Putri kecil ibu

Wu Li Mei menatap wajah damai sang putri sendu, setelah mimisan dan sakit kepala hebat, Putri Xie Ling tidak sadarkan diri.

"Anda bisa kembali ke paviliun anda, Yang Mulia. Hari sudah petang." ujar Dayang Hong.

"Lalu, Xiao Xie?"

"Saya dan para dayang akan menjaganya, ini sudah.....biasa terjadi."

"Tak apa, aku akan tinggal lebih lama, aku ingin menunggu sampai Xiao Xie bangun." ujar Wu Li Mei, wanita itu duduk tepat di samping anak perempuan cantik yang masih setia menutup matanya, menggenggam tangan kecil itu seolah memberikan kekuatan. Hatinya teriris, sebagai seorang ibu, siapa yang tidak bersedih hati melihat anaknya sakit parah. Li Mei menyentuh pipi Xie Ling dengan sangat hati-hati, lalu mengusapnya perlahan. Wajah cantik yang selalu pucat tanpa binar cahaya. Sang selir kembali memeriksa denyut nadi putri kecil itu untuk memastikannya masih ada harapan.

"Tolong berikan lebih banyak penghangat di ruangan ini." titah Wu Li Mei.

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei menatap Tabib Zhong, tanpa melepas tautan tangannya. "Apa yang terjadi pada Xiao Xie?" tanyanya.

Tabib Zhong menggeleng, "Maaf, saya juga belum menemukan jawaban, Yang Mulia."

"Putri sudah seperti ini sejak lahir, Yang Mulia." tambah Dayang Hong.

Wu Li Mei melepas genggaman tangannya, menaikkan selimut hingga sebatas dada Xie Ling, dan mengecup puncak kepala sang putri singkat. Wanita itu beranjak menghampiri Dayang Yi, Dayang Hong, dan Tabib Zhong yang berdiri tak jauh dari mereka. Juga beberapa dayang lain yang berjaga.

"Gejala seperti apa yang terjadi, ceritakan padaku?"

Tabib Zhong menerawang, "Putri sering deman tinggi, ruam, otot lemas, dan mengeluh sakit kepala. Dulu, Putri pernah kejang-kejang, muntah, hingga tidak sadarkan diri, Yang Mulia."

"Ini sudah berlangsung lama, Yang Mulia. Sejak putri masih kecil." tambah Dayang Hong, wanita itu tahu benar keadaan Xie Ling karena telah mengurusnya sejak lama.

Tabib Zhong mengangguk, "Saya sudah memberikan semua herbal terbaik yang dimiliki negeri ini, tapi tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Obat yang saya berikan hanya membuatnya tetap bertahan." jelasnya.

"Putri selalu pucat, lesuh, dan tidak bersemangat, Yang Mulia." Dayang Hong menatap sendu Xie Ling yang tengah berbaring. "Putri selalu mengeluh sakit kepala."

Wu Li Mei mendengar dengan seksama penuturan Tabib Zhong dan Dayang Hong, mereka orang terdekat yang mengetahui pasti penyakit Xie Ling. Jika disimpulkan dari sudut pandang Dokter Risa, ia menduga ini adalah tumor otak atau mungkin meningitis. Tapi, untuk mendiagnosis pun harus melalui test medis. Dan inilah kesulitan yang ia hadapi, tidak ada radiografi, biopsi atau semacamnya di sini. Keterbatasan pengetahuan dalam bidang kesehatan membuat putri kecil ini harus terus menderita. Ingin rasanya Risa kembali ke zamannya dan membawa Xie Ling, untuk menjadi salah satu pasien kecilnya. Lagi-lagi, Risa merutuki Jessy yang memberikan kisah semenyedihkan ini untuk Zhou Xie Ling.

Wu Li Mei menatap ke luar paviliun, sepertinya hari memang sudah beranjak malam. "Baiklah, aku akan kembali ke paviliunku. Tolong jaga Xiao Xie ku, Dayang Hong, Tabib Zhong."

Wu Li Mei bangkit, ia bergegas kembali ke paviliunnya untuk mandi dan mempersiapkan sesuatu sebelum kembali menjaga Putri Xie Ling.

"Dayang Yi, aku ingin memasak bubur untuk Xiao Xie. Tolong bantu aku bersiap."

...****************...

Panglima Hong menghadap sang kaisar untuk menyampaikan hasil dari tugasnya, ya, sang panglima ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik Selir Agung Wu Li Mei selama Kaisar Zhou pergi untuk mengatasi masalah kekeringan di negeri timur. Dan sore ini, kaisar baru saja tiba di istana.

"Salam, Yang Mulia. Semoga kaisar hidup seribu tahun."

"Bangkitlah!" titah Kaisar Zhou. "Katakan padaku!"

Panglima Hao bangkit, menatap sang kaisar. "Beberapa hari ini Yang Mulia Selir benar-benar sangat berbeda, beliau menjadi lebih lembut kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan hari ini, beliau tersenyum dan bersikap baik kepada Putri Xie Ling, selayaknya seorang ibu."

"Siang tadi, Putri Xie Ling mimisan dan Yang Mulia Selir begitu panik, beliau menggendong putri menuju paviliunnya, bahkan ia masih disana hingga sekarang.

"Xie Ling kembali sakit?"

Panglima Hao mengangguk, "Iya, Yang Mulia."

"Kasim Hao!"

"Iya, Yang Mulia."

"Aku akan mengunjungi Putri Xie Ling, siapkan tandu." titah kaisar.

"Tapi, anda baru tiba dari perjalanan yang melelahkan Yang Mulia, tidakkah anda ingin membersihkan tubuh terlebih dahulu?"

Kaisar mengangguk, "Itu ide yang bagus, segera siapkan air, aku ingin berendam karena tubuhku sudah sangat lengket." ujarnya berubah pikiran.

Kaisar Zhou pergi menuju paviliunnya, diikuti Kasim Hao, dayang-dayang, dan beberapa kasim lainnya.

"Salam, Yang Mulia Kaisar." sapa Permaisuri Yang, ia bergegas menuju paviliun raja saat mendengar kabar bahwa Kaisar Zhou telah kembali.

"Bangkitlah." titah kaisar.

"Bagaimana perjalanan anda, Yang Mulia?" tanya Permaisuri Yang, mengikuti langkah kaisar menuju kediamannya.

"Yaa, cukup melelahkan."

"Apa negeri timur sudah mendapatkan air kembali?"

Kaisar mengangguk, "Belum sebanyak negeri yang lain, tapi itu cukup untuk pertanian dan kebutuhan penduduk."

Permaisuri Yang Jia Li mengangguk-angguk, sedikit ia mendengar bahwa negeri timur sedang dilanda kekeringan. Negeri timur adalah tanah kelahirannya yang indah dan menawan, banyak perbukitan kapur dan lahan pertanian, Yang Jia Li turut merasa sedih saat negeri itu sekarang dilanda kesusahan.

Yang Jia Li menatap ke langit, bulan dan bintang tampak bertabur indah di cakrawala. "Wahai, Yang Mulia, lihatlah!" Permaisuri itu menunjuk ke arah langit.

Mengikuti arah pandang Jia Li, kaisar tersenyum. "Sangat cantik."

Yang Jia Li terpaku dan merona seketika, "Terima kasih." ujarnya malu-malu.

"Maksudku.... bulan itu!" tunjuk Kaisar Zhou pada bulan purnama.

"Ah ya," Yang Jia Li merasa sedikit kecewa, pipinya sudah merah hingga ke telinga. Antara kecewa dan malu. "Tentu saja bulan itu."

Sampai di depan paviliun raja, Kaisar Zhou berhenti sejenak. "Beristirahatlah, Permaisuri Yang."

Permaisuri Yang mengangguk, "Bolehkan saya beristirahat malam ini dengan anda?" ujarnya penuh harap.

Kaisar mengangguk kaku, "Ya, nanti, nanti aku akan mengunjungimu."

Yang Jia Li tersenyum cerah. Berbanding terbalik dengan Kaisar Zhou yang memaksakan bibirnya untuk melengkung, sejujurnya sang kaisar sangat jarang menghabiskan malam bersama permaisuri atau selirnya. Ia hanya akan berkunjung sesekali, lalu kembali ke paviliunnya. Sampai-sampai, Ibu Suri harus mati-matian memaksanya bermalam dengan alasan kekaisaran butuh penerus.

...****************...

"Apa Xiao Xie belum tersadar?" tanya Wu Li Mei, wanita itu kembali ke kediaman sang putri. Sang selir tampak menawan dengan hanfu putih bermotif burung bangau.

Dayang Hong mengangguk, "Sudah, Yang Mulia, tapi putri tidak mau makan apapun sejak bangun. Saya khawatir, putri kembali sakit."

"Xiao Xie ada di kamarnya?"

"Iya, Yang Mulia. Putri memilih untuk kembali tidur."

Wu Li Mei mengangguk, "Baiklah, kau boleh pergi Dayang Hong, beristirahatlah barang sejenak. Malam ini, aku akan menjaga Xiao Xie."

"Tapi, Yang Mulia."

"Tak apa, masih ada beberapa dayang disini. Mereka bisa bergantian denganmu esok hari." titah Wu Li Mei.

Dayang Hong mengangguk, "Baik, terima kasih, Yang Mulia."

"Dayang Yi, tolong siapkan bubur untuk Putri Xie Ling."

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei memasuki kamar Xie Ling setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali, tapi tidak ada jawaban. Sang selir melangkah dengan tenang, menuju seorang gadis kecil yang meringkuk di ranjangnya.

Wu Li Mei duduk di tepi ranjang, tangannya terulur membelai surai sang putri. "Xiao Xie, apa kau sudah tidur sayang?" tanyanya pelan.

Meskipun dengan pencahayaan yang temaram, Wu Li Mei bisa melihat dengan jelas peluh yang membanjiri pelipis Xie Ling. Sang selir menyekanya dengan sapu tangan di hanfu putihnya, lalu ia kembali mengusap surai Xie Ling, berharap rasa sakit itu bisa berpindah ke tubuhnya saja. Wu Li Mei terus menemani Putri Xie Ling, selayaknya seorang ibu, ia setia menjaga sang putri sambil terus menggumankan doa, agar para dewa mendengar rintihan gadis kecilnya yang kesakitan ini.

"Yang Mulia." Dayang Yi datang dengan semangkuk bubur putih, beberapa lauk, dan air minum.

"Letakkan disitu saja, Dayang Yi." ujar Wu Li Mei tanpa menoleh.

"Baik, Yang Mulia."

"Terima kasih." ucap sang selir tulus.

Merasakan usapan halus di puncak kepalanya, Zhou Xie Ling membuka kelopak matanya perlahan. "Ibu." lirihnya.

"Iya sayang, ini ibu." Wu Li Mei tersenyum hangat. "Apa kau lapar? Ibu membuatkan bubur spesial untukmu."

"Se.. spe.. sia... apa?" Xie Ling ngeryit bingung.

"Ah!" Wu Li Mei melirik ke kanan dan kiri. "Istimewa sayang, bubur istimewa. Bangunlah, ibu akan menyuapimu."

Wu Li Mei membantu sang putri untuk duduk, membawa tubuh ringkih itu bersandar di kepala ranjang. Wanita itu meraih semangkuk bubur buatannya, dan dengan telaten menyuapkan satu demi satu sendok untuk Xie Ling.

Di suapan ke lima, Zhou Xie Ling memilih menyerah, ia sangat bahagia disuapi oleh sang ibu. Tapi, rasa mual kembali mengalahkannya.

"Aku tidak mau, Ibu." tolaknya saat Wu Li Mei memberikan semangkuk cairan berwarna hitam yang ia kenali, obat pahit dari Tabib Zhong. Gadis kecil itu terus menggeleng dan menunduk, takut jika Wu Li Mei akan memarahinya.

Tapi, alih-alih marah. Li Mei justru tersenyum. "Kemarilah sayang." pintanya.

Zhou Xie Ling mendongak, menatap sang ibu sambil mengerutkan kening. Apa sang ibu akan kembali memarahinya? Tapi ia salah, Wu Li Mei justru merengkuh tubuhnya, menguncinya dalam sebuah dekapan hangat.

"Kau tahu, semua obat itu selalu pahit dan tidak enak." tuturnya.

"Tapi, itu bisa membuatmu lebih baik."

"Ibu ingin kau meminum obat dari Tabib Zhong untuk membuatmu tetap sehat."

"Ibu akan bersedih jika kau terus merasa sakit."

Wu Li Mei mengurai pelukannya, kembali membelai puncak kepala Xie Ling sambil tersenyum. "Ibu ingin kau menemani ibu memetik beberapa bunga peony di dekat danau timur, maukah, kau menemaniku?"

Xie Ling dengan cepat mengangguk, "Ya, tentu aku mau ibu."

"Baiklah kalau begitu, sekarang minum obatmu agar kau lekas membaik."

Wu Li Mei meraih kembali mangkuk herbal untuk Putri Xie Ling, syukurlah gadis itu mau meskipun harus pelan-pelan.

Wu Li Mei berbaring di ranjang, menarik sang putri agar mendekat ke arahnya, lalu kembali memberikan pelukan hangat. "Tidurlah, ibu akan memelukmu sepanjang malam."

Putri Xie tersenyum cerah, melingkari pinggang sang ibu dengan tangannya. Aroma tubuh, senandung, dan usapan di punggungnya, berhasil membuat anak itu nyaman dan tak lama kembali tertidur.

"Selamat tidur, putri kecil ibu."

Seseorang dari balik pintu menyunggingkan senyum tipis melihat interaksi ibu dan anak yang begitu menyentuh.

"Menarik."

Terpopuler

Comments

StepMother_Friend

StepMother_Friend

menurut saya lebih bagus kalo dia punya bakat dari dunia aslinya jadi dokter pakai kekuatan sihir atau sistem yang kayak di cerita manhwa korea

2024-12-10

1

Ayu_Lestary

Ayu_Lestary

ikut berkaca-kaca 🥺🥺🥺

2024-09-22

2

Awind Widayanti

Awind Widayanti

wes khaisar am kaming

2024-09-12

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!