Bersedih hati

Zhou Fang Yin kembali dari latihan berkudanya, berjalan pelan dan anggun seperti seorang putri. Namun, wajahnya ditekuk dan terlihat tak bersemangat. Hari sudah senja, sang putri menatap cakrawala yang kian menguning. Semilir angin menerbangkan helaian rambutnya pelan, Fang Yin memeluk tubuhnya saat angin itu kembali datang. Hanfu tebal yang ia kenakan tidak mampu menghalau dingin. Musim semi telah tiba, tapi udara masih terasa sangat dingin. Bunga-bunga bermekaran dan tanaman pertanian mulai tumbuh.

"Tolong tinggalkan aku, aku ingin sendiri." ujar Zhou Fang Yin pada dayangnya.

"Baik, Yang Mulia."

Zhou Fang Yin berjalan pelan tak tentu arah, mengikuti kemana kakinya ingin melangkah. Suasana hatinya sedang buruk, sang putri melamun dan terus berjalan melawan senja.

"Hahahah, ibu." tawa seorang anak perempuan terdengar nyaring di telinga Zhou Fang Yin, sang putri pun bingung mendapati dirinya tiba di danau barat tanpa sadar.

"Oh, ibu, bunga yang ini sangat indah bukan?"

"Bolehkah aku memetik yang ini?"

"Kemarilah ibu."

"Jangan lari, Xiao Xie. Kau bisa tersandung semak belukar."

Zhou Fang Yin membeku, mendengar suara yang amat ia kenali. Ia mendekat dan bersembunyi dari balik pohon kersen. Hatinya menghangat melihat senyum ceria sang adik, Putri Xie Ling. Tapi detik selanjutnya ia tersenyum masam, melihat Selir Agung Wu Li Mei sedang memetik bunga peony bersama Xie Ling. Selir agung tampak bahagia dan menyayangi Zhou Xie Ling, berulang kali wanita itu tersenyum sambil mengusap puncak kepala sang putri kecil dengan sayang.

Zhou Fang Yin jelas merasa iri, ia meremas pelan hanfu birunya. Menyalurkan rasa sedih dan kecewa.

"Kemarilah, Xiao Xie." panggil Wu Li Mei.

Sang putri kecil tergopoh-gopoh mendekat, "Iya ibu."

"Apa kau sudah selesai memetik bunga peony itu?"

Zhou Xie Ling mengangguk, "Sudah!" tangan kecilnya bergerak memberikan setangkai bunga peony untuk sang ibu.

Wu Li Mei menerimanya, meletakkan sekumpulan bunga peony di keranjang rotan miliknya.

"Dayang Yi!"

"Ya, Yang Mulia." Dayang Yi mendekat.

"Tolong ambilkan wadah kaca dan isi air hingga setengahnya."

"Wadah kaca?" Dayang Yi mengeryit, "Maksud anda guci kecil? atau vas bunga? guci porselen?"

Wu Li Mei menoleh, berpikir sejenak lalu mengangguk. Mungkin tidak ada wadah kaca di negeri antah-berantah ini. "Ya, ambilkan apapun itu, aku ingin meletakkan bunga ini di sebuah wadah berisi air agar tahan lama."

"Baik, Yang Mulia."

Dayang Yi pergi bersama beberapa dayang untuk mengambil vas bunga. Beberapa dayang lagi tetap tinggal untuk menemani Wu Li Mei dan sang putri.

"Kemarilah, Xiao Xie." Wu Li Mei merentangkan kedua tangannya.

Putri Xie Ling yang sibuk memetik bunga pun menoleh, melihat sang ibu memanggilnya. Ia segera berlari kecil dan memeluk pinggang ramping Wu Li Mei. Zhou Xie Ling tersenyum cerah saat merasakan usapan lembut di punggungnya, ia amat merindukan kasih sayang sang ibu.

"Hari sudah senja, sayang." ujar Wu Li Mei, wanita dengan hanfu ungu pudar itu menangkup kedua pipi Xie Ling dan membawanya untuk mendongak. "Kita harus kembali, apa kau lapar?"

Zhou Xie Ling mengangguk pelan, "Em!"

"Aku ingin makan bakpao isi daging, ibu."

Wu Li Mei tersenyum, sang putri kini sudah kembali ceria dan ***** makannya mulai membaik. "Tentu saja, ibu akan meminta juru masak istana untuk membuat bakpao yang paling enak."

Wu Li Mei mencubit hidung kecil sang putri gemas, "Ibuuu!" rajuk Putri Xie Ling.

"Hahahah." Wu Li Mei tertawa melihat raut kesal anaknya. "Baiklah, baiklah, ibu tidak akan melakukannya lagi. Sekarang ayo pergi."

Wu Li Mei menggenggam tangan kecil Xie Ling dan membawanya pergi dari taman peony danau barat.

Zhou Fang Yin mati-matian menahan isakannya, ia menutup mulutnya dan menggigit bibirnya agar tidak terisak. Air mata sudah membajiri pipi putih sang putri mahkota. Dadanya terasa sesak dan sakit melihat interaksi Wu Li Mei dengan Zhou Fang Yin. Sesuatu yang sangat ia inginkan, kasih sayang Wu Li Mei.

...****************...

"Dayang Yi, mengapa istana begitu sibuk hari ini?"

Wu Li Mei melihat para dayang dan prajurit sibuk berlalu-lalang seperti tengah mempersiapkan sesuatu. Pagi ini, wanita istana itu akan mengunjungi danau utara. Tempatnya jatuh dan tenggelam, hingga nyaris mati.

"Siang nanti akan ada rapat di aula utama, Yang Mulia. Pertemuan antara kaisar dengan para petinggi pemerintahan." jawab Dayang Yi, wanita itu setia berada di samping Wu Li Mei dan menjelaskan semua yang sang selir ingin ketahui.

Wu Li Mei mengangguk dua kali, "Emh... Dayang Yi!"

"Ya, Yang Mulia."

"Apa tugas seorang selir?"

Dayang Yi mengerutkan kening, bingung harus menjawab seperti apa. "Tentu saja membantu kaisar memilik banyak keturunan."

Wu Li Mei menghentikan langkah kakinya, "Hanya itu?"

Dayang Yi mengangguk.

"Apa.. Selir tidak punya tugas apapun di pemerintah?"

Dayang Yi menggeleng, "Setahu saya, selir dan permaisuri kekaisaran tidak diperkenankan ikut mengatur urusan pemerintahan, Yang Mulia."

"Jadi aku tidak punya pekerjaan? Maksudku aku tidak bekerja? Lalu darimana aku mendapatkan uang?"

"Anda adalah selir agung, Yang Mulia. Anda punya banyak uang dan harta kekayaan." jawab Dayang Yi.

"Oh ya, dimana?"

"Disimpan di paviliun anda, Yang Mulia."

Wu Li Mei mengangguk, ia kembali melanjutkan perjalanan. Jika Wu Li Mei memiliki banyak harta dan kekayaan, Risa tentu menjadi tenang. Ia hanya tinggal bersantai dan bersantai, lalu uang datang dengan sendirinya.

Danau utara begitu indah, Wu Li Mei terperangah melihat air danau yang begitu jernih. Padahal danau itu cukup dalam, tapi dasarnya bisa terlihat dengan jelas. Ada ribuan ikan koi berenang kesana-kemari.

Wu Li Mei berdiri di tepi pondok tempat ia terjatuh, melihat ke bawah, dan benar saja. Tepat di bawah pondok ada bebatuan yang tersusun mengelilingi danau. Risa bisa membayangkan saat Wu Li Mei jatuh, pasti kepalanya terbentur cukup keras, mengingat tinggi pondok mencapai lima meter. Ditambah hanfu ini, pasti sangat menyulitkan. Tapi, apa Wu Li Mei tidak bisa berenang?

"Dayang Yi, apa aku tidak bisa berenang?"

"Berenang? Saya rasa tidak, wanita bangsawan dilarang untuk berenang, Yang Mulia."

Wu Li Mei menghela napas berat dan memijat pelipisnya, "Pantas saja, sungguh dunia yang aneh."

"Salam, Yang Mulia."

Wu Li Mei menoleh, ada tiga wanita lebih muda beberapa tahun darinya. Berpakaian bagus, dan berdandan.

"Bangkitlah." titah Wu Li Mei.

Wu Li Mei melirik pada Dayang Yi, mengerti dengan situasi sang dayang segera menjawab. "Di sisi kanan ada selir Ho Xin Xin, kemudian Selir Liu Xie Yan dan Selir Song Yue Yin." ujar Dayang Yi, menunjuk dari kanan ke kiri.

"Oh iya," Wu Li Mei mengangguk dan tersenyum canggung, "Maaf, melupakan kalian. Aku kehilangan ingatan setelah insiden di danau ini."

Ketiga selir itu membulatkan matanya, sungguh ajaib Wu Li Mei meminta maaf dan tersenyum pada mereka.

"Ma...maaf?" lirih Yue Yin, selir termuda itu menatap Wu Li Mei penuh tanya.

"Duduklah, aku ingin berbincang dengan kalian." ujar Wu Li Mei.

"Baik, Yang Mulia."

...****************...

"Selir, selir itu tampak tidak jahat." gumam Wu Li Mei di perjalanan pulang, setelah berbincang-bincang cukup lama dengan ketiga selir kaisar, wanita itu kembali ke kediamannya.

"Mereka memang tidak jahat, Yang Mulia." jawab Dayang Yi, setengah berbisik agar dayang lain tidak mendengar.

"Maksudmu?"

"Maksud saya, para selir memang tidak berniat mengambil kekuasaan atau menggulingkan posisi anda. Anda dan Permaisuri Yang Jia Li sudah bersitegang secara terang-terangan, mereka enggan untuk ikut campur. Mereka tahu bagaimana permainan anda dan permaisuri yang sangat brutal, menebas apa saja yang menghalangi jalan kalian." Dayang Yi menutup mulutnya yang kelepasan. "Maaf."

Wu Li Mei menggeleng, "Tak apa. Mungkin memang seperti itulah diriku."

Wu Li Mei adalah selir yang tamak dan haus akan cinta, ia dan Permaisuri Yang Jia Li sama saja. Sama-sama menginginkan menjadi yang nomor satu. Risa mulai berpikir bahwa semua orang di istana ini adalah para villain. Penjahat yang bertopeng baik.

"Itu..." tunjuk Wu Li Mei pada sebuah bangunan.

"Pusat kesehatan istana, Yang Mulia." jawab Dayang Yi.

Pusat kesehatan, seketika jiwa Dokter Risa bergejolak melihatnya. Wanita itu mengangkat sedikit hanfunya dan berjalan masuk.

"Ayo, aku ingin mengunjungi Tabib Zhong."

Masuk ke dalam pusat kesehatan istana, Wu Li Mei mencium berbagai bau tanaman herbal. Menyeruak menembus hidung mancungnya.

Oh, Risa sampai lupa menjelaskan bagaimana rupa sang selir agung. Wu Li Mei seorang wanita berusia tiga puluhan yang masih sangat cantik bak gadis berusia tujuh belas tahun. Wajahnya kecil dengan mata tajam, hidung mancung, bibir ranum tipis. Tubuhnya tinggi semampai, seperti tinggi Risa pada tubuhnya yang dulu, sekitar 168 cm. Berperawakan langsing, dan mempunyai kulit seputih susu. Rambut panjang sampi pinggang, berwarna hitam dan lebat.

Kembali ke pusat kesehatan istana, Tabib Zhong dan beberapa tabib dikejutkan dengan kedatangan sang selir agung.

"Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah." titah Wu Li Mei, "Aku hanya mampir untuk menyapa Tabib Zhong, dan melihat-lihat beberapa tanaman herbal. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian."

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei menghampiri Tabib Zhong, "Obat apa yang selalu kau berikan untuk Xiao Xie?"

Tabib Zhong segera mencari sebuah wadah dengan banyak jenis tanaman herbal kering di dalamnya. "Ini, Yang Mulia."

Wu Li Mei memeriksanya, dari sekian banyak herbal disana ia hanya mengenali jahe. Salahkah Risa yang tidak sungguh-sungguh mempelajari tentang tanaman herbal. Wu Li Mei mengangguk, "Bagus, terus berikan ia antibiotik."

"Anti... biotik?" beo Tabib Zhong.

"Ah, maksudku obat ini." tunjuk Wu Li Mei. "Herbal ini sangat bagus sebagai antibiotik untuk melawan virus, tidak ada resep dokter disini. Jadi mungkin, pemberian antibiotik secara rutin bisa mengurangi infeksi meningitis pada Putri Xie Ling."

Tabib Zhong dan Dayang Yi melongo, tidak paham dengan apa yang Wu Li Mei sampaikan. Beberapa kata bahkan asing, belum pernah mereka dengar.

Wu Li Mei menggaruk pelipisnya, "Tetap berikan herbal ini." tuturnya.

"Dayang Yi!"

"Ya, Yang Mulia."

"Tolong sampaikan pada Dayang Hong dari paviliun Putri Xie Ling, untuk memberikan segelas susu kedelai dengan campuran satu sendok madu pada pagi hari. Dan, segelas rebusan air jahe pada malam hari untuk Xiao Xie."

Terpopuler

Comments

Dhevandra Alfariano_03

Dhevandra Alfariano_03

mungkin karna belum pernah ketemu anaknya jadi selir agung belum bisa kasih perhatian,,,tp bukan salahnya biang kerok kn permaisuri

2024-01-22

4

silent reader🤫

silent reader🤫

anak orang di perhatiin anak sendiri kagak tau gimana keadaanya sorry skip dulu

2024-01-03

1

Nur

Nur

cakeppp

2021-11-13

3

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!