak hendak memetik setangkai bunga mawar berwarna merah.

"Jangan, Yang Mulia."

Kaisar Zhou segera menjauhkan tangannya dari tangkai mawar itu, "Mengapa?"

"Biarkan aja." balas Li Mei. "Maksudku biarkan ia tetap tumbuh disana."

"Tapi, aku hendak memberikannya padamu." tuturnya.

Wu Li Mei menggeleng, "Tidak perlu. Lagipula, saya tidak menyukai bunga mawar."

Kaisar Zhou mengerutkan keningnya, sejak kapan sang selir tidak menyukai bunga mawar, dan semua yang berwarna merah. Wu Li Mei yang dulu akan sangat senang jika kaisar memberinya bunga, tapi kini ia menolak.

"Sejak kapan kau tidak menyukai mawar, Mei-er?"

Wu Li Mei mengendikkan bahunya, "Bukan tidak suka, hanya saja, saya tidak mau terluka karena durinya."

"Sangat disayangkan bukan, bunga mawar itu indah, tapi untuk memilikinya kita harus terluka."

Wu Li Mei mendekat, berjalan pelan ke arah ladang mawar yang susah payah ia tanam. Wanita itu sedikit tidak terima jika bunga yang ia rawat dipetik begitu saja.

Minggu lalu, saat ia berjalan-jalan mengelilingi istana, ia tidak sengaja melihat danau timur di dekat paviliun raja nampak gersang. Wu Li Mei memanggil para dayang dan prajurit untuk membantunya menanam banyak bunga, tanaman herbal, dan beberapa pohon agar danau timur kembali asri.

Wu Li Mei mengelus kelopak mawar dengan ibu jarinya, "Jika kau menyukai dengan setulus hati, maka seharusnya dia tetap disini." Wanita itu menjeda kalimatnya, "Karena hakikatnya mencintai, adalah menjaga dan melindungi.

Wu Li Mei tersenyum tulus pada setangkai mawar, bunga itu yang pertama mekar disaat bunga lain masih kuncup. Wanita itu bisa membayangkan betapa indahnya danau ini jika semua bunga sudah bermekaran.

Kaisar Zhou terdiam, baru saja ia mendengar kalimat tulus dari seorang selir yang jahat. Sang kaisar cukup terpesona dengan perubahan dalam diri Wu Li Mei kini lebih baik.

Wajah cantik itu terus saja tersenyum, tapi sayangnya ia justru tersenyum pada bunga-bunga. Kaisar merasa ada yang hilang saat senyum Wu Li Mei kini bukan lagi untuknya. Tangan kaisar terangkat, mengusap pelan wajah sang selir. "Kau lebih cantik dari ribuan mawar, Mei-er."

Wu Li Mei tercekat, hangat di pipinya merambat sampai ke hati. Tatapan dan kalimat pujian dari kaisar, berhasil menggetarkan jiwanya. Wu Li Mei menggenggam tangan sang kaisar di pipinya, dengan tatapan terkunci pada iris hitam kelam Kaisar Zhou Xiu Huan.

"Salam, Yang Mulia."

Permaisuri Yang Jia Li datang bersama rombongannya.

Wu Li Mei sedikit tersentak, sang selir dengan cepat melepaskan tangannya dan melangkah mundur.

"Bangkitlah." titah Kaisar.

"Apa kehadiranku menganggu?" tanya Yang Jia Li, melihat kedekatan Kaisar dan Wu Li Mei membuat hatinya memanas.

Wu Li Mei menunduk, "Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah, Mei Mei." balasnya, "Apa aku mengganggu kalian?" tanyanya lagi.

Wu Li Mei menggeleng, "Tidak, Yang Mulia Permaisuri."

Permaisuri Yang memaksakan senyumnya, melangkah untuk lebih dekat pada kaisar. "Ibu Suri Yang Agung, sudah kembali. Tidakkah anda ingin menyambutnya?"

"Benarkah? Kapan?"

"Beliau baru saja tiba, Yang Mulia."

"Baiklah, aku akan menyambutnya."

"Bolehkah saya ikut bersama anda menyambut Ibu Suri?" tanya Yang Jia Li. Sang permaisuri itu tampak sangat menawan dengan hanfu kuning dan tusuk rambut empat pasang. Berbanding terbalik dengan Wu Li Mei yang sederhana, tapi tetap cantik.

Kaisar mengangguk, "Tentu." balasnya. "Mei-er, kau juga harus ikut."

"Baik, Yang Mulia."

...****************...

Ibu Suri Yang Agung telah kembali, setelah meninggalkan istana hampir satu bulan lamanya. Wanita tua itu masih sangat cantik meskipun sudah banyak keriput di kulitnya. Ibu Suri merasa rindu dengan kampung halamannya, pesisir negeri barat, jadi ia memutuskan untuk pergi kesana bernostalgia.

"Salam, Ibu Suri." sapa Kaisar Zhou.

"Salam, Yang Mulia. Semoga kaisar hidup seribu tahun." balas Ibu Suri Song Yi Fei, dia adalah ibu dari Kaisar Zhou.

"Apa anda mengalami kesulitan selama di negeri barat, Ibu Suri?" tanya Kaisar Zhou.

Ibu Suri menggeleng, justru ia sangat nyaman berada di tanah kelahirannya. Penduduk menyambutnya dengan sangat baik dan ramah. "Tidak ada, aku senang berada disana."

Kaisar Zhou mengangguk, "Baik, silahkan anda beristirahat. Anda pati lelah setelah perjalanan yang sangat jauh itu."

Ibu Suri mengangguk, "Terima kasih, kaisar." Ibu Suri segera pergi, setelah menyapa Permaisuri Yang dan Selir Agung Wu sekilas.

Wanita tua itu diikuti beberapa dayang, menaiki tangga menuju paviliunnya. Para prajurit dan pembawa tandu pun turut pergi meninggalkan halaman paviliun ibu suri.

"Awhhh!!" pekik Ibu Suri, seketika wanita tua itu terjatuh, para dayang berteriak panik.

"Panggil tabib, cepat!"

Ibu Suri terduduk memegangi betisnya yang kaku dan berdenyut nyeri, wanita itu terus merintih.

"Ada apa, ibu?" Kaisar, Permaisuri Yang, dan Wu Li Mei datang mendekat.

"Maaf, Yang Mulia, Ibu Suri mengeluh sakit." jawab seorang dayang.

"Kita harus memanggil tabib, Yang Mulia." saran Permaisuri Yang, wanita itu menggenggam lengan Kaisar Zhou.

Wu Li Mei mendekat tapi pandangan wanita itu terhalang para dayang yang sibuk mengerubungi Ibu Suri. Wu Li Mei menarik salah seorang dayang untuk bertukar posisi.

Wu Li Mei bersimpuh, "Di bagian mana yang terasa sakit, Ibu Suri?" tanyanya.

"Betisku..... argh... sakit sekali!" pekik Ibu Suri menahan sakit, ia terus memegangi betis kanannya.

Wu Li Mei segera meluruskan kedua kaki Ibu Suri dengan lembut, "Awhh, itu sakit."

"Ibu Suri, tenanglah, ambil napas dalam dan keluarkan perlahan." bimbing Wu Li Mei.

Kaisar dan Permaisuri Yang terbelalak, begitu juga dengan para dayang. Mereka jelas kebingungan, mengingat Wu Li Mei sang selir agung tidak akan mau menyentuh ibu suri, karena ketegangan antara kedua klan mereka.

"Tolong beri jarak, biarkan udara bersirkulasi." titah Wu Li Mei dan para dayang berangsur mundur.

Setelah berhasil meluruskan kedua kaki ibu suri, Wu Li Mei memberi pijatan lembut pada betis kanan ibu suri. "Tolong siapkan kain dan air hangat." titahnya pada salah seorang dayang.

"Anda harus tenang, Ibu. Bernapaskan seperti biasa, dan jangan menahan napas."

Ibu Suri bersadar di dinding paviliun, wanita itu segera mengatur napasnya. Menghirup dalam dan mengeluarkan udara secara perlahan. Sakit di betisnya sedikit mereda karena pijatan lembut dari Wu Li Mei.

"Ini, Yang Mulia." seorang dayang datang dengan bejana perunggu berisi air hangat dan kain.

"Terima kasih, dayang."

Wu Li Mei memijat betis Ibu Suri selama hampir tiga menit, "Apa sudah lebih baik, Ibu?" tanyanya, menyadari sang ibu kini sudah tidak merintih lagi.

"Ya, Mei Mei." Ibu suri mengangguk lemas, "Sudah lebih baik, meskipun masih sediki berdenyut."

Wu Li Mei mengambil sehelai kain tebal dan mencelupkannya pada air dalam bejana, wanita itu memerasnya hingga kering. Kemudian menempelkan pada betis ibu suri berulang kali, hingga otot-otot di kaki sang ibu perlahan kembali normal.

Ibu Suri mengatur napasnya, betisnya berangsur membaik.

"Ibu? Apa sudah lebih baik?" tanya Kaisar Zhou, pria itu berlutut di dekat sang ibu.

"Ya, jauh lebih baik."

Tabib Zhong tergesa-gesa menghampiri Ibu Suri, melihat pria tua itu, Wu Li Mei seketika menyingkir.

"Di bagian mana yang sakit, Yang Mulia?" tanya Tabib Zhong.

"Betis kanan." Bukan ibu suri yang menjawab, melainkan Wu Li Mei. Melihat kondisi ibu suri yang masih terengah membuatnya prihatin. "Kram otot di betis kanan, Tabib Zhong. Ini sudah biasa terjadi, mengingat ibu baru kembali dari perjalanan yang jauh. Aku sudah memijitnya untuk membantu melemaskan otot, dan memberi kompres air hangat."

"Sebaiknya kalian membawa ibu ke dalam, agar ibu cepat beristirahat."

Tabib Zhong mengangguk, "Baik, Yang Mulia."

Tabib Zhong dan tabib lainnya membopong ibu suri ke dalam paviliun, dan membaringkannya di ranjang.

"Dayang!" Wu Li Mei memanggil seorang dayang tua yang berpakaian mirip Dayang Yi.

"Berikan ibu lebih banyak air minum agar terhidrasi dengan baik, jangan lupa berikan ibu buah-buahan di pagi hari, terutama pisang atau alpukat, karena banyak mengandung kalium, natrium, dan magnesium. Berikan ibu segelas susu di malam hari, susu juga mengandung magnesium yang baik untuk otot dan tulang ibu yang sudah senja."

Dayang itu dibuat melongo dengan penuturan sang selir agung, ia lalu mengangguk pada beberapa hal yang ia pahami saja. "B-ba-baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei mengangguk setelah memberikan penyuluhan pada sang dayang ala Dokter Risa, setiap kali ada yang sakit, pasti jiwa Dokter Risa mengambil peran.

"Nateri..um, kal..um, apa yang kau bicarakan Mei-er?" tanya Kaisar Zhou, sejak tadi pria itu terus memperhatikan gerak-gerik Wu Li Mei yang tidak biasa.

"Aaah, itu." Wu Li Mei menggaruk pelipisnya, "Semacam kandungan yang terdapat di dalam buah dan susu, itu sangat baik untuk kesehatan."

Kaisar hanya mengerutkan keningnya, kali ini ia benar-benar terkejut melihat sisi lain dari Wu Li Mei yang ternyata cukup ahli di bidang kesehatan. Sesuatu yang tidak pernah ia ketahui dari sang selir.

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

apa gk py ruang dimensi gt ?

2024-09-15

3

Oi Min

Oi Min

Li Mei......knp kmu g pergi ke perpus kerajaan dan belajar medis kuno dan herbal nya??

2024-04-01

7

FERA Z

FERA Z

cerita yg bagus

2024-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!