Kecelakaan

Truk pengangkut semen bergerak tak terkendali setelah mengalami masalah pada remnya. Mendadak rem kendaraan berat itu tidak berfungsi normal, padahal beberapa menit lalu masih berjalan baik. Sopir truk sudah ketar-ketir mengendalikan laju kendaraannya yang tidak menentu, ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat yang aman untuk menghentikan paksa laju truk.

Sampai di persimpangan jalan, hal yang tidak diinginkan terjadi, dengan naas, truk itu menabrak sebuah sedan putih sangat keras. Hingga sedan itu terguling berkali-kali menuju sisi jalan yang lain, mobil-mobil di sekitarnya pun ikut menjadi sasaran, dan tabrakan beruntun tak terelakkan.

Body mobil ringsek, kaca pecah, dan mobil dalam keadaan terbalik. Sudah bisa dipastikan pengemudinya tidak akan terselamatkan.

Lima mobil ambulance dan banyak mobil polisi turut mengamankan tempat kejadian, beberapa saat setelah kecelakaan terjadi.

"Sebuah truk pengangkut semen kehilangan kendali saat melaju dari arah kota menuju stasiun lama. Truk bermuatan semen itu menabrak sebuah sedan putih dan beberapa kendaraan lain yang melaju berlawan arah, kecelakaan beruntun itu menelan dua korban jiwa dan lima lainnya terluka parah...... "

Jessy berjalan gontai diiringi headline news yang menggema di balik keruwetan UGD. Wanita itu menatap kosong dengan air mata yang membanjiri pipinya.

"Kumohon bertahanlah, Ris."

...****************...

Marissa meringis pelan saat seluruh badannya terasa sakit hanya untuk sekedar mengambil napas, kelopak matanya terasa berat dan telinganya mendengung. Namun, selang beberapa detik, rasa sakit itu perlahan mereda. Marissa bisa membuka kelopak matanya, mengedarkan pandangannya pada sekitar. Wanita itu mengerutkan keningnya saat aroma melati yang kuat merasuk ke hidungnya.

Langit-langit dan semua ornamen itu, Marissa mulai berpikir dimana ia sekarang berada? Apakah ini surga? Ah, ingatan tentang kecelakaan hebat yang ia alami berputar di kepalanya, semakin menambah pening yang tak kunjung mereda.

Saat rasa sakit di sekujur tubuhnya perlahan menghilang, wanita cantik itu mendudukkan tubuhnya. Menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menelisik ruangan tempat ia berada. Marissa mengamati punggung tangannya, tidak ada selang infus. Ya, tentu saja tidak ada. Mustahil ia berhasil selamat setelah kecelakaan hebat itu. Apa mungkin ini surga? Tapi Marissa merasa sangsi dirinya berada surga saat ini. Mungkin ia adalah seorang dokter, dan banyak menyembuhkan pasien kecilnya. Tapi dosa segudangnya tidak mungkin hilang begitu saja. Lalu, apa ini neraka? Tapi mengapa seindah ini?

Marissa meneliti ruangan yang tengah ia tempati, ruangan dari kayu dengan ukiran dan ornamen kuno, bahkan ubinnya pun terbuat dari kayu. Oh, dan jangan lupakan bahwa wanita itu tadi berbaring di sebuah dipan dengan ukiran naga yang mempesona.

"Oh, astaga, Yang Mulia sudah kembali sadar. Dayang! Dayang! Cepat panggilkan tabib."

"Baik, Dayang Yi." balas seorang gadis muda, ia menunduk lalu pergi.

Seorang wanita yang dipanggil Dayang Yi tadi berjalan menunduk menghampiri Marissa, "Apa Yang Mulia masih merasakan sakit?"

"Sebaiknya, Yang Mulia kembali berbaring saja, sebentar lagi tabib akan datang." ujarnya sambil menunduk, tidak berani menatap mata Marissa.

"Yang Mulia?" beo Marissa.

Marissa terdiam, apa Jessy lagi-lagi menjahilinya? Dimana ia sekarang? Dan siapa wanita itu? Mengapa ia memanggilnya Yang Mulia dan lihatlah pakaian itu, seperti para dayang di drama kolosal China yang sering ditonton Jessy.

Marissa mengerjap beberapa saat, lalu. menunduk melihat tubuhnya sendiri.

"HAHH!!!!!" pekik Marissa.

"Ada apa, Yang Mulia?"

"Ada apa ini? Kenapa bajuku jadi seperti ini?" Marissa menatap sang dayang kebingungan.

"Maaf, Yang Mulia, tapi ini adalah hanfu kesukaan anda."

"Hanfu?" beo Marissa. Hanfu, Dayang Yi, apa-apaan semua ini. "Dimana Jessy? Aku harus memberi pelajaran pada wanita licik itu." ujar Marissa sengit, wanita itu turun dari dipannya sambil mengangkat hanfu panjangnya tinggi-tinggi.

Dayang Yi gelagapan melihat tingkah aneh sang junjungan, tapi ia juga terlalu takut untuk melarang. "Ada apa, Yang Mulia? Dan apa itu Je... Jes.. Jessy?" Dayang Yi kesulitan mengucapkan kata aneh yang baru ia dengar pertama kali.

Marissa tidak mengubris ucapan Dayang Yi, wanita itu berlari keluar melewati pintu-pintu kayu, tak menghiraukan tatapan bingung para dayang lainnya.

Pintu berwarna merah, ya, itu pasti pintu keluarnya. Pintu itu memiliki ukuran yang lebih besar dengan ukiran yang lebih indah. Marissa harus segera keluar, ia tahu pasti Jessy sedang menunggu di luar dengan wajah tengilnya.

Brakkkk.......

Lutut Marissa seketika melemas, di balik pintu itu bukan Jessy, melainkan pria paruh baya berbaju putih bersama seorang dayang kecil tadi. Marissa benar-benar dibuat terkejut saat mendapati halaman luas dan sebuah danau teratai yang indah. Wanita cantik itu membulatkan matanya saat dari kejauhan ia bisa melihat pemandangan sebuah bukit yang sangat indah.

"Dimana aku?" Marissa luruh, wanita itu bersimpuh dengan wajah kalut.

"Yang Mulia apa yang anda lakukan? Ayo bangkitlah." Tabib dan dayang tadi merangkul kedua lengan Marissa, membawa wanita berbalut hanfu putih itu kembali ke dalam.

Dayang Yi datang dan turut membantu Marissa berbaring di kasur beludru yang sangat nyaman.

Tabib dengan cepat memeriksa keadaan Marissa, memastikan bahwa ia baik-baik saja. Setelah berbincang dengan Dayang Yi, tabib itu langsung undur diri.

"Apa Yang Mulia menginginkan sesuatu?"

Ya, aku ingin pulang, batin Marissa. Wanita itu masih menatap langit-langit dengan gamang.

"Tolong ambilkan air, aku haus." ujar Marissa.

Dayang Yi terdiam heran mendengar sang junjungan mengatakan kata 'tolong'. Tak urung, ia cepat mengambilkan air minum di cangkir porselen yang indah.

Marissa bangkit, ia terduduk dan menerima uluran cangkir dari Dayang Yi. Ia meminum air itu hingga tandas, otak dan tubuhnya perlu didinginkan dengan air.

"Jadi, kau Dayang Yi?" tanya Marissa.

Dayang Yi mendongak, lalu menganguk dua kali.

"Siapa aku?" tanya Marissa lagi.

"Maksud anda?" Dayang Yi mengerutkan keningnya. "Tentu saja anda adalah Selir Agung Wu Li Mei."

"Maksudmu aku berada di Dinasti Ming?"

Dayang Yi mengangguk.

"Kaisar....Zhou Xiu Huan?"

Dayang Yi kembali mengangguk dengan wajah bingung.

Marissa tertegun, menoleh ke kanan dan kiri, berharap ini hanya mimpi. "Tolong, ambilkan aku cermin."

"Baik, Yang Mulia."

Dayang Yi mengambil sebuah cermin di meja rias sang selir, memberikannya pada Marissa.

"Terima kasih, sekarang pergilah."

Saat Dayang Yi sudah pergi, Marissa mengangkat cermin itu.

"TIDAKKKKKKK!!!!!!!"

...****************...

Setelah satu hari penuh menangis sampai tertidur, Marissa terbangun saat perutnya meronta minta diisi. Ia baru sadar jika kemarin ia tidak menyantap apapun, terlalu kaget membuatnya lupa untuk mengisi perutnya.

Marissa mendesah pelan, ia kembali berkaca dan mendapati wajah yang sama. Wajah cantik Wu Li Mei, Selir Agung Kekaisaran Ming.

Wu Li Mei dari Dinasti Ming, adalah seorang tokoh cerita fiksi karya sang sahabat. Benar, Jessica, berjudul 'Back In Time'. Jika saat ini dirinya terlempar ke dalam sebuah cerita fiksi, apa yang harus ia lakukan? Apakah ini adalah kehidupan kedua yang diberikan Tuhan untuknya? Marissa berpikir demikian, mengingat kecelakaan yang ia alami, mustahil ia bisa selamat dan kembali hidup sebagai Marissa Darwanti.

Wu Li Mei, mengapa ia harus hidup kembali sebagai tokoh jahat dalam novel Jessy itu. Selir tamak yang haus akan cinta dan kekuasaan, terkenal jahat dan bengis, sangat beringas dalam membasmi siapapun yang menghalangi jalannya. Cintanya pada sang kaisar yang tak terbendung, membuatnya buta akan kebenaran. Wu Li Mei selalu menghalalkan segala cara untuk mencari perhatian sang kaisar, padahal kaisar sendiri membencinya. Mungkin semua orang di dinasti ini membencinya.

Marissa bergidik ngeri saat ia mengingat bagaimana akhir hidup seorang Wu Li Mei, karena Risa sendiri sudah membaca novel Jessy hingga akhir. Diakhir novel itu, tidak ada secercah kebahagiaan untuk Wu Li Mei, bahkan sang selir harus mengakhiri hidupnya karena dipenggal oleh sang kaisar.

"Jika ini kehidupan kedua ku, tentu saja aku harus hidup sangat lama. Aku tidak mau berakhir tragis seperti Wu Li Mei dalam novel Jessy." Marissa kembali mengangkat cerminnya, menatap pantulan wajah cantik Wu Li Mei, seingatnya selir ini sudah berusia sekitar 35 tahun. Tapi mengapa wajahnya masih begitu cantik, terlihat seperti gadis 17 tahun.

"Apa kau bodoh Risa, tentu saja kulitnya sangat bagus. Dia kan seorang selir." Marissa beranjak dari ranjangnya. Membuka jendela kamar yang sudah lama sekali tidak pernah dibuka, terlihat dari bagaimana macetnya engsel jendela itu.

Marissa menghela napas pelan, menikmati udara dingin dan segar. "Jelas saja kau sangat cantik Li Mei, udara disini sangat sehat, sama sekali tidak ada polusi."

"Baiklah, kalau aku harus jadi Wu Li Mei. Maka aku akan hidup lebih baik dari dirinya yang dahulu."

"Omong-omong, kemana perginya jiwa Wu Li Mei yang asli?" Risa bermonolog.

Marissa mengangguk yakin, "Aku harus mencari informasi dari Dayang Yi."

"Dayang Yi!"

"Dayang Yi! Dimana kau?"

"Dayang Yi?"

Marissa mencari sang dayang keluar dari paviliunnya, sekali lagi wanita itu terkesima dengan design dari paviliun ini. Mirip sekali dengan istana kekaisaran di Tiongkok. Risa patut bersyukur karena Jessy membuat latar cerita yang begitu indah.

"Dayang Yi!" Risa berteriak memanggil sang dayang.

"Ya, Yang Mulia."

Dayang Yi datang dengan tergopoh-gopoh, berjalan sambil menunduk, Marissa tentu tahu mengapa satu pun dari mereka tidak ada yang berani mendongak. Karena Wu Li Mei sangat kejam, tapi sekarang tubuh ini miliknya kan. Jadi, ia akan merubah citranya mulai sekarang.

"Kemana saja kau?"

"Ma-maaf, Yang Mulia. Saya menyiapkan air dan sarapan untuk anda."

Benar juga, Risa mengangguk pelan, memegang perut ratanya, "Ya kau benar, aku sangat lapar."

"Apa Yang Mulia ingin menyantap hidangan lebih dulu?"

Risa menggeleng, "Aku ingin mandi lebih dulu, badan ku terasa sangat lengket." Risa mengipasi lehernya, rambut panjang itu membuatnya merasa gerah, sekalipun udara di luar dingin. Belum lagi hanfu putih pucat yang Wu Li Mei kenakan, sungguh membuatnya terlihat seperti hantu.

Para dayang membimbing Risa menuju tempat biasa Wu Li Mei berendam. Saat melewati taman bunga di halaman paviliun, Risa berhenti sejenak.

"Dayang Yi?"

"Iya, Yang Mulia."

"Mengapa taman ini sangat gersang, tidak ada bunga atau tanaman disana?" tanya Marissa terheran, "Oh, mengapa dinding ini juga kosong sekali? Apa tidak ada design interior di negeri ini. Polos sekali seperti bangunan terbengkalai."

"Bukankah anda yang meminta semua ini?"

"Aku?"

Dayang Yi mengangguk dua kali dengan wajah bingung, "Anda, Yang Mulia."

"Oh, astaga! Wu Li Mei." pekik Marissa sembari memijat pelipisnya. "Aku tidak tahu kalau Wu Li Mei ini sangat kuno dan tidak mengenal estetika. Sungguh sebuah ironi mengingat dia sangat cantik dan kaya raya." gumannya.

"Dayang, mulai sekarang aku mau ada bunga di taman itu, bukan hanya semak berduri. Aku juga ingin lukisan atau ... guci ... atau hiasan semacam itu diletakkan di pelataran paviliun."

Dayang Yi dan dayang lain menatap heran pada sang selir, bukankah dulu ia sendiri yang meminta paviliun ini bersih dan kosong tanpa hiasan. Karena dulu Wu Li Mei benci dengan segala bentu dekorasi. Mereka saling tatap, tapi juga mengangguk.

"Dan satu lagi, Dayang Yi. Jika aku berbicara padamu, tataplah mataku. Kau tidak perlu takut lagi sekarang."

Terpopuler

Comments

StepMother_Friend

StepMother_Friend

truck kun

2024-12-10

0

Oi Min

Oi Min

kok aq ikut nangis kek Jessy....../Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/

2024-04-01

1

Susilawati

Susilawati

mungkin selir agung jadi kejam ada alasan nya

2024-02-04

1

lihat semua
Episodes
1 Novel Jessy
2 Undangan
3 Kecelakaan
4 Penggalan novel
5 Dibalik insiden
6 Putri kecil ibu
7 Bertemu sang permaisuri
8 Bersedih hati
9 Setangkai bunga
10 Menghabiskan malam
11 Ditinggal
12 Jalan-jalan
13 Sehari bersama Zhou Ming Hao
14 Hari perayaan
15 Percaya
16 Disayang ibu
17 Ancaman sang selir
18 Mulai membaik
19 Kehebohan di pasar
20 Berita baik
21 Permainan kecil
22 Hari yang sibuk
23 Dinasti Su
24 Pergi untuk kembali
25 Hari yang ditunggu
26 Sang Pangeran Timur
27 Keributan di pasar
28 Obat berkhasiat
29 Kembali untukmu
30 Rencana Yang Jia Li
31 Keanehan
32 Semakin memburuk
33 Pencarian Yang Li
34 Peran sang pangeran
35 Marah atau cemburu?
36 Terkuak
37 Aula penyiksaan
38 Dialah pelakunya!
39 Tipu muslihat
40 Departemen Kejaksaan
41 Upaya penyelamatan
42 Nasib
43 Mengawasi permaisuri
44 Trik gelap
45 Menyusup
46 Tak tinggal diam
47 Licik
48 Elang dan pesan
49 Hari eksekusi
50 Pembelaan pertama
51 Pembelaan kedua
52 Tak terduga
53 Kecewa
54 Salju pertama
55 Siapa yang tetap bertahan?
56 Efek demam
57 Menghindar
58 Dayang Hong
59 Lolos lagi
60 Kekecewaan
61 Peony yang layu
62 Nasib malang
63 Berduka
64 Hari-hari berbeda
65 Sang dokter
66 Sebuah pengumuman
67 Mulai praktek
68 Lukisan peony
69 Mulai curiga
70 Bertemu dengan selir
71 Kaisar kembali
72 Ibu Suri
73 Menyela permaisuri
74 Menggoda kaisar
75 Pembalasan
76 Wajah pias
77 Undangan Negeri Hang
78 Catatan herba beracun
79 Mengetahui rencana
80 Harus menyusun rencana
81 Ragu
82 Dayang pengkhianat
83 Hukuman pedih
84 Mengapa Yang Zhe Yan?
85 Sungai dan pertemuan
86 Wajah yang sama
87 Buku yang sama
88 Meminta bantuan
89 Kisah pelik di balik tahta
90 Kaisar dan permaisuri licik
91 Balai baca tulis
92 Koin emas dan ibu jari
93 Akhirnya pulang
94 Berry pembuat masalah
95 Pemeriksaan paviliun permaisuri
96 Permintaan Wu Li Mei
97 Hukuman Yang Jia Li
98 Kepergian permaisuri
99 Penghujung minggu
100 Penyamaran di pasar
101 Mengenali
102 Makan malam
103 Wanita untuk Jian Zhu
104 Toko obat hancur
105 Kabar buruk
106 Dia dalangnya
107 Menuju toko obat
108 Bertemu langsung
109 Zhou Jiang Wu
110 Toko yang baru
111 Herbal dari istana
112 Menjadi pengasuh
113 Herbal untuk sang nyonya
114 Gadis cantik di pasar
115 Hukuman Ho Xin Xin
116 Mencari si gadis cantik
117 Pembukaan toko baru
118 Bertemu langsung
119 Mari bekerja sama
120 Kau milikku
121 Keluarga Xu
122 Arti bunga camelia
123 Jing Xuan dan seorang wanita
124 Danau dan merpati
125 Teh beracun
126 Terlalu sering keluar
127 Kisah dua remaja
128 Ketahuan ibu
129 Butuh pemuas nafsu
130 Butuh pemuas nafsu
131 Para pemuda
132 Ketahuan dan peraturan
133 Festival
134 Festival (2)
135 Guru besar
136 Kebetulan bertemu
137 Wu Li Mei jatuh sakit
138 Pengumuman!
139 Dibalik peristiwa
140 Kesehatan yang memburuk
141 Pemberontakan Negeri Selatan
142 Kembalinya Sang Permaisuri
143 Menyusun rencana
144 Obat yang manjur
145 Penyerangan dan eksekusi
146 Kaisar disekap
147 Kembali ke istana
148 (End) Menggapai cahaya bulan
149 Salam terakhir
150 Pengumuman!!
151 Extra Part I
152 Extra Part II
153 Extra Part III
154 Extra Part IV
155 Final Part
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Novel Jessy
2
Undangan
3
Kecelakaan
4
Penggalan novel
5
Dibalik insiden
6
Putri kecil ibu
7
Bertemu sang permaisuri
8
Bersedih hati
9
Setangkai bunga
10
Menghabiskan malam
11
Ditinggal
12
Jalan-jalan
13
Sehari bersama Zhou Ming Hao
14
Hari perayaan
15
Percaya
16
Disayang ibu
17
Ancaman sang selir
18
Mulai membaik
19
Kehebohan di pasar
20
Berita baik
21
Permainan kecil
22
Hari yang sibuk
23
Dinasti Su
24
Pergi untuk kembali
25
Hari yang ditunggu
26
Sang Pangeran Timur
27
Keributan di pasar
28
Obat berkhasiat
29
Kembali untukmu
30
Rencana Yang Jia Li
31
Keanehan
32
Semakin memburuk
33
Pencarian Yang Li
34
Peran sang pangeran
35
Marah atau cemburu?
36
Terkuak
37
Aula penyiksaan
38
Dialah pelakunya!
39
Tipu muslihat
40
Departemen Kejaksaan
41
Upaya penyelamatan
42
Nasib
43
Mengawasi permaisuri
44
Trik gelap
45
Menyusup
46
Tak tinggal diam
47
Licik
48
Elang dan pesan
49
Hari eksekusi
50
Pembelaan pertama
51
Pembelaan kedua
52
Tak terduga
53
Kecewa
54
Salju pertama
55
Siapa yang tetap bertahan?
56
Efek demam
57
Menghindar
58
Dayang Hong
59
Lolos lagi
60
Kekecewaan
61
Peony yang layu
62
Nasib malang
63
Berduka
64
Hari-hari berbeda
65
Sang dokter
66
Sebuah pengumuman
67
Mulai praktek
68
Lukisan peony
69
Mulai curiga
70
Bertemu dengan selir
71
Kaisar kembali
72
Ibu Suri
73
Menyela permaisuri
74
Menggoda kaisar
75
Pembalasan
76
Wajah pias
77
Undangan Negeri Hang
78
Catatan herba beracun
79
Mengetahui rencana
80
Harus menyusun rencana
81
Ragu
82
Dayang pengkhianat
83
Hukuman pedih
84
Mengapa Yang Zhe Yan?
85
Sungai dan pertemuan
86
Wajah yang sama
87
Buku yang sama
88
Meminta bantuan
89
Kisah pelik di balik tahta
90
Kaisar dan permaisuri licik
91
Balai baca tulis
92
Koin emas dan ibu jari
93
Akhirnya pulang
94
Berry pembuat masalah
95
Pemeriksaan paviliun permaisuri
96
Permintaan Wu Li Mei
97
Hukuman Yang Jia Li
98
Kepergian permaisuri
99
Penghujung minggu
100
Penyamaran di pasar
101
Mengenali
102
Makan malam
103
Wanita untuk Jian Zhu
104
Toko obat hancur
105
Kabar buruk
106
Dia dalangnya
107
Menuju toko obat
108
Bertemu langsung
109
Zhou Jiang Wu
110
Toko yang baru
111
Herbal dari istana
112
Menjadi pengasuh
113
Herbal untuk sang nyonya
114
Gadis cantik di pasar
115
Hukuman Ho Xin Xin
116
Mencari si gadis cantik
117
Pembukaan toko baru
118
Bertemu langsung
119
Mari bekerja sama
120
Kau milikku
121
Keluarga Xu
122
Arti bunga camelia
123
Jing Xuan dan seorang wanita
124
Danau dan merpati
125
Teh beracun
126
Terlalu sering keluar
127
Kisah dua remaja
128
Ketahuan ibu
129
Butuh pemuas nafsu
130
Butuh pemuas nafsu
131
Para pemuda
132
Ketahuan dan peraturan
133
Festival
134
Festival (2)
135
Guru besar
136
Kebetulan bertemu
137
Wu Li Mei jatuh sakit
138
Pengumuman!
139
Dibalik peristiwa
140
Kesehatan yang memburuk
141
Pemberontakan Negeri Selatan
142
Kembalinya Sang Permaisuri
143
Menyusun rencana
144
Obat yang manjur
145
Penyerangan dan eksekusi
146
Kaisar disekap
147
Kembali ke istana
148
(End) Menggapai cahaya bulan
149
Salam terakhir
150
Pengumuman!!
151
Extra Part I
152
Extra Part II
153
Extra Part III
154
Extra Part IV
155
Final Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!