Penggalan novel

Marissa mulai menikmati menjadi Wu Li Mei, berendam di air hangat dengan banyak bunga mawar di dalamnya. Sungguh hal yang sangat ia dambakan selama ini.

Semalam saat ia tidur, ia berharap bisa terbangun sebagai dirinya yang asli. Tapi nihil, ia justru kembali menjadi Wu Li Mei.

"Dayang?" panggil Marissa.

Salah satu dayang mendekat, "Iya, Yang Mulia."

"Tolong tambahkan air hangat lagi, kurasa air ini sudah mendingin."

Dayang itu gelagapan, menoleh pada dayang-dayang yang lain. Sayang sekali Dayang Yi sedang tidak ada disana, jadi mereka bingung sekaligus takut untuk menghadapi Wu Li Mei.

"Ta-tapi, Yang Mulia." sanggah dayang itu takut.

Marissa menaikkan alis kanannya.

"Anda sudah berendam cukup lama, bagai---"

"Oh, pantas saja air ini mendingin, sudah berapa lama aku berendam?" tanya Risa.

"Sekitar dua jam, Yang Mulia."

Marissa merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia terlena dengan berendam selama itu. Tidak baik untuk kesehatannya jika berendam terlalu lama, lihatlah jari-jari lentik Wu Li Mei, sudah mengeriput di ujungnya.

"Ambilkan pakaianku, dayang. Kurasa cukup."

Para dayang dengan sigap mengeringkan tubuh Wu Li Mei dan memberinya pakaian yang hampir mirip dengan hanfu, hanya saja lebih tipis. Mungkin ini seperti handuk atau bathrobes di masa modern.

Segalanya sangat mudah disini, ada dayang-dayang yang siap melayaninya. Bahkan untuk sekedar memakai pakaian, para dayang itu dengan sangat baik melayaninya.

"Anda ingin mengenakan hanfu yang mana, Yang Mulia?" Dayang Yi datang bersama dengan dayang lainnya.

Marissa mengerjap, benar juga, jika dirinya adalah selir agung kekaisaran, maka ia pasti memiliki banyak perhiasan dan baju yang bagus. "Dimana lemari pakaian ku?"

Dayang Yi menatap bingung.

"Aku ingin memilih sendiri pakaianku."

Dayang Yi mengangguk, menuntun Marissa menuju tempat penyimpanan pakaian dan perhiasan.

Sejenak Risa benar-benar takjub melihat betapa banyaknya perhiasan milik Wu Li Mei yang menyilaukan mata.

"Wanita ini sungguh sangat luar biasa."

Marissa memilih satu set hanfu berwarna biru cerah dengan motif bambu, dan sepasang tusuk konde berbentuk angsa.

"Anda ingin berdandan seperti apa, Yang Mulia?"

"Seperti biasanya saja." balas Marissa enteng.

Para pelayan pun dengan telaten mendandani sang selir, meskipun mereka masih merasa aneh, mengapa Wu Li Mei tidak memakai hanfu warna mencolok seperti dia biasanya, dan mengapa hanya dua tusuk konde yang ia kenakan hari ini. Biasanya sang selir akan memakan empat atau lima tusuk konde.

"Selesai, Yang Mulia."

"Tolong berikan aku cermin." Marissa menatap pantulan dirinya di cermin, ia terbelalak melihat penampilannya. "Apa ini?" sentak wanita itu.

Para dayang saling tatap, mereka sudah pasrah menerima murka dari Wu Li Mei seperti biasanya.

"Aku tidak mau berdandan terlalu berlebihan, ini terlalu menor, aku jadi tampak lebih tua." keluh Marissa. "Apa kau tahu make up natural sedang menjadi trend saat ini, kalian sungguh kuno."

"Tapi, anda biasa berpenampilan seperti itu Yang Mulia." sanggah para dayang.

"Aku tidak mau!" Risa menatap sengit para dayang yang ketakutan, oh, apa dirinya terlihat seperti Wu Li Mei sekarang. Marissa menghela napas pelan, "Tolong hapus riasan ini, aku mau yang lebih sederhana." ujar wanita itu melembut, menyadari tatapan ketakutan para dayang membuatnya merasa bersalah.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya para dayang selesai merias Wu Li Mei. Risa menatap pantulan wajah rupawan sang selir dari kaca, Li Mei memang sangat jahat, tapi Jessy menggambarkannya bak malaikat. Risa patut berterima kasih pada sahabatnya itu, karena kehidupan keduanya terasa sangat nyaman.

...****************...

Sejujurnya tidak banyak yang bisa ia lakukan disini, banyak waktu hanya Risa gunakan untuk bersantai. Apa selir tidak mengurusi pemerintahan atau semacamnya? Risa mendadak rindu akan kesibukannya sebagai dokter. Mengingat itu, ia jadi khawatir dan merasa bersalah kepada para pasien kecilnya. Dan Dokter Ridwan, pria tua itu pasti kebingungan mencari pengganti dirinya.

"Yang Mulia."

Risa tersentak sedikit, ia menatap Dayang Yi bingung.

"Apa anda tidak mendengar apa yang saya sampaikan?"

Risa menggaruk pelipisnya, "Maaf, aku sedang tidak berkonsentrasi."

"Kon... sen..kosetrasi.....maksud anda?"

"Ah, lupakan Dayang Yi." sela Risa, ia lupa jika banyak kata terapan belum dipahami disini. "Jadi, bisakah kau ulangi apa yang tadi kau sampaikan?"

Dayang Yi mengangguk, "Yang Mulia Kaisar mengirimkan tabib untuk memeriksa keadaan anda."

"Bukankah aku sudah baik-baik saja." balas Risa.

"Maaf, tapi ini perintah Yang Mulia Kaisar."

Risa mengangguk, "Ya, kalau begitu panggil tabib itu kemari."

Dayang Yi menunduk dan pergi, beberapa menit setelahnya, ia kembali bersama seorang pria paruh baya berpakaian putih. Serupa dengan tabib tempo hari, hanya saja terlihat lebih berwibawa dan meyakinkan. Oh tunggu! Risa membelalak saat wajah tabib itu tidak asing.

"Dokter Ridwan!" pekik Risa. Wanita itu melompat turun dari kursinya untuk menghampiri sang tabib.

Semua orang disana menatapnya aneh, "Maaf, Yang Mulia?"

"Dokter Ridwan, benarkan itu kau?" tanya Risa penuh binar. "Oh, aku tidak percaya kau dan aku terdampar di dalam novel Jessy. Saat berhasil keluar nanti, kita harus membalas dokter ****** itu!"

"Sa-saya Tabib Zhong, Yang Mulia." jawab pria paruh baya itu. "Sepertinya Yang Mulia Selir kurang enak badan, silahkan kembali ke kursi. Saya akan memeriksa anda."

Risa terdiam, wajah ini sama dengan Dokter Ridwan, tapi mengapa. Ah, Risa lupa jika ini novel fantasi. Mungkin, Jessy menggambarkan wajah Tabib Zhong seperti Dokter Ridwan.

Tabib Zhong mulai memeriksa keadaan sang selir dengan hati-hati, dalam hati ia membenarkan berita yang ramai diperbincangkan oleh para dayang. Bahwa, Selir Agung Wu Li Mei tidak dalam keadaan sehat. Beberapa waktu lalu, dayang dari paviliun selir agung melaporkan hal itu pada Kaisar. Bahwa Wu Li Mei sedikit berbeda, ia mulai berbicara dengan bahasa yang aneh, dan sifatnya berubah drastis. Sang selir kini menjadi lebih sederhana dan membenci warna merah.

"Apa Yang Mulia sering merasa pusing?"

"Ya." Risa mengangguk, "Biasanya setelah bangun tidur."

"Apa anda ingat kejadian sebelum anda jatuh?"

"Jatuh." gumam Risa, ia lupa menanyakan perihal bagaimana selir ini bisa berganti jiwa dengannya. "Aku jatuh?" tanyanya pada Dayang Yi.

Dayang Yi mengangguk, "Apa anda tidak mengingatnya?"

Risa menggeleng pelan.

"Yang Mulia terjatuh dari paviliun di danau utara, anda tenggelam dan tidak sadarkan diri selama seminggu."

Marissa memutar kembali ingatannya, seingatnya tidak ada penggalan kisah di novel itu tentang Wu Li Mei jatuh dan tenggelam. Tunggu! bukankah yang seharusnya tenggelam adalah Permaisuri Yang Jia Li.

Risa meringis memegangi kepalanya yang terasa pening, pandangannya mulai berputar. Dayang Yi dengan sigap membantu sang selir berbaring.

"Silahkan anda istirahat dulu, Yang Mulia. Saya akan kembali membawa racikan obat." Tabib Zhong segera berlalu menuju pusat kesehatan istana untuk mengambil beberapa obat.

Di tempatnya, Risa merasakan pening yang semakin hebat, kepalanya berdenyut dan ingatan itu berputar.

"Jaga ucapanmu Wu Li Mei!" Permaisuri Yang mengacungkan telunjuknya tepat di wajah Wu Li Mei.

"Ku rasa kau lupa Permaisuri Yang, anak-anak yang kau jadikan boneka pemerintahan itu adalah darah dagingku!" ujar Li Mei marah.

Permaisuri Yang semakin memerah, napasnya memburu. "Kau tidak tahu apapun Li Mei, berhenti mencampuri urusanku, urus saja cintamu pada Kaisar yang tidak berbalas itu."

"Tidak!" balas Wu Li Mei, "Aku tidak akan diam saja jika kau perlakukan anak-anakku semena-mena, mereka masih sangat kecil. Tidak mengerti kekuasaan!"

Plakkkkkk, rona merah muncul di pipi kiri Wu Li Mei akibat tamparan dari Permaisuri Yang.

"Kau terlalu banyak bicara Li Mei."

"Aaaaaaaaaaaa!"

Wu Li Mei berteriak saat tubuhnya didorong dengan kuat hingga jatuh menghantam bebatuan dan berakhir di danau, bunyi debur air danau yang tenang menjadi saksi malam itu. Di sinari rembulan cerah, napas Wu Li Mei tercekat saat air menerobos masuk ke hidung dan mulutnya. Li Mei menyibak air, mencoba meraih permukaan tapi nihil. Wu Li Mei jatuh semakin dalam, dengan setitik kesadaran hanya siluet seorang laki-laki yang terakhir di ingatannya sebelum menutup mata.

"Yang Mulia? Yang Mulia?"

Risa tersadar dengan napas memburu, peluh mengalir di pelipisnya. Raut khawatir para dayang membuatnya kian bingung. "Kenapa aku?"

"Anda tidak sadarkan diri, Yang Mulia. Apa anda merasa sakit? di bagian mana?" tanya Dayang Yi.

"Ini Yang Mulia." tabib memberikan semangkuk cairan berwarna hitam, "Saya meracik obat untuk meredakan pusing anda."

Risa menerimanya, tanpa aba-aba ia menenggak air itu hingga tandas. Sial, Risa butuh air untuk menenangkannya tapi mengapa obat ini sangat pahit.

Para dayang dan tabib terdiam beberapa saat, menunggu keadaan sang selir membaik. Sedangkan Risa masih berdebat dengan pikirannya, tentang plot novel yang melenceng jauh. Seharusnya Permaisuri Yang jatuh ke danau, dan Wu Li Mei di hukum penggal. Seharusnya begitulah akhir yang ia tahu.

"Yang Mulia, apa anda kehilangan ingatan anda?"

Risa menatap sang tabib.

"Melihat kondisi anda, mungkin memang benar Yang Mulia Selir kehilangan sebagian ingatan akibat benturan di kepala." jelasnya.

"Aku.. mengalami benturan di kepala?"

Dayang Yi dan tabib istana mengangguk.

"Bahkan, air danau yang jernih sampai berwarna merah Yang Mulia."

Risa bergidik ngeri.

"Saya sudah putuh asa saat anda tidak kunjung bangun dan semakin melemah." tutur Dayang Yi.

"Sepertinya anda benar mengalami hilang ingatan." tambah Tabib Zhong.

Benar juga, sepertinya kisah novel Back In Time sudah melenceng sangat jauh dari plot aslinya. Risa mengangguk dalam lamunannya, hilang ingatan akan menjadi alibi yang sangat baik untuk menjelaskan keanehan yang terjadi pada diri Wu Li Mei saat ini. Maaf Jessy, tapi kali ini ia harus merubah jalan cerita agar tidak berakhir menyedihkan seperti Wu Li Mei. Risa bertekad untuk hidup lama dan bahagia disini, sekalipun ia tidak dicintai seperti protagonis tapi ia enggan dibenci seperti tokoh antagonis.

"Kau benar!"

"Maksud anda?" tanya Tabib Zhong.

"Aku mengalami amnesia, retrograde amnesia." jawab Risa yakin.

Dayang Yi dan Tabib Zhong melongo, tidak paham dengan apa yang dikatakan sang selir agung.

"Ahh!" Risa memijit pelipisnya pelan, "Aku sepertinya tidak bisa mengingat beberapa kejadian di hidupku karena benturan itu." ujarnya berpura-pura sedih.

"Oh, tidak, aku bahkan melupakan kenangan-kenangan indahku." Risa menatap sendu para dayang. "Bagaimana aku harus menjalani hidup ini, wahai dewa."

Dayang Yi segera meraih tangan halus Wu Li Mei, "Jangan sedih, Yang Mulia. Saya dan dayang-dayang akan membantu anda mengingat kembali." ujarnya, diangguki dayang-dayang lain.

"Sebaiknya anda kembali beristirahat, Yang Mulia Selir. Saya pamit undur diri."

"Ya, Tabib Zhong. Terima kasih."

Tabib Zhong terdiam sejenak, Wu Li Mei baru saja mengucapkan terima kasih. Pasti sang selir ini sedang sangat sakit.

Terpopuler

Comments

Ayu_Lestary

Ayu_Lestary

Dokter risa langsung menikmati kehidupan barunya, 👏

2024-09-22

2

Susilawati

Susilawati

gimana nasib dokter Risa di kehidupan nyata

2024-02-04

3

Aya Vivemyangel

Aya Vivemyangel

😂😂😂😂 lucu nih si selir markisa 😂😂😂😂
👣👣👣

2023-10-19

3

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!