Nayla POV
Aku baru saja menutup telepon dari kak Uno, pria dewasa yang mengisi hatiku selama satu tahun enam bulan. Kedewasaannya yang bisa membuatku nyaman dan menjadi sosok Nayla seperti sekarang. Bukan hanya sebagai kekasih aku juga merasa dia sebagai kakak bagiku terkadang dia juga seperti ayah yang menasehati anaknya untuk melakukan yang baik-baik. Banyak hal yang dia lakukan untuk menjadikanku wanita dewasa, dia Nuno Hardian.
Cinta pertamaku.
Aku jatuh cinta pada pandangan pertama, kami bertemu diplataran masjid, waktu itu aku sedang menghadiri acara remaja masjid didekat rumahku karena sekolah sedang libur jadi aku bisa menghadiri acara ini.
Acara selesai menjelang Ashar dan dilanjutkan sholat Ashar bersama. Keluar dari masjid aku langsung ke tempat penyimpanan alas kaki biar cepat pulang karena hari ini aku pergi sendiri. Biasa ada Eka teman dan juga tetanggaku.
Ku perhatikan satu-satu berulang kali tapi tidak juga kutemukan yang aku cari. Sepertinya hari ini aku harus pulang tanpa alas kaki.
"Ada apa?" suara seseorang mengagetkan.
"Tidak apa-apa" kataku sambil berjalan menuruni tangga masjid.
Aku melihat jalanan lumayan juga jalan kaki tanpa alas untuk sampai kerumah. semoga kaki ini baik2 saja.
"Pakai ini" seseorang menyodorkan sandalnya.
"Tidak usah kak, terimakasih" aku melihat kearahnya, pria tampan sedang tersenyum manis aku hanya bisa terpaku memandangnya, oohh Tuhan malaikat apa yang kau kirim ke masjid ini, dia ciptaan Mu yang sempurna. Jantungku berdetak kencang, mengapa aku jadi gugup begini?
"Pakai saja lebih baik kebesaran dari pada tanpa alas kaki" dia mengagetkanku, aku tersenyum mencoba menetralkan hati dan pikiran.
"Ini sandal kakak kalau saya pakai nanti kakak bagaimana?" tanyaku.
"Pakai saja, saya sudah biasa jalan tanpa alas kaki" aku tidak percaya dengan ucapannya, itu pasti hanya alasan saja.
Dengan sedikit paksaan aku menerima tawarannya, lumayanlah dari pada lecet.
"Rumah adik dimana?" dia menanyakan tempat tinggalku, aku tidak bisa membawa orang yang baru kekenal kerumah walaupun dia baik.
"Tidak jauh, saya pulang sendiri saja kak" jawabku dengan menolaknya secara halus.
"Kalau saya tidak mengantar adik bagaiman saya mau membawa pulang sandal saya?" aku menepuk jidatku, kenapa aku jadi seseorang yang tidak tau diri seperti ini, memalukan. Dia terkekeh, menertawakan kebodohanku. Malunya.
"Nama saya Nuno, Nama adik?"
"Nayla" jawabku sambil melihat ke arah kakinya.
"Kakak kakinya..." aku menunjuk kakinya yang kotor.
"Tidak akan terjadi apa-apa sama kaki saya" tiba-tiba dia menarik tanganku ke teras ruko yang kami lewati.
"Kenapa kak?" tanyaku.
"Hujan" jawabnya sambil menunjuk kelangit. Benar saja ternyata hujan.
"Kenapa aku tidak menyadarinya" batinku.
"Kita duduk didalam" ucapnya.
Ternyata ini warung bakso setelah aku dan dia duduk. Sambil menunggu hujan reda kami bedua makan bakso, tentu diawali dengan drama penolakan dan pemaksaan. Aku yang menolak dan dia dengan bebagai alasan memaksa.
Setelah hari itu kak Uno sering kerumah. Dia seperti ojek langanan mengantar dan menjemput sekolah atau kadang-kadang jadi sopir pribadi. Dia di Jakarta sedang menghabiskan waktu liburnya. Dia bekerja di perusahaan asing diluar pulau jawa. Pria dewasa, mapan, penyayang dan pasti pangeran yang sempurana.
Masa libur kerja kak Uno akan berakhir. Tiga bulan bukan waktu yang lama bukan juga waktu yang sebentar, cinta tumbuh diantara kami tanpa ada yang menyatakan isi hati tapi aku merasakannya, merasakan ketulusannya.
Dua hari lagi kak Uno akan pergi. Sekarang kami disini di danau taman masjid tempat kami pertama kali bertemu. Duduk menghadap danau yang ditumbuhi teratai
"Nay, apa kamu mau menikah dengan kakak?" menikah, apa aku tidak salah dengar, dia tiba-tiba melamar ku.
"Kakak akan menunggumu sampai lulus, sekarang kakak akan mempersiapkan semua buat masa depan kita sambil menunggumu lulus sekolah, kamu mau?" Dia mengenggam tanganku yang dingin, jantungku tidak bisa diajak kompromi gengamannya semakin kuat untuk menguatkan hatiku, aku tidak tahu harus menjawab apa?
"Atau kamu mau menikah sekarang, dengan senang hati kakak akan mengabulkannya" dia menarik turunkan alisnya menggodaku yang tidak bisa berkata apa-apa.
Aku hanya tersenyum senang, tentu sangat senang kalau bisa teriak aku pasti akan teriak dan meloncat kegirangan. Terkejut, itu pasti. Aku tidak menyangka langsung mendapat lamaran, ungkapan yang tidak pernah terpikiran olehku akan keluar dari bibirnya saat ini.
Apa yang harus aku lakukan sekarang dan dalam kegalauanku dia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya menyerahkan padaku.
"Apa ini kak?" tanyaku sambil menatap wajahnya. Dia tersenyum meminta aku membukanya.
"Bukalah" pintanya pada ku.
Aku buka kotak itu dan isinya adalah cincin dan kalung, ada inisial hurup N dua hurup N yang disatukan terukir indah di kalung itu.
"Duo N" katanya.
Hahaha benar nama kami sama-sama diawali dengan hurup N.
"Kamu suka?" aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.
Dia memasangkan kalung keleherku dan cincin ke jari manisku.
"Terimakasih kak" ucapku.
"Apa kamu tidak mau memasangkan cincin untuk ku?" sambil menjulurkan jarinya.
Aku mengambil cincin yang tersisa di kotak itu, kupasangkan ke jarinya.
"Kita resmi" ucapnya.
Dia mencium jari tanganku dan mengatakan, "Kakak mencintai adik kecil ini" Aku menangis dan memeluknya setelah mendengar ucapannya.
"Sayang jadi calon istri yang baik untuk kakak" aku melepaskan pelukan kami, aku hanya bisa tersenyum dan menganggukan kepalaku.
"Besok calon suamimu ini harus kembali mencari nafkah, jadi kakak minta kamu disini belajar dengan rajin, jadi anak manis yang selalu mengemaskan yang selalu membuat kakak rindu, jadilah gadis kecil yang akan menjadi wanita dewasa kelak"
Aku menyenderkan kepalaku di bahunya, menikmati rasa ini karena entah kapan dia akan datang dan duduk disampingku lagi seperti ini.
"Kak jaga hatimu untuk ku" ucapku dan dia tersenyum.
"Itu pasti, disini" dia menunjuk dadanya "didasar yang paling dalam sudah terukir kata Nayla sejak tiga bulan yang lalu" ucapnya yang membuat aku bahagia.
Kami harus terpisah oleh jarak yang jauh. hari-hari yang kulewati berjalan normal seperti anak sekolah yang lainnya. Setiap tiga bulan sekali dia akan datang mengnjungi ku selama satu minggu. Hubungan jarak jauh yang kami jalani bukan hal yang mudah, aku remaja yang masih mencari jati diri terkadang akan menjadi sosok yang egois dalam hubungan ini, tapi penjaga hatiku orang yang pandai meredam keegoisan remaja yang masih belasan tahun ini.
Selera tua kata sahabatku Citra, tapi aku tidak perduli, terserah aku hanya merasa nyaman dengan hubungan ini.
Kak Uno akan datang setelah pengumuman kelulusan ku besok, ada hal penting yang ingin dibicarakan. Itu yang tadi diucapkannya di telepon.
Hal penting apa yang ingin kakak bicarakan?......
**************
Kala kita lihat
Sepasang merpati
Terbang bebas lepas
Tepat dihadapan
Lalu kau bertanya
Kapan kita bagai mereka
Terbang bebas lepas...
Lepas bebas ke ujung dunia
Dan ku bertanya
Maukah kau terima
Pinangan tanpa
Sisa cinta yang lain
Rona bahagia
Terpancar dari anggukan
Saat kupasangkan....
Pasang cincin di jemari mu
Terima kasih kau terima
Pertunangan indah ini
Bahagia mesti mungkin
Tak sebebas merpati
******************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments