Bertemu sang permaisuri

Pagi yang cerah, matahari bersinar hangat dan hiruk-pikuk istana dimulai. Wu Li Mei mengawali harinya dengan bahagia, wanita itu sudah sibuk menatap ulang paviliunnya, juga taman bunga dan kolam teratai.

Beberapa interior dan ornamen sengaja ia ganti menjadi warna putih atau warna dasar kayu, bunga-bunga menjadi lebih beragam, dan kolam teratai ditambah lebih banyak ikan.

Wu Li Mei juga menanam banyak pohon buah dan herba di sekeliling paviliunnya, sebagai Dokter Risa, tentu ia banyak mempelajari tanaman herbal untuk kesehatan. Sekalipun ada Tabib Zhong, tapi ia tak mau kemampuannya luntur karena tidak lagi melakukan praktik dokter. Sepertinya, Risa benar-benar harus mengikhlaskan Marissa Darwanti sang dokter bedah anak kesayangan para pasien kecil, kini ia harus memulai hidupnya sebagai Wu Li Mei. Terkadang, wanita itu menjadi rindu dengan jadwal operasi, ruang operasi dan pisau bedahnya. Ia juga merindukan Jessy, keluarga dan teman-teman dokternya. Risa rindu mengenakan jas dokter dan mengujungi pasien.

Seandainya ia bisa kembali menjadi Risa, bisakah ia kembali menjadi Dokter Risa?

"Dayang, tolong pindahkan beberapa bunga itu, sisakan beberapa saja." titah Wu Li Mei, wanita itu turut andil bagian dalam perubahan interior kediamannya.

Dayang Yi mendekat, "Ingin ditanam dimana bunga ini, Yang Mulia."

Dayang Yi datang bersama dayang lainnya, membawa bunga peony beraneka warna.

"Tolong tanam bunga itu di dekat kolam, aku ingin memandangnya saat bersantai."

"Baik."

Wu Li Mei kembali sibuk, mengarahkan para kasim dan dayang untuk menata ulang interior kamarnya. Lebih banyak warna putih dan kayu, Wu Li Mei mengganti semua tirai merah membaranya dengan warna putih.

"Aroma apa ini?"

"Maaf, Yang Mulia?"

Wu Li Mei menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya. "Aroma kamar ini."

"Ini aroma terapi bunga melati, Yang Mulia. Aroma kesukaan anda." jawab para dayang sopan.

Li Mei menggeleng, jujur saja aroma bunga melati yang cukup kuat membuatnya pusing. Wanita itu duduk sejenak dan memijat pelipisnya, "Dayang, tolong kau ganti saja aroma ruangan ini." titahnya.

"Baik, Yang Mulia." dayang itu mengangguk, "Anda ingin aroma apa?"

"Sedap malam mungkin, atau lavender." balas Li Mei asal.

Para dayang segera mengambil semua lilin aroma terapi yang ada di ruang kamar Wu Li Mei, dengan cepat menggantinya dengan aroma lain. Aroma bunga sedap malam yang lembut dan hangat.

Wu Li Mei kembali mengela napas dalam, "Ya, ini jauh lebih baik. Terima kasih, dayang."

"Maaf, Yang Mulia." seorang dayang datang dengan tergesa.

Wu Li Mei meliriknya sekilas, "Ada apa?"

"Permaisuri Yang Jia Li sudah menunggu di depan paviliun untuk bertemu dengan anda." jawabnya.

Wu Li Mei terdiam, si licik Yang Jia Li rupanya, oh sungguh berani. Wanita itu hampir membunuhnya dan kini berniat berkunjung, untuk apa? Untuk memastikan dirinya tak bersalah? Sungguh menggelikan. Tapi apa mau dikata, ia pun tak punya cukup bukti untuk menghukum Yang Jia Li sekarang.

"Dayang Yi!" panggil Wu Li Mei, "Persiapkan pondok teratai, aku ingin menghabiskan siang bersama Permaisuri Yang disana."

Dayang Yi mengangguk, lalu pergi bersama beberapa dayang.

"Sambutlah ia, katakan aku menunggunya di pondok teratai." ujar Wu Li Mei.

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei sengaja mengganti hanfunya, menata kembali rambut dan riasan wajahnya. Ia harus terlihat menawan dan elegan, Wu Li Mei sengaja membubuhkan lebih banyak bedak agar terlihat lebih pucat.

Pondok teratai telah siap, tersaji teh dan beberapa hidangan ringan untuk menemani acara minum teh. Semilir angin menyambut bersama gemericik air kolam yang jernih. Permaisuri Yang Jia Li tampak mempesona dengan hanfu berwarna kuning dan tusuk konde lima tingkat.

Yang Jia Li menyusuri paviliun selir agung, ia sempat terpesona karena paviliun ini tidak lagi berwarna merah menyala. Taman bunga juga lebih hidup dan berwarna-warni. Sepertinya, Wu Li Mei benar-benar berubah.

"Salam, Permaisuri Yang Jia Li." sapa Wu Li Mei dengan senyum terpaksa.

"Bangkitlah, Selir Agung Wu Li Mei." balas Jia Li.

Kedua wanita istana itu duduk saling berhadapan, bersekat meja kecil untuk minum teh.

"Oh, sudah lama sekali aku tidak kemari. Paviliun ini kini sudah mengenal banyak warna." ujar Yang Jia Li.

"Ya, Yang Mulia. Saya sengaja mengganti beberapa ornamen agar lebih nyaman." balas Wu Li Mei.

Yang Jia Li menatap ke kolam, "Ku rasa air mancur itu dulu tidak ada Mei Mei." sang permaisuri mengarahkan telunjuknya pada air mancur di tengah kolam.

Wu Li Mei tersenyum, "Saya meminta para ahli istana untuk membuatnya, Yang Mulia."

"Itu, sungguh indah." puji Jia Li.

Wu Li Mei mengangguk, "Terima kasih."

"Jadi, apa Mei Mei sudah membaik?" tanyanya, tatapannya berubah datar.

Wu Li Mei mengangguk pelan, "Terima kasih telah mengkhawatirkan saya, Yang Mulia. Saya sudah membaik."

"Apa kabar itu benar?"

"Maksud anda?" Wu Li Mei mengerutkan kening, menatap datar wanita di hadapannya itu.

"Mei Mei kehilangan ingatan," balas Jia Li. "Kau benar-benar tidak ingat dengan apa yang terjadi malam itu?"

Wu Li Mei menggeleng, menatap Jia Li tepat di manik matanya. "Sayang sekali, saya tidak ingat."

"Apa para dayangmu tidak mengatakan sesuatu?"

"Mereka hanya berkata, saya jatuh ke danau."

Yang Jia Li mengangguk-angguk, dalam hati ia bersyukur karena dewa ternyata ada di pihaknya. Tapi sayangnya, ia harus menyusun rencana baru untuk membunuh Wu Li Mei. Wanita licik itu tidak bisa dibiarkan terlalu lama, karena akan menganggu rencana besarnya.

"Silahkan diminum tehnya, Yang Mulia." ujar Wu Li Mei, ia juga menuangkan teh ke dalam cangkir porselen Jia Li.

Yang Jia Li mengangguk, meraih teh itu dan memainkannya untuk menunggu dingin.

"Mungkin, Mei Mei tidak sengaja terpeleset."

"Mungkin juga begitu," Wu Li Mei menyetujui, "Atau mungkin juga tidak."

"Maksudmu?" gerakan Permaisuri Yang terhenti.

"Mungkin saja ada yang sengaja mendorong saya." ujar Wu Li Mei dengan berani. "Sungguh malang karena saya tidak bisa mengingat insiden itu, jika saya ingat, pasti orang itu sudah mati." tekan Wu Li Mei.

...****************...

"Guru Zhang, izinkan aku beristirahat untuk sejenak."

"Baik, Putra Mahkota." Guru Zhang mengangguk, pria tua itu meletakkan pedangnya di sisi tubuhnya.

Pria tua itu telah menjadi guru berpedang keluarga kaisar selama tiga generasi, mulai dari kaisar terdahulu, Kaisar Zhou, dan sekarang Putra Mahkota Zhou Ming Hao. Bagi keluarga kerajaan, berpedang, memanah, dan berkuda adalah sebuah keharusan untuk dikuasai.

Zhou Ming Hao, Putra Mahkota Dinasti Ming. Anak laki-laki berusia lima belas tahun yang sangat tampan, garis wajahnya mewarisi sang ayah, namun mata tajam itu jelas milik Wu Li Mei. Di usia yang masih belia, Ming Hao sudah ahli dalam memanah, berkuda, dan bermain pedang. Sang putra mahkota juga cerdas dan terampil dalam bidang seni. Zhou Ming Hao dididik langsung oleh sang ayah, Kaisar Zhou guna menjadi penerus Dinasti Ming. Namun begitu, sang putra mahkota memiliki sifat dingin dan kaku, ia menjadi lebih pendiam karena tidak mendapat cukup kasih sayang. Kaisar selalu sibuk dengan pemerintahan, dan Permaisuri Yang tidak pernah sedikitpun memberi perhatian. Hidupnya kian menyedihkan saat sang ibu, Selir Agung Wu Li Mei dilarang berinteraksi dengannya oleh Permaisuri Yang Jia Li.

"Ku rasa latihan untuk hari ini sudah cukup, Yang Mulia." ujar Guru Zhang.

Zhou Ming Hao mengangguk, "Baiklah, terima kasih guru. Kau boleh kembali."

"Salam, Yang Mulia."

Sang putra mahkota mengangguk pelan, lalu berjalan ke sisi lapangan untuk mengambil pedangnya. Anak laki-laki itu terdiam sejenak, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Lapangan tempat latihan berpedang terletak di padang rumput, bukit timur di samping istana. Zhou Ming Hao memilih tempat ini karena pemandangan yang luar biasa indah. Pemukiman penduduk yang diapit sungai besar dan gunung Fu yang menjulang tinggi hingga puncaknya tertutupi salju abadi.

"Salam, Yang Mulia."

Zhou Ming Hao menoleh saat mendengar suara yang ia kenali. "Bangkitlah, adik."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ming Hao.

Putri Zhou Fang Yin menggeleng pelan lalu tersenyum, "Aku sedang berlatih menunggang kuda, melihatmu ada disini, aku memutuskan untuk menyapamu."

Zhou Ming Hao mengangguk, "Apa yang kau simpan itu?" tunjuknya pada sekumpulan bunga di pelana kuda milik Putri Mahkota Fang Yin.

"Ah, itu... " Zhou Fang Yin melirik ke kanan dan kiri. "Bunga Peony."

"Untukmu?"

"Untuk Ibu." jawab sang putri lirih.

Ming Hao memejamnya matanya sejenak, menghela napas berat. "Fang Yin, ibu permaisuri tidak menyukai bunga peony."

"Bukan untuk ibu permaisuri." sanggahnya.

"Lalu?" Ming Hao mengerutkan kening, "Jangan bilang......"

"Ya, kau benar kakak. Untuk ibu selir."

Zhou Fang Yin melihat sekumpulan bunga peony yang sedang mekar saat berlatih berkuda, sang putri tergerak untuk memetik beberapa dan menyimpannya.

Zhou Ming Hao mendekat, menyentuh bahu sang adik. "Xiao Yin, berhentilah peduli pada ibu selir, dia bahkan tidak peduli dengan kita. Dan kau akan mendapat masalah jika Permaisuri Yang sampai mengetahuinya."

Sang putri menunduk, lalu mengangguk singkat.

"Baiklah."

Zhou Ming Hao hanya bisa menatap iba pada sang adik, Fang Yin begitu menyayangi Wu Li Mei. Tapi ia pun tidak bisa melakukan sesuatu, jika Permaisuri Yang Jia Li sampai mengetahui perihal interaksi mereka dengan selir agung. Pasti Ibu Permaisuri akan marah besar dan berakhir menghukum mereka. Ming Hao pun tidak tahu pasti alasan Permaisuri Yang menjauhkan mereka dan sang ibu.

"Baiklah, ayo kembali ke istana."

"Ya, kakak."

Kedua kakak beradik itu berjalan beriringan kembali ke istana. Sepanjang perjalanan hanya diwarnai hening karena tak ada yang membuka suara, tata krama istana melatih mereka dengan cara yang berbeda. Menciptakan dua kepribadian yang berbeda pula. Interaksi antara keduanya pun dibatasi, jadi sangat wajar jika Zhou Ming Hao dan Zhou Fang Yin tak seakrab saudara kembar pada umumnya.

Terpopuler

Comments

☆chika

☆chika

itu lah sebab nya laki2 tidak boleh mempunyai banyak istri.
kasihan anak2 nya

2024-10-26

1

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

permaisuri rupanya berhati iblis bermuka malaikat..

2024-03-01

4

Susilawati

Susilawati

kasihan anak2 itu harus terpisah dgn ibu kandungnya sendiri.

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!