Suasana di area perkiran begitu sunyi, tak ada seorangpun di sana selain mereka berdua, Mungkin karena orang-orang tengah menikmati hidangan di pesta pernikahan yang di gelar oleh keluarga Nadya dan Rama.
Beberapa detik kemudian, Rendi berhasil memberinya keseimbangan, tetapi wanita itu hanya terdiam, "Apakah sangat nyaman berada dalam pelukanku?" kata Rendi dengan senyum tipisnya.
Tasya barulah tersadar, jantungnya ikut berdebar setelah mendengar suara jantung Rendi, ia kemudian mendonggak.
Brugg....
Dan tanpa di duga, ia malah menyundul dagu Rendi.
"Aduhhh...." lenguhnya merasa kesakitan sambil melepaskan Tasya lalu terduduk memegangi kedua wajahnya.
"Ahh... Ohh tidak apa yang kau lakukan? Rahangku sangat sakit!!" decak Rendi pada Tasya.
"Maaf-maaf! Aku tidak sengaja, lagian kau kenapa tiba-tiba memelukku?"
"Karena aku tidak ingin kau jatuh!" ia berdiri dengan tangan kiri masih mengelus dagunya, "Kau mengkhawatirkanku?" tukas Tasya, "Siapa yang khawatir? Aku hanya tidak mau kau mencium tanah, atau kau berharap tanah adalah ciuman pertamamu?" ledek Rendi.
"Ihh kau!!" Tasya ingin sekali meremas mulut Lelaki yang menyebalkan itu, ia bahkan sudah mengambil ancang-ancang, tapi Rendi menahannya.
"Sudah, aku hanya bercanda, jika kau ingin aku memaafkanmu, izinkan aku mengantarmu pulang!" pintanya.
Alisnya tersentak bersamaan, dengan mulut sedikit terbuka, ia sangat bingung dengan maksud Rendi, biasanya jika seseorang berbuat salah orang yang terluka akan marah-marah bahkan meminta pertanggung jawaban tapi Rendi berbeda, dia malah ingin membantu Tasya.
"Tidak usah Repot-repot, aku bisa memesan ojek online untuk mengantarku pulang!"
Rendi ternyata tidak mau menerima sebuah penolakan, ia tiba-tiba mendapat sebuah ide agar Tasya ikut dengannya.
Aww....
Dia merintih, menjerit keras seperti terpukul sesuatu, "ehh ada apa?" tanya panik Tasya, "Rahangku sakit lagi, aku harus pergi kerumah sakit!"
"Separah itu? Baiklah... Kita kerumah sakit sekarang! Mana kunci mobilmu?"
"Kau bisa menyetir mobil?" tanya Rendi ragu, "Tentu saja tidak!" jawabnya cepat, "Lalu kenapa kau meminta kunci mobilku?"
Tasya melongos, "Hufh... Aku akan mencari orang untuk mengantar kita kerumah sakit, jadi berikan saja kunci mobilmu! Aku tidak mau orang-orang menilaiku sebagai wanita yang tidak bertanggung jawab!" papar Tasya berpegang teguh pada pendiriannya.
Ia mendesak namun Rendi tak kunjung memberikan kunci mobilnya, "Kalau begitu aku saja yang menyetir, tidak usah mencari oranglain! Menyusahkan saja...."
"Tapi bukankah kau sakit? Atau kau hanya pura-pura sakit di hadapanku?"
"Siapa yang pura-pura? Rahangku benar-benar sakit karena kepalamu yang sekeras batu itu! Lagian tanganku baik-baik saja jadi aku masih bisa menyetir mobil!" Rendi hampir saja kecoplosan, tapi bukan Rendi namanya kalau sandiwara yang ia buat bisa dengan mudah di ketahui oranglain termasuk Tasya.
"Kepala memang keras tapi tidak sekeras batu! Kalau tidak keras itu artinya bukan kepala!"
"Tapi apa?"
"LEMAK!!" jawab Tasya berjalan cepat menghampiri pintu mobil yang ada di sebelah kiri.
"Hah? Lemak? Apa hubungannya?" ia bergumam tak paham seperti orang bodoh, "Hei... Bukankah tadi kau bilang mau kerumah sakit? Jadi ayo cepat sebelum aku berubah fikiran dan lari dari tanggung jawab!" Teriaknya menyadarkan Rendi yang berusaha berfikir keras soal Lemak yang di ucapkan Tasya.
Ia berbalik membuka pintu mobil, "Namaku bukan 'Hei' tapi Rendi, bukankah kita sudah berkenalan? Atau kau menginap penyakit amnesia?" cetus Rendi.
"Otakku baik-baik saja, mungkin otakmu yang bermasalah!" Tasya membalas dengan sabuk pengaman sudah terpasang di tubuhnya.
"Ahh aku rasa kau sangat ahli bersilat lidah, aku mengalah, jadi anggap saja kau yang menang!"
Tasya acuh tak acuh padanya, ia sama sekali tidak perduli dengan respon seperti itu.
Rendi mulai menginjak pedal gas, melaju dengan kecepatan rata-rata.
Tasya terdiam menoleh ke arah kaca jendela mobil dengan tatapan kosong, lama-kelamaan ia termenung kembali mengingat neneknya.
Kenangan manis yang tidak bisa terhapus dari ingatannya, nenek yang telah merawatnya dari bayi namun 2 bulan yang lalu sang nenek meninggal dunia, saat itu Tasya merasa benar-benar sendirian dalam kesakitan.
Ia tak tau di mana orang tuanya, kata almarhumah neneknya orangtua Tasya pergi merantau di negeri orang dan sampai sekarang belum kembali.
Bahkan sebuah pesan atau telfon dari orangtuanya tak pernah, neneknya pun tidak sering mengungkit soal orangtua Tasya, foto atau barang yang di tinggalkan oleh orangtuanya juga tidak ada.
Semenjak kecil Tasya sudah seperti seorang anak yatim piatu yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang orangtua, kadang ia menangis tanpa sepengetahuan neneknya, dia sedih ketika saat-saat penerimaan rapor dan hanya Tasya sendiri yang tidak di temani orangtua, biasanya dia pulang dengan membawa rangking 1, hal itu membuat neneknya senang mereka berpelukan sambil menangis dan moment itulah yang paling berharga baginya, membuat neneknya senang merupakan tujuan hidupnya.
Tapi sekarang tujuan itu berubah, tak ada lagi yang menjadi tempat mengadu, memberinya kasih sayang dan kehangatan seperti yang neneknya berikan.
Ahhh...
Mendengar lenguhan nafas Tasya, Rendi menoleh ke samping, "Ada apa? Kenapa kau mendesah?"
"Ehh... Em... Tidak, aku tidak apa-apa!" sahutnya dengan suara Lemah, "Katakan saja! Kalau mau kau bisa curhat padaku, selain tampan aku ini juga pendengar yang baik loh.... " Kata Rendi membanggakan dirinya.
"Aku tidak mau, ehh di depan sana ada rumah sakit!" Ungkapnya menunjuk, "Benarkah? Tapi Aku tidak suka pelayanannya, kita cari rumah sakit yang lain saja! Selagi mencari lebih baik ceritakan saja kisahmu padaku!" bujuknya.
"Aku tidak mempercayaimu!"
"Kalau begitu kau bisa mencoba mempercayaiku lebih dulu, jadi ceritakan saja padaku! Jangan memendamnya seorang diri kalau kau sedang berada dalam masalah!"
Tasya terpaku, menghela nafasnya, haruskah ia percaya dengan orang yang baru saja ia kenal itu tapi menurutnya juga tidak salah.
Ia akhirnya bercerita panjang lebar di samping Rendi, soal orangtua dan neneknya yang sudah tiada.
Rendi merasa iba setelah mendengar curhatan hati Tasya ia seakan lebih mengenal Sosok Tasya dari ceritanya, saat wanita itu tengah bercerita, Rendi melaju dengan sangat pelan hingga melewati Rumah sakit yang Tasya maksud tadi.
Sosok yang berbeda dari wanita-wanita yang pernah dia dekati sebelumnya, soal wajah tanpa riasan tebal juga menjadi satu hal yang menurutnya berbeda.
Rendi semakin penasaran ingin mengenalnya lebih dekat, sebelumnya tak ada wanita yang bisa menolaknya, akankah Tasya juga akan sama atau tidak? Itulah pertanyaan yang kini terngiang-ngiang dalam fikiran Rendi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
et alah tasya🤣🤣🤣🤣
2022-03-17
0
Aqiyu
ternyata Rendy ga sedingin waktu di depan toilet.setelang ngobrol dengan Tasya.....
2022-01-08
0
Just Rara
kasihan juga sama tasya dr kecil sudah seperti yatim piatu,untung dia pintar☺️☺️
2021-10-13
0